Mantan Menteri Keuangan RI Chatib Basri menilai dampak virus Corona bisa berimbas pada penurunan ekonomi di Indonesia. Pernyataan ini dilontarkan pada acara Seminar Publik Forum Kebijakan Ketatanegaraan yang berlangsung di gedung CSIS hari Selasa kemarin.
Pada kesempatan itu Chatib Basri mengatakan, “Melihat sensitivitas ekonomi matrix, jika pertumbuhan ekonomi China turun 1 persen maka growth kita turun 0,1 – 0,3 persen”, terangnya. Potensi penurunan ekonomi Indonesia itu bisa dipicu oleh dampak virus Corona yang melanda di sebagian besar wilayah di dunia saat ini.
Sementara produk domestik bruto (PDB) Indonesia disebut bisa melemah di kisaran 4,7 – 4,9 persen di tahun ini. Yang melatarbelakangi pemikiran itu adalah dengan perbandingan ekonomi China di tahun 2002. Ketika saat itu virus SARS menyerang. Pada tahun tersebut perekonomian China turun dari 11 persen menjadi 9 persen, seperti yang dikutip dari Bisnis.com (19/2/2020).
Menurut Chatib, dampak virus corona akan berdampak pada kinerja impor ekspor yang diprediksi menjadi lambat. Namun karena porsi perdagangan China ke Indonesia tidak sebesar Singapura, sehingga tidak terlalu signifikan.
Sementara yang cukup menjadi perhatian adalah sektor pariwisata. Dampak virus itu berimbas pada wisatawan China yang hendak berkunjung ke Indonesia. Saran Chatib adalah mendorong kegiatan ekonomi domestik.
Pada awal bulan lalu, MIT Sloan School of Management bersama dengan State Associates menerbitkan hasil penelitiannya terkait potensi resesi yang diprediksi terjadi pada sekitar enam bulan kedepan. Hasil penelitian MIT itu bahkan menyebutkan bahwa prosentasi kemungkinan terjadi sekitar 70%.
Metode yang digunakan adalah mahalanobis. Memperguankan teknik pengukuran jarak yang umum digunakan dalam analisa tengkorak manusia. Metode mahalanobis lalu digunakan untuk perbandingan kondisi pasar kini dengan masa sebelumnya.
Sementara pembanding yang digunakan adalah pada masa perang dunia I. Tepatnya di tahun 1916 terjadi resesi. Hasilnya indeks dari 4 faktor yang dipergunakan menghasilkan angka naik. Hasil itu yang membuat peneliti yakin hingga 70 persen.
Apa yang terjadi pada wabah virus corona beserta potensi dampaknya yang besar, bisa jadi menjadi faktor pemicu lebih besar. Di AS, gejala perekonomiannya mungkin tidak nampak terlihat ada kontradiksi. Namun ketika melihat dampak virus corona tersebut, kondisi mungkin bisa jadi berbeda.
Berdasarkan laporan data dari perusahaan konsultan Tourism Economic pada 31 Januari lalu, menyebutkan dampak virus corona terhadap perekonomian AS. Dampak yang paling terasa tidak lain dari sektor pariwisata AS. Dari laporan tersebut menyebut bahwa wisatawan China ke AS cukup besar.
Sementara menurut US Travel Association menyebutkan bahwa pengeluaran wisatawan Tiongkok ke AS rata-rata USD 6.500 di tahun 2018 silam. Menurut dari data yang ada, angka di tahun itu adalah yang tertinggi secara internasional. Tahun 2018, total dari wisatawan Tiongkok sudah menyumbang ekonomi AS sebesar USD 34,6 milyar. Sementara di tahun 2019 juga menunjukkan tren yang sama. Apa yang nantinya terjadi dalam situasi ekonomi secara global, bisa juga memberikan dampak pada dunia cryptocurrency. Dampak virus corona juga telah berimbas pada ekosistem kripto, terutama bagi pabrikan perangkat ASIC miner.