Tentu bakal dinilai cukup logis, jika ada sekian banyak orang di komunitas kripto, maupun penyidik yang lantas mulai memandang bahwa token Tether USDT penuh skandal dan menyimpan banyak misteri tersembunyi.
Pertanyaan yang paling mendasar itu terutama tentang kebenaran apakah memang benar Tether Inc mempunyai cadangan dana sesuai dengan klaimnya, bahwa Tether di backup 1:1 dengan USD.
Ketika sejak pertama kali Tether diluncurkan pada tahun 2015 lalu, token tether ini telah banyak dipakai sebagai alternatif pengganti dolar untuk aktifitas jual dan beli kripto di beberapa bursa, terutama Bitfinex.
Disangsikan Banyak Orang
Sejak pertama kali muncul, tidak sedikit pula orang yang mulai menyangsikan kebenaran klaim bahwa Tether dibackup sepenuhnya dengan dolar. Sebut saja seperti Tim Swanson dari Post Oaks Labs, Ia cukup sangsi bahwa Tether benar-benar dibackup dengan dolar.
Tim Swanson
Tim bahkan cukup khawatir terhadap potensi Tether yang bisa berdampak besar pada bursa-bursa yang telah memperdagangkan. Token yang dianggap sebagai alternatif dolar ini membawa dampak besar di bursa-bursa kripto lain, jika di kemudian hari menjadi bermasalah, dan anjlok besar-besaran.
Charlie Lee
Pendiri Litecoin yang menjadi Altcoin pertama di dunia, Charlie Lee, pada 30 Nopember tahun lalu memposting di akun twitter pribadinya. Ia menulis tentang kekhawatiran kenaikan harga Bitcoin yang waktu itu telah melampaui 11.000 USD dipicu dengan praktek pencetakan USDT yang dianggapnya tidak dibackup dengan USD di rekening bank.
Barry Leybovich
Manager Produk di IPC System yang bergerak di industri finansial berbasis teknologi Blockchain, Barry Leybovich, juga memberikan nada yang sama dengan Charlie Lee. Menurutnya, jika masyarakat percaya bahwa 1 Tether senilai dengan 1 USD, meskipun tidak benar-benar didukung dengan USD, dianggap perdagangan Tether untuk bitcoin di Bitfinex memicu menaikkan harga Bitcoin.
Tether Inc Tidak Memberikan Jaminan
Meski memberikan klaim bahwa token Tether dibackup setara dengan 1 USD per token, namun pihaknya tidak pernah memberikan jaminan hukum yang melindungi pemiliknya.
Di situs resminya, pihak Tether Inc memang menyebut, “Setiap Tether didukung 1:1 dengan mata uang fiat (USD) yang tersimpan dalam cadangan dana kami”, tulisnya. Namun disitus itu juga disebutkan bahwa tidak ada perjanjian resmi yang menyebut bahwa pemilik bisa menuntut, ataupun agar bisa menebus token Tether itu dengan USD. Tertulis di situsnya, “Kami tidak menjamin hak untuk bisa menukarkan Tether dengan mata uang fiat”.
Lebih jauh, pihak Bitfinex melalui laporan triwulan yang pernah dirilis pada tanggal 1 Desember tahun lalu, menerangkan bahwa bursa itu tak lagi menerima pengguna dari negara Amerika Serikat.
Cadangan Dana Yang Tidak Pernah Bisa Dibuktikan
Hingga saat tulisan ini ditulis, total peredaran Tether berdasarkan data statistik di coinmarketcap telah mencapai 2.074.140.814 miliar USDT dari total 2.310.109.970 miliar USDT.
Artinya, jika USDT dari Tether Inc ini benar-benar dibackup sepenuhnya dengan cadangan Dolar, maka sudah seharusnya Tether Inc mempunyai cadangan dana yang sama dengan jumlah supply USDT yang telah beredar, yakni sebesar 2 miliar USD (atau kurang lebih 27,4 trilyun dalam kurs rupiah).
Pada laporan triwulan bulan Desember itu, Bitfinex menyatakan, “Kami banyak mengalami kendala soal perbankan bagi pelanggan, namun terus membuka rekening di seluruh dunia. Meskipun kami memiliki beberapa tantangan besar, perlu diketahui bahwa puluhan juta dolar terus mengalir masuk dan keluar dari Bitfinex setiap hari. Meskipun layanan ini tidak berlaku untuk seluruh orang di beberapa wilayah tertentu, namun aliran fiat ini cukup untuk menjaga agar pasar kita selaras dengan bursa lain karena kami terus meraih pangsa pasar”, tertulis di laporan triwulan itu.
Pada saat Bitfinex sempat mengajukan gugatan kepada Wells Fargo, salah satu bank di San Fransisco waktu itu, diketahui ada empat bank asal Taiwan yang terlibat dalam tuntutan perkara itu. Namun lagi-lagi, Bitfinex seakan sengaja menutupi identifasi keempat bank yang dimaksud.
Selain di Taiwan, Bitfinex juga diketahui mempunyai rekening Bank Spoldzielczy Polandia, seperti yang pernah diungkap di Bloomberg di bulan Desember. Kembali, Wladyslaw Klazynski, CEO bank di Polandia itu tidak memberikan konfirmasi tentang rekening itu.
Sementara itu menurut salah satu postingan pengguna kripto bernama Zhao Dong di sosial media Weibo tertanggal 19 Januari lalu, menyebut bahwa pihak Tether mempunyai simpanan dana sebesar 1,8 miliar USD, sedangkan Bitfinex mempunyai 1,1 miliar USD. Zhao berusaha mayakinkan bahwa total simpanan keduanya sebesar 3 miliar USD.
Zhao Dong ini, adalah juga salah satu pengguna di bursa Bitfinex, dan ia juga diketahui sebagai seorang spekulan besar di bursa itu. Pernah diberitakan di news8btc tertanggal 22 Januari, pihak CFO Tether dan Bitfinex, Giancarlo sempat memunjukkan kepadanya satu rekening bank yang ada di Tokyo. Penunjukan rekening itu oleh Zhao dianggap sebagai pembuktian segala rumor negatif yang pernah beredar selama ini.
Namun tentu saja, hal itu dianggap tidak menjadi sebuah pembuktian yang konkrit. Terlebih pada pengungkapan audit yang disampaikan pihak Tether Inc terkesan masih menutupi banyak hal, termasuk di bank mana saja cadangan dana itu disimpan.
Orang yang Sama Dibalik Bitfinex dan Tether Inc
Pihak Bitfinex melalui pernyataan di email pada 3 Desember menyebut bahwa CEO di Bitfinex dan Tether adalah orang yang sama. CEO di kedua perusahaan itu bernama Jan Ludovicus van der Velde.
Berdasarkan hasil penelurusan yang pernah ditulis di ETHnews, ditemukan akun LinkedIn dengan nama J.L van der Velde. Pada akun itu, ia menyebut dirinya sebagai CEO Bitfinex. Dari akun itu, diketahui bahwa van der Velde adalah lulusan salah satu universitas di Taiwan di tahun 1988, dan pernah juga menjadi CEO PAG Asia Inc.
Sampai sejauh ini, penulusuran seperti yang dituliskan di artikel itu kesulitan untuk membuktikan keberadaannya. Hal itu mengingat jarang sekali ada foto-foto yang pernah termuat, yang mendukung kepastian keberadaan van der Velde secara nyata.
Sementara itu, pihak public relation Bitfinex maupun Tether juga seakan tetap menutup rapat hal tersebut, seakan memang sengaja untuk disembunyikan. Hal tersebut, tentunya menjadi sebuah tanda tanya besar, terutama untuk perusahaan dengan klaim mempunyai cadangan dana senilai 27 trilyun rupiah dari token USDT.
Dua Orang dari Bitfinex Terlibat Para Pengemplang Pajak di Paradise Papers
Phillip Potter, yang diketahui sebagai salah satu direktur di Tether Inc sekaligus sebagai CSO di Bitfinex, bersama dengan Giancarlo Devasini, keduanya tercatut di Panama Paper.
Pada tanggal 14 Nopember 2017 lalu, salah satu media Italia, NuovaSocieta, menyebut Giancarlo Devasini termasuk di jajaran para pengemplang pajak yang terungkap di Paradise Paper bersama beberapa orang Italia lainnya.
Sementara di NewYork Times pada 21 Nopember tahun lalu juga memuat keterlibatan Phillip Potter di dokumen Paradise Paper. Disebutkan di media itu, bahwa Bitfinex saat itu telah menjadi satu bursa kripto besar. Sekaligus, Bitfinex juga telah menuai begitu banyak kritik, dan pertanyaan pedas yang menyangsikan kebenaran klaim 1:1 dengan dolar.
Tether dan Potensi Pump n Dump
Praktek pump n dump yang seakan telah banyak diketahui oleh banyak orang di bursa-bursa kripto, menunjukkan potensi besar juga dilakukan di Bitfinex. Terlebih, pada bursa itu juga menerbitkan klaim token USDT sebagai pengganti dolar yang dibackup dengan dolar.
Dengan jumlah supply yang mencapai miliaran USD di Tether, tentu saja bursa itu punya potensi besar untuk melakukan praktek tersebut. Belum lagi bahwa USDT itu juga diperdagangkan pula di beberapa bursa lainnya.
Tether Inc, dengan cukup mudah untuk menerbitkan mata uang dolar versinya, dan di beli oleh seluruh pengguna kripto untuk bertransaksi jual beli kripto lain. Seketika itu, banyak orang juga yang menilai potensi besar yang bakal terjadi selanjutnya jika mengalami masalah besar.
Banyak Kendala Terkait Regulasi Perbankan
Dengan klaim sepihak yang mengatakan bahwa token Tether dibackup dengan dolar, menjadikan bumerang masalah bagi perusahaan tersebut. Sementara, pihak Tether sendiri masih berupaya untuk menyembunyikan kebenaran tersebut.
Ada beberapa perusahaan lain yang juga memberikan layanan penukaran Tether ke USD seperti di Kraken. Namun itupun pada akhirnya menjadi masalah, karena belakangan kraken pun dikabarkan sering tidak melayani pertukaran itu.
Berlanjut, pihak Bitfinex pun berusaha meminda registrasi ulang pera pengguna dengan identitas asli yang memberikan informasi detail penggunanya. Bitfinex dengan upayanya ini berusaha untuk membangun citra bahwa perusahaan tersebut mulai menyesuaikan dengan KYC.
Salah seorang developer bernama Oguz Serdar, juga banyak memberikan pernyataan tentang skandal dan misteri Tether dan Bitfinex di akun twitternya. Ia melihat bahwa Bitfinex pada akhirnya mengalami banyak masalah terkait dengan aturan hukum dan pihak perbankan. Oguz serdar sendiri, bahkan telah melaporkan kondisi itu kepada Departemen Keuangan dan Departemen Kehakiman Amerika.
Dengan makin merebaknya informasi tentang skandal Bitfinex dan Tether ini, pada akhirnya membuat Komisi Perdagangan Komoditi Berjangka Amerika Serikat, CTFC turun tangan. CTFC Amerika tertanggal 6 Desember, telah melayangkan surat pemanggilan resmi kepada Bitfinex dan Tether Inc.
Bola liar pun akan semakin bergulir panas, permasalahan Bitfinex pun menjadi berpotensi besar menimbulkan crash. Sementara hingga saat ini, nilai USDT pun makin merosot. Sebagian besar masyarakat kripto di berbagai sosial media menilai Bitfinex akan terjerat hukum dan berakhir tragis. (adi)