BitcoinMedia – Kebocoran Data. Insiden kebocoran data tidak hanya dialami oleh bursa Binance saja. Dua hari lalu Capital One ternyata mengalami hal yang sama. Kurang lebih ada 106 juta data akun pengguna yang bocor.
Dari 106 juta data akun yang telah bocor itu, ada sekitar 200.000 akun rekening yang berhasil disikat oleh penyerang. Capital One Financial Corp adalah perusahaan bank holding company yang berbasis di Virginia, Amerika Serikat.
Kabarnya, penyerang yang berhasil membobol ratusan juta kartu kredit adalah seorang wanita berusia 33 tahun, berdasarkan laporan resminya beberapa saat lalu. Hacker wanita itu adalah seorang wanita bertempat tinggal di Seattle.
Akibat dari insiden itu, agensi pemberi rating kredit Equifax harus membayar biaya ganti rugi sebesar USD 700 juta. Luar biasa, jika dirupiahkan nilai itu hampir berkisar Rp. 10 trilyun.
Padahal, Capital One begitu agresif memberikan semboyan sebagai sebuah perusahaan teknologi yang melayani transaksi perbankan, bukan perusahaan perbankan yang menggunakan teknologi. Kini nampaknya semboyan itu berubah total.
Fakta yang jauh lebih menyedihkan, karena hampir kebanyakan perbankan modern paling tidak peduli dengan privasi data pengguna. Bagi sebuah perusahaan dengan semboyan sebagai perusahaan teknologi, insiden Capital One adalah contoh buruk yang terjadi kesekian kalinya.
Dalam insiden tersebut, Senator AS Ron Wyden mengirim surat khusus kepada CEO Amazon. Alasannya, kebocoran data yang dialami oleh Capital One menggunakan jasa dari perusahaan Amazon.
Nampaknya, insiden yang menimpa Capital One mungkin dirasa tidak seberapa. Pasalnya sebelumnya kemarin, bursa Binance juga disebut mengalami kebocoran data.
Tepatnya pada hari Rabu kemarin (7/8/19), para penyerang banyak menyebarkan sekian banyak foto-foto unggahan proses submit KYC di bursa itu melalui beberapa grup Telegram. Beberapa grup telegram yang sempat diketahui, adalah grup-grup yang menggunakan nama sejenis “Find Your Binance KYC”.
Dari sekian banyak informasi yang dihimpun di berbagai media, tanggal yang tercantum dalam foto-foto unggahan pengguna Binance untuk proses KYC itu banyak terjadi di sekitar bulan Februari 2018.
Sejak lama, bursa Binance ini adalah salah satu bursa kripto yang cukup sering terlibat insiden. Di tahun 2018, tepatnya di pada tanggal 7 Februari, bursa itu sudah terindikasi diserang. Namun pihak Binance kemudian menolak tudingan itu. Mengatakan bahwa pihaknya saat itu hanya melakukan maintenance saja.
Berlanjut kemudian pada tanggal 7 Mei 2019 lalu, bursa Binance berhasil diretas. Total nilai kerugian saat itu mencapai USD 40 juta, atau sekitar Rp. 568,4 milyar.
Tidak itu saja, Binance Chain, jaringan Blockchain milik Binance ini tercatat di bulan Juli yang baru berumur 3 bulan, kapasitasnya sudah mencapai 582 gigabyte. Besarnya kapasitas blockchain Binance itu sudah dipandang menjadi masalah yang cukup serius.
Meski kebocoran data di Binance masih belum bisa dipastikan kebenarannya, namun dari banyak foto yang telah tersebar menandakan memang terjadi. Jika kebocoran itu memang terbukti, insiden Binance akan jauh lebih memalukan ketimbang Capital One. Pasalnya bursa kripto sudah semestinya menjunjung tinggi privasi pengguna.