Agustin Carstens, Kepala Bank for International Settlements (BIS) menyatakan akan membangun pusat inovasi untuk teknologi finansial, terutama untuk menjangkau pasar cryptocurrency. Agustin Carstens memberikan komentarnya tersebut saat dimintai keterangan Financial Times pada hari Minggu, (30/6/19).
Kepala BIS yang berbadan gemuk ini sebelumnya seringkali memberikan komentar-komentar pedas untuk Bitcoin. Pada awal bulan Juli setahun lalu misalnya, Agustin mengatakan bahwa kripto adalah bubble, skema ponzi.
Menurutnya saat itu, perbankan sudah menyediakan alat pembayaran elektronik selama beberapa dekade. Tidak cukup banyak alasan untuk dunia cryptocurrency bisa diterima dalam waktu dekat. Sebaliknya, bank sentral perlu mengambil langkah intervensi pada dunia kripto.
Kenyataan tersebut nampak mulai berbalik 180 derajat. Kondisi keuangan secara global dipercaya bakal mengalami situasi paceklik panjang dalam waktu dekat. Agustin Carstens sendiri justru tengah berupaya untuk mendesak agar Mata Uang Digital Bank Sentral segera dipercepat.
Dalam laporan tahunan bis yang dipresentasikan di Swiss, Agustin menjelaskan bahwa bank sentral perlu menjaga amunisinya untuk menghadapi kondisi penurunan ekonomi yang drastis. Langkah persiapan itu disebut akan jauh lebih baik ketimbang mengalokasikan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
“Kami menekankan bahwa penting menyiapkan pencegahan menghadapi penuruan yang lebih serius,” terangnya.
Pendapatnya itu dilandasi setelah menerima pesan dari Federal Reserved AS (The FED), terkait dengan adanya perubahan kebijakan moneter secara global. Perubahan kebijakan tersebut disebut akan mengambil langkah untuk memangkas suku bunga pertama kalinya sejak terjadi krisis keuangan pada satu dekade lalu.
Alasan itulah kemudian membuatnya merasa penting untuk merangkul inovasi teknologi keuangan dari cryptocurrency. BIS bahkan dikabarkan bakal mendirikan innovation hub khusus untuk industri keuangan. Menurutnya, bank sentral juga perlu mempercepat dalam pengembangan mata uang digitalnya sendiri.
Ketakutan Akan Libra Facebook Dapat Mengancam Perbankan Global
Bisa jadi, dunia mungkin mulai terusik ketika raksasa sosial media Facebook bakal meluncurkan mata uangnya, Libra, pada tahun depan.
Munculnya Libra diakui atau tidak telah memicu respon luar biasa cepat dari para pemangku kebijakan dalam skala global. Dunia yang makin kental sudah mengarah ke digital ini juga syarat banyak dikuasai oleh perusahaan-perusahaan teknologi besar. Perusahaan besar seperti Amazon, Facebook, Alibaba dan lain-lain percaya bakal lebih efisien dalam memangkas biaya transaksi. Efek nyatanya tentu saja dapat berimbas pada sistem perbankan konvensional yang ada saat ini.
Hyun Song Shin selaku penasihat ekonomi sekaligus kepala penelitian di BIS menyatakan bahwa adopsi mata uang digital di luar sistem keuangan dapat berpotensi mengurangi persaingan, bahkan bisa berpotensi memicu masalah privasi data.
Pekan sebelumnya, Crhris Hughes, salah satu pendiri Facebook sendiri pernah memberikan komentar atas kekhawatirannya pada masa transisi perpindahan teknologi besar ke dunia keuangan digital. Menurutnya, Libra bikinan Facebook ini dapat mengalihkan kekuasaan ke tangan yang salah. Oleh sebab itu, Agustin Carstens mengaku bahwa dirinya selama ini sering berbicara tentang dampak digitalisasi. Menurutnya, pihak berwenang dianggap perlu untuk mengendalikan cryptocurrency seperti Bitcoin, yang dianggapnya tidak berfungsi sebagai alat pembayaran.