Grup Rap asal Thailand, Rap Against Dictatorship mengamankan hasil karya lagunya menggunakan IPFS dan Zcoin. Upaya tersebut dilakukan setelah pihak kepolisian di Thailand sempat memperingatkan bahwa video lagu yang diunggah tersebut dianggap telah melanggar hukum.
Srivara Ransibrahmanakul, kepala kepolisian di Thailand menyatakan bahwa lagu mereka mungkin telah melanggar hukum. Tidak lama kemudian Rap Against Dictatorship (RAD) sempat dipanggil untuk dimintai keterangan di depan Dewan Nasional untuk Perdamaian dan Ketertiban Nasional (NCPO) di Thailand.
Lagu karya RAD yang diunggah di youtube tersebut memang berisi kritik pedas dan tajam terhadap pemerintah. Sejak diunggap pertama kali pada tanggal 22 Oktober lalu, video tersebut sudah ditonton hingga hampir mencapai 28 juta penayangan. Lagu ini pun menjadi viral dan banyak diperbincangkan di berbagai media.
Merasa perlu mencadangkan hasil karyanya, Rap Against Dictatorship kemudian menyiapkan langkah dengan memanfaatkan IPFS dan juga Zcoin. Konten video yang berisikan lagu hasil karyanya itu lantas dicadangkan dengan menyimpannya pada IPFS. Setelah itu, link cadangan konten video tersebut juga disimpan menggunakan transaksi Zcoin pada block seri 111089.
Poramin Insom, pendiri dan pengembang Zcoin yang juga dari Thailand sempat memberikan keterangan ketika ditanyai pihak CCN tentang transaksi itu. Poramin Insom mengatakan:
“Kami tidak mengetahui siapa yang telah menambahkan link IPFS pada transaksi mereka, namun link itu sudah diamankan di dalam blockchain dan tidak bisa dihapus atau disembunyikan. Lebih jauh, dengan menggunakan protokol Zerocoin, blockchain Zcoin akan tetap menjaga link itu secara privat, dan identitas pengunggah juga tidak dapat diketahui.”
Terkait dengan adanya sensor di Thailand, Paromin mengatakan bahwa pemerintah mungkin masih akan terus berupaya untuk mengatasi teknologi blockchain. Meski sudah ada banyak perkembangan positif dengan regulasi dan perijinan untuk bursa kripto, namun pemerintah masih belum menyadari implikasi penuh dari teknologi. Menurut Paromin, masalah itu hanya karena perlunya edukasi yang berkelanjutan saja.