BitcoinMedia. Ada-ada saja, seseorang mengirim ancaman bom di sebagian besar penjuru Rusia sejak hampir sebulan lalu (28/12/19). Orang tersebut kemudian meminta tebusan uang senilai USD 870.000, atau setara Rp. 12,1 milyar dalam bentuk Bitcoin.
Total nilai tebusan yang diminta itu adalah senilai dengan jumlah yang dicuri dari insiden peretasan bursa kripto WEX, menurut sumber yang dituliskan di Coindesk (25/12/19). Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa di Rusia ini. Tidak juga ada bom yang meledak seperti yang telah disebar dalam ancamannya.
Meski demikian, pihak aparat keamanan di Rusia tentu tidak menganggap remeh ancaman itu. Dilansir dari Interfax.ru hari Jumat pekan lalu (20/12/19), ancaman itu sudah berlangsung selama hampir satu bulan.
Menurut sumber dari Interfax, sejak 28 November itu, sudah ada 750-770 ribu orang yang harus dievakuasi. Ancaman bom di Rusia sebulan lalu, ditujukan pada kurang lebih 7 sampai 8 ribu obyek kota yang disebut sebagai sasarannya.
Akibatnya, pihak agensi keamanan di Rusia menyisir seluruh sektor yang dianggap berpotensi menjadi sasaran ancaman bom di Rusia. Mulai menyisir hingga 200 fasilitas pendidikan, puluhan layanan medis, 12 kapal, dan beberapa tempat bandara, hingga lebih dari 250 lokasi stasiun kereta.
Sementara evakuasi puncaknya dilakukan pada tanggal 10 Desember. Saat itu, pihak berwenang melakukan evakuasi hingga 120.000 orang yang ada dikota. Evakuasi tersebut dilakukan agar agensi dapat melakukan pemeriksaan terhadap 400 lokasi obyek sasaran lokasi ancaman bom di Rusia.
Tidak hanya tempat-tempat publik saja. Di St Pettersburg misalnya, media pers dan beberapa lokasi pengadilan kota di Rusia juga sempat di evakuasi. Lokasi-lokasi tersebut juga sempat menerima ancaman bom yang sama.
Termasuk juga beberapa institusi pendidikan tinggi yang ada di Rusia. Pasalnya, pihak berwenang sempat menerima ancaman bom yang disebut telah ditanam di puluhan lembaga. Tertanggal 19 Desember, pihak berwenang menyebut telah menyisir hingga 1.000 lokasi di Moskow.
Meski sempat ada ancaman bom, salah seorang warga Indonesia yang pada saat itu sempat berada di Rusia menyebut tidak pernah mendengar ada isu itu. Zetya Ani, warga Indonesia yang sedang berada di Rusia mulai 20 November sampai 20 Desember lalu.
Menurut Ani, saat mendarat di Rusia, situasi penjagaan di bandara Moscow memang sudah cukup ketat. “Paspor diperiksa per halaman,” terangnya. Ani juga menambahkan, “Tiap hari jalan ke kota bahkan ke luar kota tidak mendengar ada warning apapun,” jelasnya.
Bisa jadi, penanganan isu adanya teror ancaman bom ditangani dengan cukup rapi oleh aparat keamanan di Rusia. Sehingga hal itu tidak sampai membuat turis menjadi panik. Sementara, lokasi-lokasi yang sempat diperiksa sebagian besarnya di tempat-tempat seperti sekolah, fasilitas pendidikan tinggi, bandara, pengadilan dan tempat lainnya.
Ancaman Bom di Rusia, Tebusan Bitcoin
Menurut sumber yang dituliskan di Coindesk, seseorang yang telah menebar ancaman teror bom di Rusia tersebut meminta tebusan senilai USD 870.000, atau setara Rp. 12,1 milyar dalam bentuk Bitcoin. Uniknya, total nilai tebusan itu adalah jumlah yang sama seperti pada insiden peretasan bursa WEX. Insiden bursa WEX terjadi di sekitar bulan Juli sampai Oktober 2018 silam.
Bursa kripto WEX ini, akibat insiden yang terjadi terpaksa menutup operasionalnya sejak setahun lalu. CEO WEX, Dmitri Vasilev lantas menjual perusahaan ini kepada Dmitri Khavchenko. Kabarnya, Dmitri Khavchenko tersebut adalah seorang pejuang milisi dalam perang saudara yang pecah di Ukraina.
Seluruh total tebusan itu, diminta untuk segera ditransfer pada address pengancam. Nyatanya, pada address tersebut hanya ada satu transfer BTC saja senilai 0,00036020 BTC. Transaksi tersebut tercatat pada tanggal 10 Desember lalu.
Dari sumber versi Coindesk, penyebar ancaman bom tersebut menyalahkan atas oligarki yang ada di Rusia. Baik kepada Konstantin Malofeev hingga pejabat Federal Security Service (FSB) Rusia, Anton Nemkin.
Pihak-pihak tersebut dianggap terlibat dalam pencurian sejumlah Bitcoin yang terjadi. Hal itu sesuai dengan yang pernah dilaporkan oleh BBC di sekitar bulan November lalu. Sementara dalam tulisan di BBC itu, bersumber dari dugaan yang berdasar kesaksian pihak WEX, Alexei Bilyuchenko.Menurut Alexei, dua petugas FSB telah memaksa untuk menyerahkan seluruh aset Bitcoin dari wallet WEX. Alexei menyebut bahwa baik Malofeev maupun Nemkin juga telah memaksa agar dirinya menyerahkan seluruh data pengguna WEX kepada mereka.