Kabar burung kematian Presiden Korea Utara Kim Jong Un sudah menyebar kemana-mana. Namun, kabar lain juga menyebutkan kabar kematian Kim Jong Un juga akan berimbas pada penurunan harga bitcoin.
Bukan yang pertama kalinya Kim Jong Un dikabarkan meningggal. Pada tahun 2014 silam presiden Korut ini juga pernah dilaporkan sama. Pasalnya, kurang lebih selama enam minggu tidak ada kabar keberadaannya. Sempat tersiar kabar, bahwa Kim Jong Un saat itu sudah menderita serangan jantung lantaran gemar mengkonsumsi keju berlebih.
Kali ini, kabar tentang Kim Jong Un beredar setelah sebelumnya menjalani operasi jantung. Kim Jong Un juga tidak hadir dalam upacara tahunan memperingati hari lahir kakeknya pada tanggal 15 April lalu. Menurut salah satu sejarawan Korut, Andrei Lankov, ketidakhadiran Kim Jong Un pasti karena ada sesuatu hal yang “salah”.
Rumor kematian Kim Jong Un berawal dari jaringan televise Hong Kong yang menyebut bahwa Kim telah meninggal. Namun, sejumlah majalah di Jepang menyebutkan bahwa Kim saat ini berada dalam kondisi vegetatif. Kim disebutkan mengalami disfungsi otak kronis dan tidak menunjukkan tanda-tanda kesadaran.
Rumor Kematian Kim Jong Un Berbuntut Punic Buying
Akibat kabar yang beredar, penduduk di ibu kota Korea Utara sempat terjadi punic buying. Laporan Washington Post hari Senin (27/4/2020), menyebutkan warga setempat mulai membeli banyak hal mulai deterjen, beras, hingga minuman keras.
Awalnya, punic buying yang terjadi banyak menyusur produk-produk impor saja. Namun tidak butuh waktu lama, produk-produk dalam negeri juga mulai diborong. Seperti produk ikan dalam kalengan maupun rokok.
Disebutkan juga bahwa sempat banyak beterbangan helikopter yang meluncur dengan ketinggian rendah di Pyongyang. Sejumlah akomodasi seperti kereta api di perbatasan dekat China Utara menjadi terganggu.
Rumor Kematian Kim Jong Un Berdampak Penurunan Harga Bitcoin?
Kabar tentang kematian Kim menjadi topic yang banyak diperbincangkan di komunitas kripto. Terutama kaitannya dengan persepsi penurunan harga bitcoin. Persepsi itu dilandasi dengan kondisi penjualan besar-besaran sejumlah bitcoin akibat meninggalnya Kim Jong Un.
Yang cukup menjadi pertanyaan serius, apakah benar ada kaitan ketika Kim Jong Un meninggal dengan potensi jual besar-besaran Bitcoin? Sehingga mengakibatkan harga BTC anjlok? Satu-satunya hal yang mendasari adalah pernyataan dari PBB yang pernah menyebutkan bahwa Korea Utara memiliki aset kripto senilai USD 670 milyar.
Jika dirupiahkan, jumlahnya berkisar kurang lebih Rp. 10.438 trilyun. Namun, banyak pihak pula yang menyebut jumlah aset kripto yang dimiliki Korea Utara paling tinggi sekitar USD 2,5 milyar, atau setara dengan Rp. 38,9 trilyun.
Hacker Korea Utara Banyak Dikaitkan dengan Peretasan Bursa Kripto
Di awal tahun 2017, Korea Utara sudah paling banyak disebut sebagai dalang peretasan bursa kripto yang banyak terjadi. Ketika insiden peretasan bursa kripto Youbit di tahun 2017, hacker dari Korea Utara juga sudah banyak disebut menjadi dalangnya.
Bursa Youbit ini diserang dua kali berturut-turut di tahun yang sama. Kurang lebih nilai kerugiannya mencapai Rp. 74,35 milyar lebih pada saat itu. Pada insiden kedua di bulan Desember 2017, total kerugian yang dialami sekitar 17% dari keseluruhan total aset yang disimpan.
Analis cybercrime Luke McNamara menyebutkan bahwa pelaku penyerangan diperkirakan adalah hacker dari Korea Utara. Hacker itu sudah mentargetkan bursa-bursa kripto yang berasal dari Korea Selatan.
Salah satu alasan yang mendukung, pernah dituliskan di Mashable (19/12/17). Modus penyerangan yang dilakukan pada bursa-bursa kripto dari Korea Selatan kuat terkait dengan serangan WannaCry. Gedung Putih saat itu sudah menuduh Korea Utara menjadi dalangnya.
Di masa itu, Korea Utara disebutkan sudah memiliki ketertarikan tersendiri dengan Bitcoin yang dinilai bisa mencegah terjadinya krisis keuangan. Terlebih lagi, Korea Utara juga perlu jalan keluar untuk meneruskan program nuklirnya.
Di tahun 2019, muncul laporan dari 360 Security asal China. Pada bulan April 2019 saat itu bursa kripto BiKi juga menjadi target serangan, termasuk juga DragonEX, dan EtBox. Di dalam laporan 360 Security, diduga sekumpulan grup hacker yang menjadi dalangnya adalah bernama “Lazarus”.
Atas berbagai rentetan insiden peretasan itulah, anggapan Korea Utara memiliki jumlah Bitcoin besar. Namun sebenarnya, tidak ada yang tahu benar tidaknya kabar ini.