Cukup mengejutkan, karena di pertengahan tahun 2018 ini, 32 persen malware berasal dari software mining kripto. Hal tersebut diungkap dalam laporan Skybox Security yang baru dirilis beberapa hari lalu. Jumlah prosentase serangan malware tersebut bahkan berbanding terbalik dari tahun 2017 lalu.
Hasil laporan Skybox Security itu adalah hasil laporan yang telah diperbarui dari laporan sebelumnya di bulan Januari 2018 lalu. Pada tahun 2017, 32 persen malware adalah berasal dari ransomware, sedangkan mining kripto hanya berkisar 7 persen aja.
Baca Juga: Waspadai Ransomware di Perangkat Android
Kenyataan di tahun 2017 tersebut kini telah berbalik 180 derajat. Jumlah serangan malware sampai di pertengahan tahun 2018 mencapai 32 persen berasal dari mining kripto. Sebaliknya, serangan ransomware hanya berkisar 8 persen saja.
CTO Sybox Security, Ron Davidson membenarkan hasil laporan tersebut. Ron memberikan komentarnya di computing.co.uk, bahwa dalam beberapa tahun terakhir selama ini, ransomware memang menjadi satu serangan tertinggi. Ransomware banyak digunakan oleh para penjahat dunia maya untuk menghasilkan uang dengan cara cepat.
Menurutnya, serangan ransomware paling banyak digunakan karena tidak memerlukan adanya eksfiltrasi data. Melainkan hanya enkripsi saja agar bisa menahan data korban dan memintai tebusan untuk data itu bisa digunakan kembali. “Dengan cryptominer, para penjahat dapat langsung ke sumber kripto itu, dan melakukan pertambangan untuk dirinya sendiri. Tidak ada pertanyaan apakah mereka akan dibayar atau tidak”, terangnya.
Beralih dari ransomware, ditahun 2018 nampaknya banyak orang telah belajar banyak dari maraknya ransomware saat itu. Kenyataan itu saat ini telah membuat evolusi serangan cyber beralih ke dunia kripto sebagai salah satu modusnya. Melalui serangan malware yang ditanam di dalam software mining kripto, para pelaku mencuri sumber daya perangkat korban untuk melakukan pertambangan secara sembunyi-sembunyi.
Baca Juga: 600 Perangkat Komputer untuk Mining Dibobol di Islandia
Modus menggunakan software mining untuk digunakan dalam serangan malware, kemungkinan besarnya dipicu oleh meningkatnya harga kripto, terutama bitcoin, selama 12 bulan terakhir. Alhasil, metode ini dianggap sebagai sebuah celah yang cukup menguntungkan oleh para pelaku.
Dari hasil laporan Skybox, malware di software mining ini juga telah banyak disebar di berbagai macam aplikasi android via google store. Bahkan, telah tersebar di seluruh penjuru dunia. Di tahun 2018 ini, jumlah kerentanan di perangkat android mencapai jumlah hingga 200 lebih banyak dari tahun 2017 sebelumnya. Tidak hanya di android, versi browser paling banyak diserang adalah versi browser dari google chrome.