Pertemuan dengan rekanan bisnis dClinic berlangsung Kamis (20/2/2020), bertempat di Marketing Center BP Batam. Hadir dalam kesempatan itu adalah empat rekanan yang berasal dari P4 Group, vElement, Cellix dan TheraVab, CEO dClinic Dr Richard Satur bersama Stephen Moo – MD dClinic Indonesia, Suwarso – Direktur Badan Usaha Bandar Udara dan Teknologi Informasi dan Komunikasi BP Batam, dan Dendi Gustinantar – Protokol dan Promosi BP Batam.
Kemitraan baru tersebut berasal dari Amerika Serikat. Baik P4 Group, vElement, Cellix dan TheraVab adalah perusahaan-perusahaan di sektor biofarmasi dan biosains AS. Fokus kemitraan tersebut, adalah untuk dapat fokus menggali potensi penelitian medis yang berskala internasional.
CEO dClinic, Dr Richard Satur dalam kesempatan itu memberikan komentar, “Dengan mengusung Private Healtcare Blockchain (PHB), Batam memiliki kesempatan untuk melakukan eskalasi potensi. Tidak hanya unggul dari bidang teknologi yang nantinya akan didukung dengan data centre dan IT Centre BP Batam, namun juga dapat melahirkan kegiatan medis lainnya, seperti penelitan medis dengan skala internasional”.
Saat membuka acara, Anggota Badan Pengusahaan BP Batam Syahril Japarin dalam sambutannya mengatakan, “Kami berharap hadirnya rekan-rekan calon investor hari ini mampu meningkatkan kompetensi medis dan sains. Baik dari segi sumber daya manusia hingga teknologi, serta pelayanan rumah sakit di Indonesia, terangnya.
Syahril Japarin dalam kesempatan itu mengapresiasi upaya yang telah dilakukan dClinic Internasional guna mendukung potensi investasi di Batam. Terutama untuk sektor pelayanan medis. BP Batam telah menjadi kemitraan dClinic. Penandatanganan kemitraan antara kedua pihak tersebut untuk meningkatkan PHB dClinic di BP Batam, beserta BMB (Batam Medical Blockchain) pada tanggal 27 Juni 2019 silam.
Terkait dengan upaya-upaya menggali potensi penelitian itu, Richard Satur menambahkan bahwa nantinya pada proses penelitian akan melibatkan banyak pihak. Seperti para praktisi akedemisi hingga mahasiswa, khususnya di Batam sendiri.
Lebih jauh, dalam keterangannya di media, CEO dClinic ini mengatakan untuk mendukungnya dengan membangun fasilitas laboraturium di Batam. Fasilitas itu nantinya dapat berguna untuk mendiagnosa berbagai penyakit, serta industri farmasi untuk meramu obat-obatan yang diperlukan dalam penyembuhan pasien.
Upaya tersebut juga disambut baik oleh Direktur Rumah Sakit BP Batam. Dr Sigit Riyanto mengatakan bahwa upaya dClinic Internasional sesuai dengan ekosistem ideal untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Medical di Batam. Menurutnya KEK Medikal tersebut saat ini juga masih dalam proses perancanang.
Setidaknya ada lima faktor pendukung dalam mencapai kawasan KEK Medikal di Batam. Dari penjelasan Sigit Riyanto, lima faktor tersebut meliputi adanya Rumah Sakit, Pusat Penelitian Kesehatan dan Kebugaran, Industri Alat Kesehatan, Farmasi, dan Hotel atau akomodasi bagi kerabat pasien.
Beberapa waktu waktu sebelumnya, proyeksi dClinic dalam menyusur industri Biotek dan Farmasi ini juga telah disampaikan oleh MD dClinic Indonesia Sthepen Moo. Industri biotek dan farmasi dipercaya akan banyak beralih dengan mengadopsi dan memanfaatkan perkembangan teknologi.
Terlebih kebanyakan industri yang sama masih banyak menggunakan patchwork basis data pusat berdasarkan standar EDI (Electronic Data Interchange). Sedangkan pola EDI menampilkan koneksi secara poin-to-point. Hal tersebut implementasinya tergolong mahal.
Sementara ada potensi interoperabilitas skala besar menjadi hampir mustahil dicapai. Selain itu pendekatan basis data yang digunakan masih punya resikko pengalihan. Seperti adanya potensi pemalsuan data, dan juga kesenjangan kepercayaan pada “siloed system”.