Persepsi yang sudah banyak diketahui, bahwa momentum halving bitcoin dikaitkan dengan kenaikan harga yang signifikan. Persepsi ini tidak sepenuhnya demikian. Memahami ekosistem pertambangan cukup penting.
Penambang adalah faktor yang penting dan dapat mempengaruhi situasi di pasar. Hasil penelitian yang dirilis oleh Blockware pada 17 Maret lalu cukup apik memberikan penjelasan. Dalam hasil penelitian itu disebutkan bahwa penembang punya potensi besar yang memicu sell off pendapatan menambangnya.
Awalnya, bermunculan ide untuk memberikan harga bitcoin standar berdasarkan besaran biaya produksi di ekosistem pertambangan. Ide tersebut dinilai justru tidak akurat. Faktanya, pada mekanisme halving bitcoin juga membuat harga di pasaran jauh lebih setara dengan biaya produksi dalam pertambangan (mining).
Sementara di lain sisi, penambang harus melakukan banyak hal agar biaya produksinya tetap tercukupi berdasarkan pendapatan pertambangan yang diperoleh. Disinilah potensi sell off oleh penambang itu menjadi cukup besar.
Potensi sell off oleh miner ini yang pada akhirnya cukup banyak mempengaruhi harga di pasar. Terlebih, pada masa momentum halving yang kian dekat. Momentum halving bitcoin di tahun 2020 nantinya diperkirakan jatuh pada bulan Mei 2020.
Secara umum, kondisi penambang akan membutuhkan level harga bitcoin yang relatif lebih tinggi dibandingkan biaya operasionalnya. Pandangan ini jelas cukup realistis. Namun jika dilihat dari mekanisme bitcoin halving, ekosistem pertambangannya sudah memiliki mekanisme yang dapat memberikan stimulus agar dapat menjaga keseimbangan. Antara pendapatan dengan biaya operasionalnya.
Potensi sell off oleh miner dalam pertambangan bitcoin ini dapat lebih mudah dipahami dengan mengetahui Nash Equilibrium. Kecenderungan-kecenderungan langkah apa yang dilakukan oleh penambang ini memberikan gambaran situasi pertambangan dengan lebih baik.
Penambang tentu saja tidak hanya akan bicara bagaimana untuk menjaga operasional tetap berjalan dan mendulang keuntungan. Penambang juga memiliki kecenderungan yang sama yang dapat diperhatikan. Salah satunya adalah potensi sell off tersebut.
Ketika ditanya tentang berapa lama waktu recovery miner selepas momentum halving bitcoin, CEO Blockware Mathew D’Saouza mengatakan, “Itu bisa memakan waktu 4-8 minggu untuk miner kembali. Terutama jika mereka (penambang) tertinggal untuk dapat mencukupi biaya operasional, listrik, biaya sewa lain”, terangnya.
Di dalam hasil risetnya, Blockware membuat beberapa skenario berdasarkan level harga bitcoin tertentu dimasa bitcoin halving. Skenario yang dibuat itu adalah ketika harga bitcoin berada di level USD 10.000, USD 7.500, dan di level USD 5.000. Pada masing-masing ketiga scenario level harga Bitcoin tersebut, Blockware membuat prediksi potensi sell off penambang yang memungkinkan.
Skenario Harga Bitcoin di Level USD 10.000
Jika harga bitcoin pasca halving berada di level USD 10.000, potensi sell off miner hanya berkisar 39%. Pada kondisi ini, pendapatan miner terlihat mulai menurun seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah.
Potensi penurunan pendapatan yang paling besar adalah untuk penambang dengan tingkat biaya listrik lebih tinggi. Terutama untuk penambang dengan harga listrik di bawah USD 0,055.
Namun pada situasi di harga bitcoin ini, penambang masih bisa menutupi operasional pertambangan ketika halving bitcoin terjadi pada bulan Mei mendatang. Artinya, tingkat potensi sell of miner juga cukup rendah sekitar 39,12%.
Dapat dikatakan, di level harga bitcoin USD 10.000 ini adalah kondisi yang masih menyehatkan bagi para penambang di berbagai karakteristiknya. Baik yang berdasarkan harga listriknya, hingga berbagai perangkat yang digunakan.
Skenario Harga Bitcoin di Level USD 7.500
Ketika pada skenario harga bitcoin di level USD 7.500, potensi sell off penambang meningkat menjadi 52,15%. Dalam hal ini, potensi sell off penambang yang lebih besar akan memberikan dampak di pasar juga cukup besar.
Dengan harga bitcoin di USD 7.500, penambang juga cukup bimbang untuk memutuskan upgrade perangkat ASIC atau tidak. Di dalam ekosistem pertambangan, keputusan untuk melakukan upgrade perangkat pertambangan sudah menjadi kebutuhan yang vital.
Upgrade perangkat ASIC sudah menjadi sebuah siklus untuk memberikan prosentase keuntungan lebih memadai. Di level harga USD 7.500, kebutuhan untuk meningkatkan perangkat ASIC juga meningkat hingga 61,77%.
Sementara penambang yang terdampak penurunan pendapatan terbesar masih di kategori miner dengan biaya listrik diatas USD 0,055. Pada skenario harga USD 7.500, penambang relatif untuk meneruskan operasionalnya dibandingkan menghentikan operasional pertambangan.
Dengan kondisi yang ada sekarang, dengan berbagai hal lain yang mungkin bisa mempengaruhi seperti dampak virus corona, kondisi ekonomi secara global, skenario di level ini cukup memungkinkan terjadi pasca halving mendatang. Selanjutnya, proses akan kembali membaik ketika penambang mulai berangsur pulih kembali.
Skenario Harga Bitcoin di Level USD 5.000
Skenario harga bitcoin di level USD 5.000 adalah skenario jika berada dalam kondisi terburuk. Di tahap ini, dengan harga bitcoin yang ada memungkinkan penambang untuk menghentikan operasional pertambangannya. Alasan itu tidak lain karena tingkat penurunan pendapatan pertambangannya juga cukup besar.
Potensi sell off penambang di level ini meningkat sebesar 69,60%. Prosentasi potensi sell off di scenario harga Bitcoin USD 5.000 jelas lebih besar dibandingkan di level USD 7.500.
Sementara kategori yang terdampak penurunan pendapatan juga cukup meluas, untuk penambang dengan harga listrik diatas USD 0,04. Namun potensi penambang yang memungkinkan untuk mulai menghentikan operasional pertambangan dengan biaya listrik diatas USD 0,06.
Dengan mekanisme keseimbangan dalam ekosistem pertambangan bitcoin melalui tingkat difficulty, proses ini akan membaik kembali dalam beberapa waktu. Tentu saja, ketika hashrate pertambangan Bitcoin turun karena ada sejumlah penambang yang berhenti, maka memicu penurunan tingkat kesulitan pertambangan.
Dengan penurunan tingkat kesulitan pertambangan itu, pada akhirnya memicu juga tingkat efisiensi penambang pada saat itu. Hingga ujungnya adalah menurunkan potensi sell off miner menjadi lebih kecil. Jika sebelumnya potensi sell off di skenario ini sebesar 69,60%, dapat membaik menjadi 51,49%.
Sampai pada akhirnya membuat penambang untuk berdatangan kembali setelah sebelumnya menghentikan aktifitas menambangnya. Seperti yang dikatakan oleh Mathew, proses recovery penambang dengan skenario terburuk ini memungkinkan dapat pulih dalam tempo 4-8 minggu.
Di sisi lain, dengan karakteristik algoritma pertambangan bitcoin yang menggunakan SHA 256, serupa juga dengan beberapa kloningan bitcoin lain. Yakni seperti BCH, BSV, dan yang lainnya. Dalam waktu dekat, keduanya juga bakal terjadi halving BCH dan BSV. Dengan tingkat harga keduanya yang jauh lebih rendah, penambang makin dalam kondisi yang cukup pelik dan terdesak. Sehingga penambang akan jauh lebih menguntungkan untuk beralih menambang bitcoin.