Artikel dengan judul Kebijakan Moneter di Era Digital ini disusun oleh Dong He, Wakil Direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF. Judul asli artikel ini adalah “Monetary Policy In The Digital Era”, yang disusun berdasarkan catatan hasil diskusi IMF bulan Januari 2016.
Pada diskusi staf IMF bertajuk “Virtual Currencies and Beyond: Initial Considerations” itu, adalah sebagai pandangan awal tentang dunia mata uang digital dan perkembangannya. Di tahun 2016, perkembangan mata uang digital berbasis kripto (cryptocurrencies) seperti bitcoin, memang telah banyak menyita perhatian publik, baik pandangan yang positif maupun negatif.
Di dalam artikel tersebut, diawali dengan latar belakang permasalahan atas krisis keuangan global serta pemberlakuan bailout di sejumlah institusi finansial besar yang mengundang sikap skeptis di sebagian besar kalangan. Tidak lain sikap skeptis itu muncul, terutama berkaitan dengan monopoli bank sentral dalam penerbitann mata uang.
Baca Juga: Kumpulan Skripsi dan Jurnal Tentang Bitcoin di Indonesia
Mervyn King, ekonom yang pernah menjabat sebagai gubernur Bank Sentral Inggris 2003-2013, sejak dua puluh tahun lalu pernah berpendapat bahwa kemajuan teknologi dan informasi akan membuat bank sentral makin ketinggalan jaman.
Derasnya arus perkembangan teknologi menjadi hal yang nyata. Terutama ketika era Internet muncul dan telah banyak mempengaruhi gaya dan cara hidup. Institusi finansial, mungkin masih bisa beradaptasi di era internet. Namun gelombang baru dunia kripto yang diusung oleh Bitcoin, seakan kembali mengusik eksistensi insitusi finansial yang ada.
Bitcoin, maupun aset digital berbasis kripto lainnya, seakan kembali mengukuhkan lontaran Marvyn King tersebut. Dunia cyrptocurrency dianggap pada nantinya bisa berperan sebagai alat pembayaran alternatif sepenuhnya. Banyak pendapat yang kemudian menilai bahwa aset-aset digital berbasis kripto itu mungkin bakal berpotensi besar dalam mengurangi permintaan akan mata uang fiat terbitan bank sentral. Jika hal itu terjadi, maka dimana lagi peran dan fungsi kebijakan moneter di era digital oleh bank sentral?
Sementara itu, pendapat-pendapat minor tentang aset digital berbasis kripto mengaitkan beberapa hal yang menjadi kendala mutlak. Tidak lain adalah tentang begitu volatilnya nilai mata uang berbasis kripto, dan juga potensi penggunaan yang acapkali diasosiasikan dengan aktifitas terlarang.
Di sisi lainnya, mata uang berbasis kripto hingga munculnya token kripto, membuat adopsi mata uang kripto kian tak terbendung. Teknologi yang melatarbelakanginya terlihat cukup realistis dalam fungsinya sebagai pentransfer dan penyimpan nilai, terutama dengan teknologi ledger terdistribusi.
Kenyataan-kenyataan tersebut dianggap kian memojokkan posisi bank sentral yang harus dengan sigap untuk merespon situasi. Terutama bagaimana bank sentral harus tetap mampu berkompetisi terhadap tantangan yang ada di depan mata.