Grup hacker REvil sebelumnya sudah membuat heboh dunia siber setelah meretas sebuah firma hukum Grubman Shire Meiselas & Sacks. Grup hacker REvil kembali beraksi dengan mentarget Presiden Amerika Serikat Donald Trump senilai USD 42 juta.
REvil mengancam Presiden AS tersebut untuk mengungkap “uang kotor” jika tebusan setara Rp. 626,4 milyar yang diminta tidak dipenuhi. Grup hacker yang sudah cukup dikenal luas ini memberi tenggat waktu selama satu minggu kepada Donald Trump.
Grup hacker REvil ini sudah cukup dikenal luas. Selain nama “REvil”, grup hacker ini juga kerap menggunakan nama lain, “Sodinokobi”. Cukup dikenal karena sudah kerap meretas perusahaan-perusahaan kakap. Mulai dari Travelex, Brooks International, Grubman Shire Meiselas & Sacks, hingga kali ini adalah Presiden Donald Trump.
Tebusan terkait peretasan dengan mentarget Presiden Donald Trump ini diposting kemarin, tertanggal 14 Mei 2020. Dalam posting itu menyebut Donald Trump sebagai target berikutnya. REvil menyatakan nilai tebusan yang diminta dua kali lipat dari tebusan sebelumnya.
“Orang berikutnya yang akan segera kami publikasikan adalah Donald Trump. Ada agenda pemilihan yang sedang berlangsung, dan kami menemukan satu ton cucian kotor saat ini.”
REvil juga menyarankan Trump dengan mengatakan, “menyodok orang-orang (merujuk firma hukum) dengan tongkat tajam dalam seminggu jika dia masih berkeinginan tetap menjadi presiden. Dan kepada para pemilih: … kami bisa menginformasikan kepada anda bahwa setelah publikasi nanti, anda pasti yakin tidak ingin dia menjadi presiden,” tulisnya.
Terkait dengan publikasi peretasan dokumen Presiden Trump ini, REvil menyatakan akan merilis dalam 9 tahap, kecuali tebusan itu dipenuhi. Permintaan tebusan itu minta dibayarkan dalam bentuk Monero (XMR). Namun grup hacker REvil juga bisa menerima pembayaran dengan Bitcoin (BTC), asal biayanya lebih tinggi.
Sejauh ini, masih belum diketahui apa keterkaitan antara Presiden Donald Trump dengan firma hukum Grubman Shire Meiselas & Sacks. Kemungkinan terbesarnya, Presiden Donald Trump pernah atau juga menjadi klien di firma hukum tersebut.
Namun yang sempat keluar pernyataan dari pihak firma hukum tersebut di New York Post beberapa waktu lalu, menyatakan bahwa pihaknya menolak untuk melakukan negosiasi kepada sekelompok hacker meskipun sudah memberikan ancaman untuk menghancurkan pihaknya jatuh ke tanah.
Firma hukum ini yakin meskipun sejumlah dana itu dibayar, peretas tetap akan disebarkan juga. Menurut mereka, tindakan peretasan ini sudah dianggap sebagai aksi terorisme oleh FBI. Dalam pandangannya, Amerika Serikat dikenal tidak pernah bernegosiasi kepada teroris.
Sedangkan total nilai tebusan yang diminta sekelompok hacker REvil tersebut nilainya dua kali lipat dibandingkan dengan nilai tebusan yang dimintakan kepada firma hukum Grubman Shire Meiselas & Sacks.
Tebusan yang diminta ke perusahaan firma hukum itu masih bernilai total USD 21 juta. Dilansir dari Variety (13/5/2020), keseluruhan data yang berhasil diretas mencapai 756 gigabyte. Sementara Grubman Shire Meiselas & Sacks sendiri merupakan sebuah perusahaan firma hukum terkenal.
Data-data yang diretas berisi kontrak, perjanjian-perjanjian rahasia, alamat email, dokumen-dokumen pribadi, sampai nomor telepon. Firma hukum itu banyak menangani klien artis kondang Hollywood.
Sebut saja artis-artis kondang seperti Madonna, Bruce Springsteen, Lady Gaga, Nicki Minaj, Mariah Carey, Priyanka Chopra, Jessica Simpson, Idina Menzel, dan. Run DMC. Ternyata tidak artis kondang itu saja. Masih ada artis Hollywood kondang lain yang menggunakan firma hukum tersebut seperti Elton John sampai Robert DeNiro, serta masih banyak lagi sederet bintang lainnya.
Peretasan yang terjadi karena ulah grup hacker REvil ini pertama kali mulai diketahui oleh Brett Callow dari Emsisoft. Perusahaan Emisoft adalah salah satu perusahaan keamanan siber. Emisoft mengetahui ketika melihat unggahan bukti file peretasan yang diposting pada forum dark web oleh REvil.
Unggahan yang berisi tangkapan layar direktori file tersebut berisi nama-nama bintang Hollywood terkenal. Salah satu file yang diperlihatkan adalah sebuah kontrak tour Madonna “Madame X” tahun 2019 silam bersama Live Nation.
REvil ternyata juga sudah merilis dokumen resmi atas nama Lady Gaga sebesar 2 gigabyte, seperti yang dikutip dari Pagesix (14/5/2020). Menurut Callow, perusahaan firma hukum tersebut saat ini berada dalam situasi yang tidak menguntungkan. Tidak banyak pilihan yang baik. Callow beranggapan meskipun telah membayar tebusan itu, tidak ada jaminan bahwa peretas akan menghacurkan data curian itu jika memiliki nilai tinggi di pasar. Data itu masih memungkinkan untuk diperjual belikan.