Bursa kripto Binance sempat menjadi target seragnan DDOS di penghujung bulan April lalu. Tepatnya tertanggal 29 April saat itu, salah satu server Binance di China diserang. Namun dibalik serangan itu, CEO Zhao menyalahkan kompetitor. Dirinya menduga serangan tersebut adalah ulah bursa kripto kompetitor Binance.
Sejak awal saat serangan bermula, Zhao sudah menuding adanya tanda-tanda bahwa ulah serangan yang terjadi berasal dari kompetitor. Akibat serangan DDOS yang terjadi, membuat akses jaringan di bursa Binance tersebut menjadi terhambat.
Komentar Zhao juga diperkuat oleh Yi He, salah satu pendiri Binance. Menurutnya, ulah DDOS yang terjadi dipicu oleh ulah bursa kripto competitor Binance. Insiden DDOS saat itu ternyata tidak sekali saja, namun beberapa kali.
Saat serangan DDOS pertama, diketahui pertama kali oleh Yi He. Namun belum ada pernyataan resmi yang dibuat oleh pihak Binance. Jauh sebelumnya di Bulan Februari insiden serupa juga terjadi di OKEx dan Bitfinex. Sementara CEO OKEx, Jay Ho, sudah lebih dulu menyalahkan kompetitor atas insiden DDOS yang terjadi.
Lebih jauh, Zhao juga memberikan keterangan detail melalui Cointelegraph (5/5/2020). Kata Zhao, ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa serangan DDOS berasal dari pihak bursa kompetitor. Alasannya karena biaya untuk serangan DDOS sendiri tidaklah sedikit. Sementara serangan yang terjadi dinilai terkoordinasi dengan cukup baik.
Zhao seolah melihat ada tanda “black campaign” terhadap bursa kripto Binance. Menurut Zhao, diluar banyak media kripto “hitam” yang kerap menulis artikel negatif kecuali jika mau membayarnya.
Sementara media-media tersebut lebih banyak berasal dari kompetitor Binance. Lebih spesifik tentang serangan DDOS yang terjadi, Zhao mengatakan bahwa serangan yang ada semua difokuskan pada endpoint public secara bersamaan. Padahal menurutnya Binance sudah dilengkapi dengan berbagai fitur tambahan mulai dari caching, clustering, hingga CDN untuk mengoptimalkan pengalaman pengguna.