BitcoinMedia – Volume Perdagangan Fiktif. Dari hasil analisis Bitwise Asset Management sebelumnya, 73 dari total 83 bursa kripto dinyatakan gagal memberikan volume perdagagan kripto yang sebenarnya. Hal ini sama artinya, bahwa 73 bursa kripto tersebut telah memberikan volume perdagangan fiktif.
Hasil analisis Bitwise pada bulan Mei 2019 itu menyebutkan hanya ada 10 bursa kripto saja dengan volume perdagangan non fiktif dari rentang analisis yang dilakukan pada 28 April sampai dengan 5 Mei 2019.
Hasil temuan dari Bitwise tersebut menjadi acuan yang cukup krusial, bagaimana tingkah dan pola bursa-bursa kripto yang ada saat ini. Padahal, dari 83 bursa kripto yang diamati, termasuk pula bursa yang ada di Indonesia, maupun beberapa bursa yang masuk ke Indonesia. Seperti bursa kripto Indodax, Huobi, dan juga Okex.
Meski begitu, dari 73 bursa yang gagal memberikan volume perdagangan sebenarnya (baca: fiktif), ada tiga bursa kripto yang paling mudah dianggap melakukan manipulasi volume perdagangannya. Ketiga bursa tersebut adalah HitBTC, Huobi, dan juga OKEx.
Dari pada hasil penelitian Bitwise Assett Management pada tiga bursa itu, yang paling mudah diambil review adalah bursa OKEx.
Dari grafik histogram itu, bursa Okex paling dianggap mencurigakan. Pasalnya, ada peningkatan volume secara signifikan antara 1-6 BTC. Hal seperti ini dianggap cukup tidak biasa, pasalnya, umumnya volume perdagangan cenderung datar. Peningkatan ini terlihat cukup signifikan jika dibandingkan dengan bursa-bursa lainnya. Dan hal yang sama, juga nampak terjadi di bursa HitBTC dan Huobi yang cenderung dianggap melakukan manipulasi volume perdagangan juga (lihat gambar bawah).
Menurut Bitwise, volume perdagangan fiktif ini dapat dilakukan dalam berbagai macam cara. Beberapa cara yang dimaksud adalah pertama melalui fraudulent printing. Metode ini untuk memanipulasi langsung statistik volume perdagangannya. Bisa jadi, pihak bursa-bursa kripto tersebut memiliki algoritmanya sendiri untuk dapat memanipulasi post volume itu, padahal, tidak ada perdagangan senilai itu benar-benar terjadi.
Metode kedua adalah melalui exchange level wash trading by placing order. Cara ini digunakan melalui membeli dan menjual yang dilakukan sendiri oleh pihak bursa tersebut secara bersamaan maupun afiliasinya. Hal ini dapat dilakukan untuk meningkatkan volume perdagangan, dan seolah memberikan riwayat transaksi yang nampak benar-benar terjadi.
Cara ketiga adalah paid third party wash trading. Mirip dengan cara kedua, namun pada langkah yang satu ini cenderung dilakukan melalui pihak ketiga yang terlibat di bursa tersebut. Terakhir adalah melalui trade mining. Cara ketiga ini adalah yang paling banyak digunakan sebagai modus. Pihak bursa bersangkutan, memberikan insentif khusus kepada spekulan menggunakan token khusus bikinan bursa itu sendiri.
Dari sekian banyak indikasi manipulasi volume perdagangan ini, motivasi yang ada dibelakangnya tidak lain ingin menjadi salah satu bursa yang bertengger di jajaran atas. Tidak bisa dipungkiri, kompetisi bursa kripto konvensional ini kian ketat. Belum lagi, sudah nampak masa depan bursa kripto terdesentralisasi telah di depan mata.
Motivasi lain dibelakangnya, tidak lain adalah berupaya untuk bisa menarik biaya listing proyek-proyek ICO. Terutama, bagaimana menggilanya proyek-proyek kripto di sepanjang tahun 2017 silam. Dengan memalak biaya listing proyek-proyek ICO, lalu IEO, bisnis bursa kripto menjadi lahan yang basah.