BitcoinMedia – Blockchain Medis. Rumah Sakit BP Batam kini bakal menggunakan blockchain medis dari dClinic untuk mempermudah dokter saat cek data pasien. BP Batam sendiri saat ini menjadi pionir atas implementasi blockchain di Indonesia.
Turut hadir dalam agenda BlockBatam bertajuk “Creating the Blockchain Capital of South East Asia”, di Aston Hotel Selasa kemarin (28/8/19), dClinic dengan BP Batam dan Rumah Sakit BP Batam sebelumnya juga telah menandatangani kontrak senilai $140juta USD.
Dalam agenda tersebut dihadiri oleh Asisten Deputi Menteri Bidang Moneter dan Neraca Pembayaran Kementerian Koordinator Perekonomian Dr. Edi Prio Pambudi, CEO dClinic International Dr. Richard Satur, CEO & Founder Indodax Oscar Darmawan, CEO Quantum Hedge Fund Jan Janssen, dan Chairman PLMP Fintech Group Dr. Peter Lim Chairman.
Latar belakang penyelenggaraan event kemarin adalah sebagai wujud deklarasi Kota Batam sebagai Zona Ekonomi Digital Indonesia. Sekaligus menandai proyeksi Indonesia sebagai pasar blockchain terbesar di ASEAN, dan mempertemukan pula para pelaku blockchain di seluruh Indonesia.
Dalam kesempatan kemarin, Kepala Badan Pengusahaan BP Batam Edy Putra Irawady mengatakan bahwa BP Batam telah merancang dan merencanakan fasilitas premium berupa layanan di Pusat Data dan Sistem Informasi (PDSI) BP Batam sebagai host beberapa platform blockchain guna mendukung program Zona Ekonomi Digital.
“Saya pikir kita punya skill labor di Batam. Sisi multietnis di sini luar biasa, artinya komunikasi internasionalnya lebih mudah. Yang kedua adalah pengalaman untuk membangun perusahaan-perusahaan yang berbasis IT dan selaras dengan industri 4.0, seperti PT Schneider, PT Pegatron, PT Excelitas Technologies, PT Infineon Technologies dan PT Sammyung Precision,” Edy Putra Irawady.
Inisiatif tersebut datang menindaklanjuti dukungan pemerintah pusat bahwa Batam sebagai Jembatan Digital Indonesia yang disampaikan Presiden Joko Widodo bulan September tahun 2017 silam di Singapura.
Sebelumnya melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian juga mengajukan rencana mengembangkan pulau Batam sebagai fasilitas Perbankan Lepas Pantai dan Tax Haven di bulan Oktober 2016.
Dalam mendukung rancangan implementasinya, Batam saat ini telah memiliki basis ICT dan blockchain. Menurut Edy, pengembangan ke depan dengan kerjasama perusahaan swasta di Batam dapat dilakukan lebih mudah hanya menggunakan aplikasi berbasis blockchain. Tidak perlu lagi repot melalui proses perundingan.
Edy juga menambahkan bahwa Batam telah memiliki keunggulan kompetitif dengan SKA Form A dan Kartu In Land FTA untuk investor. Selain itu Batam juga memiliki kartu FTZ. Jika menyangkut soal letak geografis, menurut Edy pulau Batam hanya berjarak 20 kilometer dari akses pasar internasional di antara perniagaan pasifik dan atlantik. Sehingga posisi letak geografis tersebut cukup strategis.
Pemanfaatan teknologi Blockchain membuat kemudahan untuk investor. Terlebih, regulasinya menjadi tidak menakutkan. Meski begitu, Edy tidak menampik bahwa terdapat beberapa kelemahan, terutama dari sisi ekosistem berupa logistik, infrastruktur yang mengarah ke industri, dan atraksi untuk mendorong masuknya industri 4.0.
Blockchain Medis dClinic Untuk RS BP Batam
Pada penghujung bulan Juli, dClinic, BP Batam dan Rumah Sakit BP Batam telah resmi menjalin kemitraan strategis. Pihak-pihak terkait tersebut resmi menandatangani kontrak senilai $140juta USD, dan bermitra dengan Deloitte Southeast Asia serta JP Consulting asal Australia.
Dalam poin kesepakatan itu, dClinic ditunjuk sebagai pihak yang akan mengimplementasikan platform Blockchain medis untuk Kesehatan Publik. Membuka Pusat Kesehatan dan Vitalitas premium pertama di RSBP Batam dan Batam CBD dalam tempo waktu 6 bulan pertama di tahun 2020 mendatang.
Langkah untuk proses efisiensi, penanganan cepat dan terpadu, dianggap cukup penting dalam dunia medis. Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. Edi Prio Pambudi selaku Asisten Deputi Menteri bidang Moneter dan Neraca Pembayaran Kementerian Koordinator Perekonomian. Menurutnya, dunia medis juga perlu menciptakan efisiensi bisnis.
Tidak hanya instansi atau kelembagaan lembaga medis, namun menurut Edi dokter juga harus mengetahui perkembangan teknologi yang ada. Alasannya, blockchain dianggap teknologi ledger yang terdistribusi, manfaatnya dokter juga bisa mengetahui data rekam medis pasien, jenis penyakit, obat, dan tindakan yang pernah dilakukan sebelumnya. Tanpa harus mengulang bertanya kepada pasien.
Terkait dengan perkembangan KEK RSBP Batam, menurut Edi saat ini pihaknya masih menjalani proses jejak pendapat. Fungsinya agar menghindari penafsiran untuk memasukkan tenaga kerja asing di Batam.
“Kami justru membuat percepatan yang bernama transfer of technology. Presiden selalu mendorong untuk berkompetisi dengan dunia, sehingga kita harus cepat menguasai teknologi. Jangan sampai tertinggal dengan negara lain,” kata Edi lagi.Sebagai pendekatan bisnis yang baru, Edi berharap RSBP Batam dapat cepat berkembang, mendatangkan investor, dan pelanggan yang membutuhkan layanan dari RSBP Batam.