Proyek TON Blockchain dari Telegram pada akhirnya resmi ambyar setelah terganjal masalah regulasi sekuritas Amerika Serikat (SEC). Pendiri Telegram Pavel Durov, merilis resmi pemberhentian proyek TON Blockchain beserta GRAM yang menjadi unit kriptonya Selasa kemarin (12/5/2020).
Pencekalan proyek TON Blockchain dan GRAM berawal dari putusan pengadilan yang dirilis per tanggal 24 Maret 2020. SEC dalam putusannya menilai bahwa GRAM dipandang sebagai sebuah sekuritas. Sehingga harus mendapatkan perijinan resmi.
Sementara GRAM sendiri sudah memperoleh dana dari penjualan token public senilai USD 1,7 milyar sejak 2018 silam. Tidak berhenti berharap, pihak Telegram lantas berupaya untuk mengajukan klarifikasi kepada Hakim Kevin Castel di bulan April.
Sejumlah pihak masih beranggapan ada peluang untuk TON Blockchain lantaran bersifat terdesentralisasi, meski GRAM dinilai sudah terganjal regulasi. Di bulan April, pihak Telegram masih optimis dengan rencana peluncuran TON Blockchain.
Namun pada akhirnya kenyataan berkata berbeda. Di sekitar akhir bulan April melalui Telegram diumumkan untuk pengembalian dana. Kurang lebih 72% dana investor disebutkan akan dikembalikan. Pihak Telegram juga memberikan opsi lain, yakni pengembalian dana setara 110% dalam setahun ketika TON diluncurkan.
Sayangnya opsi terakhir tidak berlaku untuk para investor dari Amerika Serikat. Terkait hal ini, pihak Telegram juga akan memberikan pemberitahuan lanjutan dalam waktu mendatang.
Di dalam pemberitahuan resminya, Pavel Durov mengawali tulisan pemberitahuan tersebut dengan menyatakan bahwa proyek TON dan Gram sudah digarap selama 2,5 tahun. Proyek cryptocurrency yang dibangun itu mengikuti prinsip desentralisasi yang dipelopori oleh Bitcoin.
“Hari ini menjadi hari yang menyedihkan bagi kami di Telegram. Mengumumkan penghentian proyek blockchain kami”
Terkait dengan larangan dari pemerintah AS melalui SEC, Pavel Durov menyebutkan bahwa jika GRAM tetap diluncurkan, maka warga dari Amerika Serikat masih tetap akan bisa mengaksesnya. Menurut Pavel, dirinya juga menyadari bahwa pemerintah AS juga benar.
“Jadi benar, memang betul bahwa negara lain tidak memiliki kedaulatan penuh atas apa yang diperbolehkan di wilayah mereka,” terangnya.
Selain itu, Pavel juga menuliskan bahwa mata uang dolar mempunyai pengaruh besar terhadap sistem keuangan global. Hal ini membuat AS memiliki daya kekuatan yang luar biasa. Tidak hanya itu, pemerintah Amerika juga bisa mempengaruhi perusahaan besar seperti Apple dan Google. Termasuk mempengaruhi untuk menghapus aplikasi tertentu dari masing-masing app store mereka.
Meski proyeknya sudah resmi ambyar, namun Pavel Durov masih berharap penuh pada platform terdesentralisasi. Anggapannya, hanya dari desentralisasi inilah bisa mencapai keseimbangan dan kesetaraan di dunia.
Pendiri Telegram ini mengatakan bahwa saat ini semua berada di medan pertempuran yang tepat. Pertempuran ini dinilai sebagai pertempuran yang paling penting untuk generasi saat ini dan generasi mendatang.