• News
    • Bitcoin
    • Altcoin
    • Market
    • Teknologi
    • editorial
  • Bitcoin 101
    • Pengertian
    • Sejarah Bitcoin
    • Cara Kerja
  • MINING
    • Pengertian
    • CPU Mining
    • GPU Mining
    • Asic Mining
    • Cloud Mining
    • Cara Mining Altcoin
  • Jurnal
  • Tutorial
  • Komunitas
  • FIGUR
  • Coins
    • Marketcap Kripto
    • 50 Top Gainer
    • 50 Top Loosers
  • Exchanges
Facebook Twitter Instagram
Bitcoin Media Indonesia
  • News
    • Bitcoin
    • Altcoin
    • Market
    • Teknologi
    • editorial
  • Bitcoin 101
    • Pengertian
    • Sejarah Bitcoin
    • Cara Kerja
  • MINING
    • Pengertian
    • CPU Mining
    • GPU Mining
    • Asic Mining
    • Cloud Mining
    • Cara Mining Altcoin
  • Jurnal
  • Tutorial
  • Komunitas
  • FIGUR
  • Coins
    • Marketcap Kripto
    • 50 Top Gainer
    • 50 Top Loosers
  • Exchanges
Bitcoin Media Indonesia
BitcoinMedia » NEWS » DeFi Hanya Teater Desentralisasi, Sebut Charlie Lee
News

DeFi Hanya Teater Desentralisasi, Sebut Charlie Lee

adiBy adiFebruary 21, 2020Updated:August 10, 20213 Mins Read
Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Tumblr Reddit WhatsApp Email
DeFi Hanya Teater Desentralisasi, Sebut Charlie Lee
Share
Facebook Twitter Telegram WhatsApp

Pentolan Litecoin, Charlie Lee mengumbar opininya terkait dengan insiden peretasan DeFi bZx beberapa waktu lalu. Atas insiden tersebut, pendiri Litecoin ini menyebut DeFi hanya teater desentralisasi saja. Dirinya mengaku tidak percaya dengan DeFi lantaran mudah untuk ditutup pihak otoritas berwenang.

Ciutan Charlie Lee itu lantas menyebar kemana-mana. Terang saja, karena memang peristiwa peretasan DeFi bZx bahkan terjadi dua kali dalam waktu beberapa hari saja. Decentralized Finance – DeFi, selama ini banyak digembar-gemborkan dapat berjalan secara independen menggunakan blockchain tanpa intervensi pihak terpusat manapun.

Idenya tetap itu juga, menggunakan smart contract di platform blockchain tertentu. Sehingga sejumlah nilai transaksi itu bisa diproses melalui DeFi. Hal ini dipandang berbeda oleh Charlie Lee. Menurutnya, gagasan desentralisasi mata uang dengan sistem keuangan yang ada saat ini adalah dua konsep yang sepenuhnya berbeda.

This is why I don't believe in DeFi. It's the worst of both worlds. Most DeFi can be shut down by a centralized party, so it's just decentralization theatre. And yet no one can undo a hack or exploit unless we add more centralization.

So how is this better than what we have now? https://t.co/F1HMSeqb6q

— Charlie Lee (@SatoshiLite) February 16, 2020

Bitcoin (BTC) dan cryptocurrency lainnya sebagai alat pembayaran dibangun untuk dapat ditransaksikan dengan jumlah unit yang terbatas, dan tetap. Hal itu lantas berubah menjadi sebuah epidemi ketika Ethereum muncul di tahun 2014 silam. Wacana yang diusung untuk merevolusi sistem keuangan. Hal ini terkesan terlalu berlebihan.

Karakter desentralisasi dalam cryptocurrency memberikan tingkat keamanan yang lebih, karena bisa dicapai melalui distribusi konsensus. Sementara DeFi hanya menggunakan properti itu dalam pengembangan sistemnya saja.

Ujungnya adalah para pebisnis DeFi ini memainkan perannya dengan melibatkan banyak institusi besar, sebagai penjaga gawang mutlak dibaliknya. Inisiatif membuat desentralisasi keuangan, yang ada justru terlalu banyak peran institusi terpusat. Menurut Lee, DeFi akan terus banyak bergantung pada institusi-institusi besar itu.

DeFi Banyak Disorot, MakerDAO Pilih Aman

Insiden yang terjadi pada DeFi membuat Marker DAO ikut merasakan imbasnya. MakerDAO sejauh ini dipandang sebagai proyek DeFi terbesar. Platform ini sudah mendominasi setidaknya sekitar 57,5% berdasarkan pantauan beberapa media kripto.

Melihat situasi yang ada, banyak pasang mata saat ini menyosot platfom DeFi. Termasuk juga MakerDAO. Dari sekian banyak ciutan di sosial media, MakerDAO lebih memilih jalan aman. Enggan untuk menanggapi sembali menyebut bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan. Menurut mereka, insiden tersebut tidak ada yang diretas. Masyarakat tidak perlu takut dan ragu-ragu.

Today's Governance call should be lively… a lot to discuss! Join and learn about the GSM delay & Dark Fix details. https://t.co/yWifpfIgov

— Maker (@MakerDAO) February 20, 2020

Namun dalam ciutan baru-baru ini, pihak MakerDAO juga berupaya untuk melakukan pembaruan sistem tata kelola resiko di platformnya. Jalan yang coba diupayakan adalah menggunakan Governance Security Module (GSM).

Mekanisme itu mencoba untuk mengambil peran pemilik token MKR agar bisa terlibat dalam pengambilan keputusan ketika ada kebijakan pembaruan. Sorotan yang ada itu dipandang hanya sebatas “FUD”.

Sementara dari insiden DeFi bZx, sudah terlihat bahwa penyerang berhasil mengeksploitasi protokol DeFi yang digunakan platformnya. Ulasan di Defiant (19/2/2020) yang ditulis oleh Camila Russo cukup gamblang bagaimana protokol DeFi itu bisa dieksploitasi.

Arbs made ~$900K in seconds by exploiting DeFi 💸💸

It's mind-blowing stuff. Here's The Defiant post w/ exploits' twisted steps (in pics), qs raised about decentralization and price oracles, and consequences so far.

What's your take on the blame game?https://t.co/bsqWC47jDE pic.twitter.com/ETsvDsfDxa

— Camila Russo (@CamiRusso) February 18, 2020

Pada serangan DeFi bZx pertama yang terjadi tepat di hari Valentine itu, setidaknya ada 5 protokol yang berhasil dieksploitasi. Serangan ini hanya berlangsung dalam waktu 15 detik. Dengan modal cuman USD 8,21 atau sekitar Rp. 113 ribu.

Sementara di serangan kedua, ada 4 protokol yang dieksploitasi. Serangan kali kedua ini juga dilakukan hanya dalam waktu 15 detik. Namun penyerang harus mengeluarkan modal lebih besar. Kurang lebih USD 110 atau sekitar Rp. 1,5 juta.Yang cukup menarik, bahwa dalam ulasan teknis yang dijelaskan Defiant juga memperinci pandangan bahwa platform DeFi bukanlah terdesentralisasi. Sudah cukup gamblah bahwa pihak tim DeFi punya kendali penuh atas platform tersebut.

bZx Charlie Lee DeFi MakerDAO MKR
Previous ArticleBitCherry – Bangun Ekosistem Bisnis Terdistribusi dan Terpercaya
Next Article BitCherry Memulai Era Baru Bisnis Terdistribusi Berbasis Blockchain
adi
  • Website
  • Facebook
  • Twitter

Adi S, pemerhati Bitcoin dan cryptocurrency. Telah mengikuti dunia bitcoin sejak lama, dan akhirnya memutuskan untuk membuat dokumentasi yang lebih detail tentang penjelasan dunia cryptocurrency di Indonesia.

Related Posts

Raja Kripto Gadungan, Berujung Diculik Dan Disiksa

March 28, 2023By Fara Yuniar

Negara G7 Upayakan Bikin Regulasi Kripto Global

March 28, 2023By adi

Sudah Coba Stack Duo? Wallet Bitcoin – Monero Bagi Pecinta Privacy Coin

March 27, 2023By adi

Plebbin, Marketplace Khusus Bitcoiner

March 27, 2023By Fara Yuniar

Yuk, Bikin Alat Asic Mining Mini Sendiri

March 26, 2023By adi

Cudos Grant, Program Pendanaan untuk Proyek Kripto Terbaik dari Cudos

February 3, 2023By guestpost
Add A Comment

Leave A Reply

You must be logged in to post a comment.

Recent Posts
  • Raja Kripto Gadungan, Berujung Diculik Dan Disiksa
  • Negara G7 Upayakan Bikin Regulasi Kripto Global
  • Sudah Coba Stack Duo? Wallet Bitcoin – Monero Bagi Pecinta Privacy Coin
  • Plebbin, Marketplace Khusus Bitcoiner
  • Yuk, Bikin Alat Asic Mining Mini Sendiri
Bitcoin Media Indonesia
Berdiri sejak 2016, Bitcoin Media Indonesia menjadi media komunitas kripto pertama di Indonesia

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

Recent Comments
  • Satria on WXCoins Kripto Abal-abal, Masuk Daftar Hitam Satgas Waspada Investasi
  • DAULAYBRO on WXCoins Kripto Abal-abal, Masuk Daftar Hitam Satgas Waspada Investasi
  • Edukasi Bitcoin on 6 GPU Terbaik Untuk Mining Tahun 2018
© 2023 Bitcoin Media Indonesia.
  • Perihal Situs BitcoinMedia.id
  • Privacy Policy
  • Syarat Layanan
  • Disclaimer
  • Contact

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.