BitcoinMedia – Hashrate Bitcoin Turun. Sehari lalu, ekosistem pertambangan Bitcoin menunjukkan penurunan hashrate yang cukup signifikan. Penurunan hashrate Bitcoin berkisar hingga lebih dari 30 persen.
Penurunan drastis hashrate Bitcoin sudah tentu menjadi variabel yang cukup penting atas apa yang terjadi di dalam ekosistem pertambangan. Di dalam Bitcoin, ekosistem pertambangan adalah penjaga gerbang fundamental atas segala hal yang melindungi ekosistemnya.
Sejumlah opini yang beredar di banyak media, memberikan gambaran yang cukup bias akibat peristiwa tersebut. Pembiasan tersebut berimplikasi pula pada kecenderungan banyak pihak yang seolah menilai mulai ada celah pada ekosistem pertambangan, terutama pada Proof of work Bitcoin.
Mulai dari opini Emin Gun Sirer yang menyebut ada gejala tidak sehat pada ekosistem pertambangan Bitcoin.
Lalu kemudian opini tentang celah keamanan pada proof of work, seperti yang diunggah pada dashnews.org.
Penurunan hashrate itu memang terjadi sehari lalu (25/9/19). Penurunan saat itu memang cukup besar, dari 98 exahash menjadi 67 exahash. Kurang lebihnya penurunan hashrate itu mencapai 32 persen dari total daya komputasi jaringan Bitcoin. Padahal pada awal bulan September ini, hashrate Bitcoin sendiri sudah mencapai 100 exahash per detik.
Sebagai akibatnya, dari pembiasan opini yang ada telah memunculkan ketakutan bagi banyak pengguna dan situasi di pasar secara umum. Namun apa sebenarnya yang terjadi pada ekosistem pertambangan sebenarnya? Apa yang menjadi penyebab pasti penurunan hashrate bitcoin itu?
Apa Itu Hashrate Bitcoin?
Hashrate Bitcoin adalah satuan total daya komputasi Bitcoin di dalam jaringan utama (mainnet). Satuan daya komputasi di dalam jaringan Bitcoin menggunakan algoritma SHA256 dalam ekosistem pertambangan.
Secara umum satuan daya komputasi dalam istilah komputasi komputer bukanlah menggunakan istilah “hashrate”, melainkan FLOPS (Floating Operations Per Second).
Satuan FLOPS itu menunjukkan satuan jumlah perhitungan (disebut dengan komputasi) yang dapat dilakukan oleh sebuah perangkat komputasi (baca: perangkat komputer). Karena sedikit berbeda dengan komputasi secara umum karena dalam pertambangan Bitcoin menggunakan proses 2 kali hashing dengan SHA256, maka perlu ada pembeda yang secara signifikan.
Oleh sebab itu Prefik SI yang mulai dipergunakan di dalam ekosistem pertambangan Bitcoin adalah “hash per second”, atau yang kemudian banyak dikenal dengan singkatan HASHRATE.
Dengan daya komputasi yang telah menjulang tinggi, ekosistem pertambangan Bitcoin ini telah lama menjadi komputasi terbesar di dunia sejak internet pertama kali muncul.
Total nilai hashrate Bitcoin ini diperoleh dari akumulasi seluruh besaran daya komputasi tiap-tiap perangkat yang terhubung menjadi full node di dalam ekosistem pertambangan. Maka validitas untuk mengetahui total daya komputasi seluruh perangkat pertambangan Bitcoin itu, sebenarnya adalah dengan menanyakan pada seluruh perangkat yang ada. Terutama berapa berapa kontribusi besaran hashing yang telah diproses tiap-tiap perangkat pertambangan itu. Jelas, cara ini tentu saja kemudian menjadi cukup tidak efektif.
Apa Penyebab Penurunan Hashrate Bitcoin?
Untuk mencoba mengurai penyebabnya, pertama perlu diketahui beberapa hal berikut ini:
- Setiap penambang (full node) melalui tiap-tiap perangkat yang telah terhubung, bisa datang dan pergi sekehendaknya di dalam jaringan. Artinya besaran komputasi ini juga akan selalu berubah-ubah.
- Tingkat kesulitan pertambangan (difficulty mining) relatif akan cenderung bertambah dari waktu ke waktu.
- Produksi block-block baru dalam distribusi unit-unit kripto bitcoin terjadi dalam rata-rata waktu tiap 10 menit. Mekanisme rata-rata waktu ini juga akan berubah, jika rata-rata produksi block baru itu lebih cepat, atau lebih lambat dari 10 menit.
- Jaringan Bitcoin adalah jaringan yang terdesentralisasi. Sifatnya yang terdesentralisasi itu artinya adalah ribuan orang yang telah mengkontribusikan daya komputasi dalam jaringan secara individual.
Secara keseluruhan, penurunan hashrate Bitcoin yang terjadi dari beberapa hal diatas. Selain itu, penyedia statistik visual di dalam jaringan Bitcoin kebanyakan menggunakan pola pengambilan data dari tempo waktu sebelumnya. Data itu kemudian menampilkan visualisasi estimasi besaran daya komputasinya.
Jika estimasi daya komputasi itu divisualisasikan dari request data beberapa saat lalu, maka statistik itu besar kemungkinan menunjukkan ada kesalahan yang bisa saja terjadi. Misalnya ketika rata-rata produksi block baru bisa dihasilkan lebih cepat dibandingkan tingkat kesulitan pertambangannya saat itu.
Jika rata-rata block yang dihasilkan cenderung lebih cepat dari rata-rata waktu 10 menit, maka bisa jadi estimasi daya komputasi itu akan meningkat. Sebaliknya, jika rata-rata block lebih lambat lebih dari 10 menit, maka estimasi yang ditampilkan bisa juga menjadi seperti terjadi adanya penurunan hashrate.
Dalam hal ini, pernyataan CSO Blockstream Samson Mow lebih masuk akal tentang peristiwa yang terjadi. Menurutnya, validitas perubahan besaran nilai hashing di dalam visualisasinya cenderung membutuhkan rentang waktu satu hingga dua hari.
Sementara pada poin penting dalam ekosistem pertambangan diatas, penambang melalui perangkatnya, memang cenderung untuk bisa keluar masuk sekehendaknya. Hal ini memberikan potensi juga atas terjadinya penurunan hashrate bitcoin. Atas dasar ini, bisa pula ditunjang beberapa kondisi.
Misalnya saja, pool mining sempat mengalami permasalahan teknis pada tempo waktu tertentu saat terjadi penurunan hashrate drastis tersebut. Seperti kesalahan teknis saat migrasi server, atau hal-hal teknis lainnya.
Secara pasti, validitas penghitungan estimasi besaran hasharate yang divisualisasikan dalam situs-situs blockexplorer bisa saja menyajikan data visual yang kurang valid tentang estimasi besaran daya komputasi di jaringan. Mengingat, estimasi yang lebih valid adalah dengan mengetahui dan request informasi pada seluruh perangkat yang ada, pada saat itu. Oleh sebab itu, estimasinya akan jauh lebih valid jika telah berjalan dalam tempo waktu 1 atau 2 hari. Hal lain, penyebab ini juga akan lebih valid dapat diketahui, jika para penambang yang bersangkutan memberikan penjelasannya sendiri, terkait dengan hambatan yang dialaminya sendiri di dalam jaringan.