Robert Sharrat, CEO dari Reassure Financial Limited Swiss membuat ulasan menarik di Hackernoon. Tulisannya itu sekaligus menjadi pukulan telak atas berbagai hasil riset menyoal daya konsumsi energi listrik Bitcoin selama ini.
Latar belakang tulisan Robert Sharrat tidak lain karena ada sekian banyak hasil riset yang menunjukkan bahwa ekologi pertambangan Bitcoin membutuhkan daya energi listrik tinggi. Kebutuhan energi tinggi dalam pertambangan Bitcoin tersebut, dianggap akan menimbulkan kerusakan lingkungan.
Alex De Vries adalah penyusun sekian banyak riset terkait dengan daya konsumsi energi pertambangan Bitcoin dan implikasinya terhadap lingkungan tersebut. Tidak hanya itu, hasil risetnya itu banyak digunakan sebagai bahan tulisan di berbagai media-media besar.
Di dalam tulisan Robert Sharrat, Ia menyikat habis semua hasil riset tersebut. Robert menunjukkan bahwa hasil riset De Vries tidak menggunakan data yang berimbang. Padahal kebanyakan dari artikel di berbagai media yang menulis hal serupa, mengambil data dari riset De Vriest:
Robert Sharrat memberikan kritik yang cukup kritis, bahwa semua hasil riset itu tidak berimbang memberikan data. Menurutnya, data Bitcoin itu tidak diimbangi dengan data yang benar-benar mampu dikomparasikan. De Vries di sekian banyak hasil risetnya membuat perbandingan antara Bitcoin dengan VISA atau Mastercard.
Padahal Bitcoin itu bersifat “standalone” (mampu berdiri sendiri), tidak seperti VISA atau Mastercard. Jika membuat komparasi, semestinya lengkap juga dengan seluruh daya energi yang dibutuhkan VISA dan Mastercard itu, yang melibatkan seluruh jaringan perbankan di Dunia.
Berapa daya energi yang dibutuhkan pada seluruh perbankan di dunia, berapa besar biaya untuk membangun infrastruktur tersebut, seberapa besar juga pengeluaran dan keuntungan seluruh jaringan perbankan tersebut? Berapa prosentase juga potensi tingkat kerusakan yang ditimbulkan jika dibandingkan dengan ekologi bitcoin.
Fakta yang tidak pernah diungkap oleh kebanyakan hasil riset itu, bahwa ekologi Bitcoin mendorong pembaruan sumber daya energi yang dibutuhkan di ekosistemnya. Untuk menggunakan energi yang terbarukan, seperti di banyak miner, mulai di Sinchuan Cina, Ukraina, Quebec, Irlandia dan masih banyak lokasi pertambangan yang lain sudah menggunakan Hidroenergy. Di Sichuan Cina misalnya, 70 persen alokasi energi listriknya didapat dari hydroenergy.
Dalam hal lain, De Vries mencoba menunjukkan data Index Konsumsi Energi Bitcoin. Index tersebut disusun sebagai sebuah premis dari korelasi pendapatan para penambang dengan biaya yang dibutuhkannya.
Kembali, Sharrat membantah hal tersebut dengan mudahnya. Menurutnya, hampir di semua hal apapun, harga pasar terhadap bahan yang dibutuhkan dalam membuat sebuah produk adalah benar-benar terpisah. Robert membuat analogi dengan seorang produsen kue lumpur, jika ingin menjual kue tersebut maka Ia juga harus mendirikan sebuah pabrik untuk melakukannya, memperkerjakan banyak pegawai, punya anggaran pemasaran, dan banyak hal lain.
Dalam menjual kue tersebut, harga kue yang dijual tidak akan ada relasinya dengan harga input yang harus anda bayar sebagai pembeli. Tidak ada seorangpun yang memiliki pemahaman dasar tentang ekonomi. Data pemaparan De Vries mencoba mengarahkan rasio pendapatan itu dengan biaya dalam pertambambangan bitcoin.
Semestinya, biaya pertambangan dapat menunjukkan grafik yang turun, karena harga Bitcoin ada penurunan. Kenyataannya tidak terjadi demikian. Meski harga Bitcoin jatuh, namun De Vries mencoba mempertahankan asumsi-asumsinya agar tetap berjalan sesuai dengan narasi yang diinginkannya. Hal inilah yang membuat data De Vries menjadi tidak logis, mentah menurut Robert Sharrat.Sayangnya, sudah begitu banyak tulisan di berbagai media yang menggunakan dasar hasil riset itu. Robert pun mengurai satu-persatu beberapa tulisan di berbagai media yang menggunakan dasar riset tersebut. Menurutnya, kebanyakan tulisan di berbagai media yang mengambil dasar riset yang sama dari De Vries, adalah sama mentahnya.