Harga Bitcoin kembali melambung tinggi di pekan akhir Juni 2019. Saat ini harga bitcoin tembus 186 juta per BTC. Padahal beberapa pekan sebelumnya, harga Bitcoin masih berkisar 150 juta per BTC di beberapa bursa kripto di Indonesia.
Naiknya harga bitcoin paling banyak dikaitkan dengan moment Bitcoin Halving yang mungkin diperkirakan jatuh pada bulan Mei tahun 2020 mendatang, berdasarkan perkiraan Bitcoinblockhalf.
Sederhananya, dari momentum Bitcoin Halving itu, supply yang makin sedikit beredar dipasar, akan mendorong naiknya harga Bitcoin karena ada kelangkaan supply unit BTC.
Momentum Halving Bitcoin
Hasil polling yang dilakukan oleh Bloomberg di bulan Mei, menyebut atensi responden terhadap momentum Halving Bitcoin cukup positif. Polling yang dilakukan tersebut melibatkan 2.500 responden.
Hasilnya, dari total seluruh responden, 61% menyatakan sudah mengantisipasi akan adanya kenaikan harga Bitcoin menjelang Halving Bitcoin 2020 mendatang.
Secara umum, momentum Halving Bitcoin ini memang menjadi satu variabel utama untuk menilai kondisi pasar Bitcoin secara umum. Namun meskipun demikian, ada sejumlah hal yang mesti dijadikan perhatian lebih.
Menjelang dan sesudah momentum Halving Bitcoin, ekosistem pertambangan akan membutuhkan waktu sebagai penyesuaian kondisi. Penyesuaian kondisi tersebut tidak lain diperlukan agar para penambang bitcoin secara keseluruhan, mulai mengkalkulasi secara detail baik dari sisi operasional, harga bitcoin saat itu, dan juga dari sisi tingkat kesulitan pertambangan yang ada.
Ada tidaknya perangkat pertambangan yang lebih efektif, dan lebih hemat energi, dapat berpotensi untuk mempercepat peralihan kondisi itu. Bagaimanapun, berkurangnya separuh reward block dari sebelumnya 12,5 BTC menjadi 6,25 BTC jelas akan berimplikasi pada ekosistem pertambangan, terutama untuk penambang.
Hal inilah yang perlu dijadikan pertimbangan. Tidak ada variabel tertentu untuk menilai lebih jeli akan hal ini. Namun, paling tidak, pengguna bitcoin, terutama untuk trader bitcoin, jelas perlu untuk memantau ekosistem pertambangan. Tepatnya, ada periode-periode tertentu baik sebelum / sesudah halving, harga Bitcoin akan menyesuaikan turun. Periode turunnya harga Bitcoin ini jelas sebagai masa transisi, sebagai efek dari kondisi baru ekosistem pertambangan.
Beberapa Analis Sudah Memprediksi Melambungnya Harga Bitcoin
Di sepanjang bulan Februari 2019, analis kripto dari Crypto Crew University sudah melihat potensi Bull Market Bitcoin yang akan segera terjadi dalam waktu dekat. Melalui unggahan video di Youtube (13/2/19) saat itu, akan segera muncul pola Golden Cross sebagai tanda awal tren harga naik di pasar Bitcoin.
Pola Golden Cross yang diuraikan saat itu cukup sesuai dengan pola yang pernah muncul sebelumnya di tahun 2015 silam. Dan seperti yang sudah bisa ditebak, pada akhirnya tren harga naik memang terbukti terjadi.
Hanya saja, di sepanjang bulan Februari hingga Maret, pasar kripto masih terkesan ragu-ragu menanggapi pasar yang ada.
Anjar, salah seorang analis kripto 1CT dari Indonesia juga mengungkap hal yang sama di penghujung bulan Mei lalu. Berdasarkan analisisnya, posisi grafik Bitcoin sudah melampaui pola Golden Cross.
Pada grafik yang ada, posisi grafik Bitcoin sudah terlihat dari MA 50 dan MA 100 yang telah menembus MA 200.
Sebagai tahap pertama, uji naiknya harga Bitcoin akan mencoba mencapai di harga 150 juta per BTC. Dan ternyata di bulan Juni capaian itu memang benar terbukti.
Analis Julian Hops juga sama. Atas analisisnya, dirinya cukup yakin 95% bahwa harga bitcoin akan naik. Menurutnya, harga bitcoin bisa mencapai USD 100.000 di tahun 2020 mendatang. Komentarnya tersebut diunggah melalui channel Youtube (24/5/19).Saat tulisan ini dibuat, harga Bitcoin tembus 186 juta per BTC. Apakah harga Bitcoin mampu menembus harga tertingginya di tahun akhir tahun 2017 silam? Kesempatan itu terbentang luas.