Pemerintah New York berniat untuk mengajukan moratorium pertambangan bitcoin selama 3 tahun sampai adanya penilaian dampak lingkungan yang ditimbulkan. Upaya ini dilakukan melalui rancangan undang-undang yang diusulkan oleh anggota senat dari partai Demokrat, Kevin Parker.
Dari RUU yang diusulkan, moratorium tersebut berupaya untuk melihat dampak emisi gas rumah kaca yang memungkinkan sebagai dampak pertambangan bitcoin di New York. Sedangkan RUU Senat 6486 yang diusulkan Kevin Parker pada hari Senin (3/5/21), disampaikan pada Komiter Konservasi Lingkungan Senat New York.
Pada RUU itu menyebutkan bahwa industri pusat pertambangan bitcoin berkembang di New York, namun tidak eksklusif dan berbahan bakar fosil. Beberapa pusat pertambangan bitcoin di New York seperti Greenidge Generation Holding misalnya, mampu memperoleh rata-rata 5,5 BTC per hari, berdasarkan data di Coindesk.
Greenidge ini awalnya menggunakan pembangkit listrik dari batu bara. Namun kemudian berubah ke gas alam di tahun 2017. Di tahun 2020, mulai digunakan untuk penambangan bitcoin. Tentu saja, jika RUU itu kemudian di sahkan, maka New York juga akan sama seperti yang terjadi di wilayah pertambangan Mongolia.
Mongolia adalah salah satu wilayah pertambangan bitcoin dan cryptocurrency lainnya di China. Pemerintah China dengan bentuk larangan resmi, mengharuskan semua industri pertambangan bitcoin angkat kaki dari wilayah Mongol.
Pertambangan Bitcoin dan Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan pertambangan Bitcoin terus menjadi perdebatan sengit yang kembali menyita perhatian akhir-akhir ini. Sejumlah pihak menyoroti dampak lingkungan dari pertambangan bitcoin yang banyak menghabiskan energi listrik. Yang terbaru, muncul hasil riset dari Universitas Cambridge.
Setidaknya perdebatan ini sudah mulai menghangat kembali di tahun 2016 silam. Tulisan-tulisan Alex De Vries yang dipublikasikan di Digiconomist banyak dijadikan sumber referensi berbagai pihak. Padahal, ada sejumlah kritik yang terus bermunculan terhadap Alex De Vries.
Salah satunya adalah kritik Robert Sharratt pada bulan January lalu melalui Hackernoon. Menurut Robert, semua tulisan hasil riset Alex De Vries tidak menggunakan data yang berimbang. Namun kemudian banyak dipakai sebagai referensi berbagai pihak, hingga media-media besar.
Robert menilai bahwa De Vries tidak memahami bahwa Bitcoin bersifat “standalone”, mampu berdiri sendiri seperti VISA atau Mastercard. Sementara pembanding Bitcoin yang digunakan De Vries adalah VISA dan Mastercard.
Tidak itu saja, Robert juga mengatakan bahwa De Vries tidak memahami ekosistem pertambangan bitcoin. Mulai bagaimana tingkat evolusi perangkat pertambangan yang semakin hemat energi, bermunculan pertambangan dengan memanfaatkan energi terbarukan, dan pemanfaatan sumber energi lain. Sebagai contohnya, di Sichuan China sudah 70% energi listriknya berasal dari sumber air yang melimpah.