Informasi tersebut di unggah Nicolas Maduro, Presiden Venezuela melalui akunnya Selasa lalu. Ia mengatakan bahwa pada hari pertama penjualannya, berhasil meraup 4,8 miliar yuan, atau berkisar sekitar 735 juta USD.
A grandes problemas, ¡grandes soluciones! Desde el primer minuto el juego arrancó bien, y arrancamos ganando: 4.777 millones de yuanes o 735 millones de dólares es el resultado inicial de las operaciones de intención de compra del Petro. #AlFuturoConElPetro pic.twitter.com/LoaDgj4rr1
— Nicolás Maduro (@NicolasMaduro) February 21, 2018
Negara Venezuela dibombardir dengan krisis ekonomi mendalam, setelah mendapat sanksi ekonomi dari beberapa negara besar termasuk Amerika Serikat. Selain itu, krisis yang terjadi di negara itu juga dipicu oleh menurunnya harga minyak Venezuela karena mata uang di negara itu dicetak terlalu berlebihan.
Penerbitan mata uang berbasis blockchain, Petro dicanangkan oleh Maduro untuk mengatasi permasalahan pelik ekonomi negaranya. Bahkan, Petro menjadi satu-satunya dan pertama kali, token berbasis blockchain yang dibackup dengan 5 milyar barel minyak.
Tujuan penerbitan Petro memang diharapkan agar negara itu bisa keluar dari kemelut ekonomi yang terjadi. Dengan total supply token yang berjumlah 100 juta Petro, sedangkan harga per unit yang berkisar 60 USD atau berkisar sekitar 800 ribuan, diharapkan mampu menembus 6 milyar USD atau sekitar 81,9 trilyun rupiah.
Sampai sejauh ini, masih ada sekitar 824 juta token Petro yang masih tersisa. Nampaknya, Presiden Maduro tidak berhenti pada Petro saja. Berdasarkan laporan di Reuters, dia juga berencana untuk meluncurkan varian lain yang didukung dengan emas.
Chris Burniske dari Placeholder memberikan komentar di Bloomber bahwa token Petro Venezuela menjadi sebuah aksi, dan tidak dianggap sebagai sebuah cryptocurrency. Ia melihat bahwa Petro sepenuhnya aset terkontrol penuh, bersifat top-down. Chris melihat Petro tersebut sebagai sebuah cara baru yang dibungkus apik dengan cadangan minyak nyata. (adi)