Industri-industri teknologi maupun finansial besar nampak sedang perang paten aplikasi blockchain. Menduduki posisi teratas pemegang paten tertinggi adalah IBM. Informasi itu berasal dari pendiri GuerrillaBuzz, Yuval Halevi, melalui ciutannya.
Dalam ciuatannya itu Yuval Halevi memposting data grafik paten aplikasi blockchain yang diambil dari LexisNexis Patent Sight and Statista. Dari data yang terhimpun hingga bulan Juni 2019, jumlah paten IBM telah meningkat hingga 300 persen, seperti yang dikutip dari Beincrypto.com (17/7/19).
Di bulan Juni tahun ini saja, total paten IBM sudah mencapai 108 paten aplikasi blockchain. Posisi kedua adalah Bank of America sebanyak 52 paten, Mastercard 43 paten, dan Intel 35 paten.
Bagi raksasa perusahaan teknologi besar seperti IBM, pasti cukup menyadari potensi besarnya pemanfaatan teknologi blockchain tersebut dalam beberapa tahun mendatang. Tidak hanya soal paten, IBM juga menjadi salah satu perusahaan yang memperkerjakan pegawai dengan spesifikasi khusus terkait dengan teknologi cyptocurrency, Blockchain.
Berdasarkan laporan penelitian dari TeqAtlas, IBM sejauh ini sudah memperkerjakan 335 karyawan dengan keahlian di bidang teknologi blockchain. Posisi kedua adalah ORACLE dengan 173 karyawan. Disusul kemudian oleh PWC berjumlah 143 orang. Selanjutnya adalah Ernest and Young sebanyak 78 orang, SAP 74 orang, lalu kemudian Amazon 57 karyawan.
Dibandingkan di sekitar bulan Maret tahun 2018, jumlah pengajuan paten IBM masih berada di bawah Bank of America. Saat itu jumlah pengajuan paten yang dimasukkan oleh Bank of America berjumlah 45 paten. Sedangkan IBM masih berjumlah 24 paten saja.
Sejak 2018 lalu, perang paten aplikasi berbasis blockchain ini memang masih banyak dipegang Amerika Serikat di peringkat utamanya. Total pengajuan paten AS sampai pada bulan Maret 2018 berkisar 44,9 persen. Posisi kedua China hanya sebesar 2,97 persen, dan peringkat keduanya adalah Korea sebesar 23,23 persen.
Diluar Amerika Serikat, salah satu pesaing utama IBM adalah dari China. Pada bulan Mei tahun ini, Alibaba China disebut telah mengajukan 262 paten berdasarkan data dari Intellectual Property Center of China Information and Communication Research Institute.
Dari data yang sama, Tancent menduduki peringkat kedua sebanyak 80, dan Baidu 50 paten. Pengajuan paten di China memang masih dibawah Amerika Serikat. Namun pertarungan dagang antara kedua negara juga merembet pula dalam pengajuan paten aplikasi Blockchain.
Bagi salah satu pegembang Bitcoin seperti Lucke Dashjr, dia pernah memberikan kritik saat mengomentari pengajuan paten oleh Mastercard untuk aplikasi wallet berbasis web. Perang paten aplikasi blockchain oleh perusahaan-perusahaan teknologi besar maupun finansial tersebut memang terkesan cukup aneh. Bagaimana tidak, karena semua hal tersebut berasal dari proyek Bitcoin yang open source.
Di dunia open source, pengajuan paten bisa berimplikasi pada pengembangan lanjutan menjadi stagnan. Dan hal itu kerap terjadi dalam perjalanan sejarah pengembangan sistem pemayaran elektronik. Jauh sebelum Bitcoin muncul.
Di satu sisi lain, kreatifitas untuk mengembangkan hal-hal baru memang akan terus berlanjut. Pengembangan-pengembangan itu akan jauh lebih cepat jika tidak ada upaya pengajuan paten dari perusahaan raksasa teknologi besar saja.
Perusahaan raksasa teknologi besar lebih terkesan mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menyongsong masa transisi perubahan ke dunia digital. Disadari atau tidak, masa itu memang akan datang. Sama halnya dengan apa yang coba dilakukan oleh IBM.
Kabarnya, salah satu yang coba di kembangkan oleh IBM adalah alat pembayaran lintas batas negara menggunakan melalui IBM Blockchain Wolrd Wire.
Proyek ambisius IBM tersebut sudah digagas di sepanjang tahun 2018 silam. Jika dilihat secara sekilas, apa yang coba dibangun oleh IBM sebenarnya justru nampak seperti pola lama PayPal saja. Pembedanya hanya menggunakan hype dari teknologi Blockchain saja. Sementara, fakta yang ada dari pengembangan Lightning Network di jaringan Bitcoin justru lebih jauh dari pada itu. Meskipun, titik output akhirnya yang paling menentukan adalah tingkat adopsi secara masif. Satu tantangan terbesar adopsi Bitcoin sendiri memang membuat apliasi yang jauh lebih user friendly. Munculnya aplikasi-aplikasi itu nantinya hanya tinggal menunggu waktu saja.