BitcoinMedia – Rakyat Palestina. Karena pembayaran online seperti PayPal dan lainnya dilarang beroperasi di Gaza, Bitcoin kian banyak digunakan rakyat Palestina. Sampai sejauh ini, di Palestina sudah ada kurang lebih 20 pedagang Bitcoin. Dengan menggunakan Bitcoin, bahkan pegawai freelance justru lebih mudah untuk menerima pembayaran secara internasional.
Dilansir dari Coindesk, salah satu sumber di Palestina menyebut bahwa saat ini Bitcoin justru lebih populer dari sebelumnya. Bahkan beberapa kantor money changer yang ada menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Ismael Al Safadi, sumber yang dimintai informasi memberikan keterangan pada Coindesk, bahwa beberapa kantor money changer saat ini sudah mampu menghasilkan USD 5 juta – USD 6 juta per bulan. Al Safadi adalah seorang pengembang web lepas dan juga seorang pengguna Bitcoin di Gaza.
Menurut Al Safadi, dirinya juga pernah menyaksikan salah satu kantor money changer yang mengirim 100 BTC dalam sekali transaksi saja. Sedangkan untuk klien-klien money changer kecil, kebanyakan mengirim sekitar USD 200 – USD 1.000.
Bagi Al Safadi sendiri sebagai pengembang web lepas, kurang lebih 70% dari total penghasilan bulanannya dibayarkan dalam bentuk Bitcoin. Pendapat pribadi Al Safadi, sekarang kurang lebih ada 10.000 pengguna Bitcoin di Gaza. Hitungan tersebut adalah berdasarkan jumlah anggota di sebuah grup media sosial yang diikutinya.
Jika dibandingkan dari tahun 2017, hanya berkisar 300 rakyat Palestina saja. Kisaran jumlah itu berasal dari salah satu sumber anonim berdasarkan jumlah pengikut sebuah seminar tentang cryptocurrency yang pernah digelar tahun 2017. Sementara pada sebuah grup Cryptocurrency di sosial media Facebook Gaza, memiliki jumlah 5.000 anggota.
Meski demikian, sulit untuk mendapatkan jumlah valid berapa besar volume perdagangan Bitcoin di Palestina. Pasalnya masih tidak ada bursa kripto di Palestina. Sedangkan perbankan lokal pun tidak bisa terkoneksi langsung dengan perdagangan terkait bitcoin dan kripto lainnya.
Bitcoin Lebih Populer Ketimbang Ethereum
Salah satu warga Palestina yang tinggal di Arab dan tidak ingin disebut namanya menyatakan bahwa dirinya sedang mengembangkan sebuah platform amal berbasis ethereum. Pilot pertama platform itu bakal digunakan untuk mendistribusikan donasi kripto kepada sekolah-sekolah di tepian barat Gaza.
Upaya itu adalah untuk membantu anak-anak Palestina tidak mendapatkan pendidikan yang baik. Bahkan uji coba sudah dilakukan pekan lalu. Dari sumber yang sama mengatakan bahwa orang-orang di Palestina mulai banyak belajar dan mempertanyakan lebih banyak tentang Bitcoin ketimbang Ethereum. Termasuk keingintahuan bagaimana cara transfer secara internasional dan menembus kontrol Israel.
Sementara aktifitas transaksional Bitcoin di Palestina sejauh ini masih belum ada regulasi yang pasti. Fraksi-fraksi politik di Palestina juga saling saling berbeda pendapat. Sedangkan otoriter moneter juga masih melarang perbankan untuk transaksi Bitcoin.
Salah seorang dari sebuah bank di Palestina mengatakan bahwa perbankan dilarang untuk menerima dan menggunakan Bitcoin dalam keadaan apapun juga. Bank tidak diijinkan untuk hal tersebut.
Potensi Pasar Kripto di Palestina
Meski perbankan di Palestina tetap dilarang untuk terlibat transaksional Bitcoin dan cryptocurrency, namun menurut sebagian besar sumber di Gaza bernada sama, menyatakan bahwa sebagian besar pengguna Bitcoin langsung mencairkan dalam bentu mata uang lokal.
Rakyat Palestina pengguna Bitcoin cenderung untuk tidak menyimpan ataupun mentransaksikan Bitcoin untuk keperluan bisnis sampingan sekalipun.
Belum ada bursa kripto di Palestina. Selama ini pengguna Bitcoin di Palestina menggunakan Bitcoin untuk menerima pembayaran atas pekerjaan-pekerjaan online yang telah dilakukan. Sebagian besarnya lagi menggunakan bitcoin untuk dapat menerima pengiriman uang dari keluarga yang berada di luar negeri.
Seketika dana dalam bentuk Bitcoin telah diterima, pengguna kemudian menjualnya di para pedangang lokal secara peer-to-peer.
Namun, meski tidak banyak yang menggunakan untuk keperluan transaksi, jumlah wirausahawan yang menggunakan Bitcoin perlahan meningkat. Jumlah peningkatan pengguna tersebut seiring dengan tumbuhya penggunaan layanan keuangan berbasis mobile.
Dari data Otoritas Moneter Palestina di bulan Juli pada sebuah lokakarya fintech di kota Rawabi, ada 77% rakyat Palestina berusia dewasa tidak memiliki rekening bank. Padahal pengguna smartphone sudah berjumlah 2,6 juta orang.
Dari kondisi tersebut, adopsi Bitcoin di Palestina punya potensi yang cukup bagus untuk bisa berkembang. Belum lagi, di tahun 2006 saat kelompok Hamas berkuasa, seluruh tranfer mata uang tunai dihentikan sementara.
Menurut Al Safadi, Gaza saat ini disebutnya mirip seperti sebuah pasar gelap. Di Gaza ada operasi yang dilakukan oleh Brigade Al Qassam secara sembunyi-sembunyi. Operasi sembunyi-sembunyi itu dengan mewajibkan seluruh penjual Bitcoin untuk mencatat address wallet, jumlah transaksi, serta nomor ID setiap pengguna saat mencairkan Bitcoin. Selebihnya data tersebut dilaporkan kepada kepolisian.
Keterangan Al Safadi yang disampaikan di Coindesk, dirinya tidak mengetahui tujuan pasti dari pengawasan itu. Namun unikinya,Brigade Al Qassam sendiri justru telah berupaya meningkatkan penggalangan dana untuk pihaknya sejak musim panas lalu.
Bahkan menurut New York Times, situs Brigade Al Qassam sendiri memuat tutorial khusus cara-cara menggunakan Bitcoin. Termasuk pula bagaimana tutorial generate address Bitcoin baru agar bisa menyalurkan donasi.
Upaya penggalangan dana tersebut tidak lain untuk pendanaan sayap militer Brigade Al Qassam. Keterangan yang didapat dari sumber Coindesk, sumbangan yang masuk ke kelompok itu sudah berkisar kurang lebih USD 12.000 di tahun ini.
Bahkan, ada sumber lain yang menyebut bahwa Hamas juga melakukan pertambangan Bitcoin. Dari sumber yang sama menyatakan bahwa dari pertambangan itu sudah menghasilkan USD 195.000 di tahun 2019 ini. Meski demikian, potensi dibalik itu sebetulnya juga meningkatkan kesadaran penduduk sipil akan penggunaan mata uang Bitcoin.
Fakta lain bicara berbeda. Meski ada faktor Hamas, namun sebagian sumber di Palestina penggunaan Bitcoin oleh rayak Palestina jauh melebihi aktifitas yang berkaitan dengan Hamas. Transaksional penggunaan Bitcoin seperti menerima pembayaran untuk kerja-kerja freelance, kirim dan terima dana dari sanak saudara dan kerabat dari luar negeri atau sebaliknya jauh lebih besar. Baik Al Safadi maupun beberapa sumber lain yang telah dimintai keterangan, berharap agar bisa ada bursa kripto resmi di Palestina. Sehingga rakyat Palestina bisa bertransaksi menggunakan Bitcoin.