Penurunan hashrate Bitcoin Cash (BCH) kian memburuk. Jika sebelumnya kemarin masih sebesar 2,1 Exahash, kini makin anjlok menjadi hanya 718 Petahash per detik. Kondisi ini menjadi cukup riskan terutama potensi terjadi serangan 51% atau 51% attack menjadi meningkat.
Berdasarkan probabilitas potensi 51% attack di crypto51, saat ini prosentase BCH sebesar 34%. Tinggi prosentase 51% attack itu berarti bahwa jaringan Bitcoin Cash (BCH) menjadi kian mudah untuk diserang. Nilai per jam untuk serangan itu bahkan hanya sebesar USD 4.582, atau setara dengan Rp. 72 juta saja.
Sementara untuk varian kloningan Bitcoin, BSV (BitcoinSV) prosentase 51% attack juga ikut meningkat menjadi 10% dengan biaya sebesar USD 16.057 atau setara dengan Rp. 253 juta. Kedua kloningan bitcoin tersebut memang cukup banyak terdampak dari perpindahan penambang setelah halving BCH dua hari lalu (8/4/2020).
Sedangkan halving BSV sendiri sudah terjadi dini hari tadi terpaut dua hari setelah halving BCH. Kedua kloningan bitcoin, baik BCH dan BSV memang justru sudah diprediksi akan mengalami permasalahan serius terutama di ekosistem pertambangannya.
Jika membandingkan antara distribusi hashrate BCH dan BSV, tampak hashrate BSV lebih mengalami peningkatan. Besar kemungkinan peningkatan tersebut juga berasal dari penambang BCH yang berpindah ke jaringan Bitcoin (BTC) dan BSV.
Saat ini, total hashrate jaringan BSV naik menjadi 3 Exahash. Lebih tinggi dari dua hari lalu yang masih berkisar sekitar 2,4 Exahash. Meski demikian hashrate BSV juga masih berpotensi mengalami penurunan yang sama seperti di jaringan BCH.
Berdasarkan crypto51 potensi tertinggi 51% attack, Bitcoin Gold tetap di puncak untuk varian kloningan bitcoin. Prosentase bisa diserang mencapai 44% dengan biaya hanya USD 691 atau sekitar Rp. 10 juta. BitcoinGold ini bahkan sudah dua kali menjadi target 51% attack.
Serangan pertama yang dialami BitcoinGold pertama kali terjadi di bulan mei 2018. Akibatnya, varian yang satu ini terdepak dari bursa Bittrex. Lalu terulang kembali serangan yang sama pada bulan Januari lalu. Ekosistem pertambangan memang menjadi aspek paling penting dalam menjaga keamanan jaringan dalam dunia cryptocurrency. Semakin banyak penambang, maka berarti tingkat keamanan dan validitas transaksi tetap terjaga. Begitupun sebaliknya. Jika penambang makin berkurang, maka membuka banyak celah keamanan di jaringan tersebut.