Cegah Ijazah Palsu Dengan Teknologi Blockchain
KPM – Kementerian Pendidikan Malaysia gunakan blockchain untuk mencegah ijazah palsu. Dalam siaran resmi di situsnya dua hari lalu (9/11/18), Kementerian Pendidikan Malaysia menyebut ijazah palsu meningkat pesat karena bisa dibeli dengan mudah di internet.
Berdasarkan data yang dihimpun BBC pada bulan Januari 2018, ijazah palsu meningkat pesat di UK. Pada data tersebut menyebut ada kurang lebih ribuan warga di UK yang telah mudah membeli ijazah palsu dengan gelar Diploma dari jaringan oknum di Pakistan.
Bahkan di tahun 2015, ada kurang lebih 215.000 dukumen dengan kualifikasi palsu yang menggunakan ijazah palsu baik untuk sekolah tinggi maupun universitas. Dari pantauan BBC, jumlah total praktek pembuatan ijazah palsu itu mencapai nilai total USD 51 juta.
Meski modus tersebut tidak banyak terjadi di Malaysia, namun untuk tujuan mencegah maraknya ijazah palsu tersebut Kementerian Pendidikan Malaysia ingin menggunakan sistem sertifikasi e-Scroll yang berbasis teknologi blockchain.
Salah satu institusi pendidikan di Malaysia yang telah menerapkan teknologi blockchain untuk sertifikasi pendidikan adalah Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia (UIAM). Universitas ini menggunakan sistem sertifikasi yang disebut dengan e-Scroll.
Ketua Pengarah Pendidikan Tinggi di Kementerian Pendidikan Malaysia,Ir, Dr. Siti Hamisah Tapsir menyatakan:
“Menyadari pentingnya menjaga integritas dan reputasi universitas-universitas di Malaysia, KPM telah mengambil langkah proaktif untuk mencegah kasus ijazah palsu agar tidak merugikan lulusan yang benar-benar jujur dan berintegeritas.”
Hamisah Tapsir menyebut ide awal untuk menggunakan e-Scroll berbasis blockchain tersebut telah mulai dirumuskan sejak bulan Januari 2018. Kala itu sudah cukup banyak perdebatan untuk mulai menggunakan teknologi Blockchain di Majelis Dekan-dekan ICT (MADICT) yang terdiri dari dekan-dekan di Universitas yang ada di Malaysia.
Setelah mengetahui bahwa penggunaan teknologi blockchain tersebut bisa diterapkan untuk sertifikasi akademis, Kementerian Pendidikan Malaysia menindaklanjuti dengan membentuk konsorsium untuk eksplorasi teknologi blockchain.
Konsorsium yang dibentuk tersebut terdiri dari 6 universitas besar di Malaysia. Enam universitas yang sudah masuk di konsorsium tersebut adalah UUM, IIUM, UTM, UMS, UMT dan juga UITM. Tidak lain, konsorsium tersebut dibentuk untuk mengeksplorasi dan mengembangkan teknologi dalam dunia akademis.
Tentang e-Scroll untuk sertifikasi akademis berbasis blockchain itu, disebut dibuat menggunakan Blockchain NEM. Kabarnya, implementasi itu akan dilakukan dalam waktu dekat.
Sertifikasi akademis menggunakan teknologi blockchain memang dapat dilakukan dan membawa manfaat besar. Terutama untuk meminimalisir penggunaan ijazah palsu. Sertifikasi akademis berbasis blockchain pertama kali dilakukan oleh Holberton School of Software Engineering di tahun 2016.
Lulusan di Holberton School tersebut, menerima dua sertifikat akademis, baik yang berbentuk fisik maupun digital. Tidak lama kemudian, MIT Media Labs juga merilis source code open source yang dapat dipelajari secara publik. Code itu tidak lain bagaimana mengimplementasikan teknologi blockchain untuk sertifikat digital.