Sempat menjadi trending terkait dengan kabar kematian CEO QuadrigaCX beberapa hari lalu. Siapa sangka, bahwa kabar kematian CEO QuadrigaCX palsu belaka, ada indikasi untuk melakukan penipuan dengan menggunakan modus memalsukan sertifikat kematian.
Adalah Gerald Cotten, nama dari CEO QuadrigaCX yang sempat dikabarkan meninggal dengan membawa seluruh akses aset kripto yang tersimpan dari bursa kripto miliknya. Berita kematian itu lantas banyak dimuat di berbagai media lantaran seluruh aset kripto milik pengguna disinyalir ikut hilang terkubur diliang lahatnya.
Kisah pemalsuan kematian Gerald Cotten ini layaknya sebuah kisah novel berjudul “Playing Dead Journey Through World”, yang ditulis oleh Elizabeth Greenwood di tahun 2017 lalu. Cerita di dalam novel itu mengisahkan bagaimana cara untuk menghindari membayar hutang besar yang membelit.
Greenwood banyak menuliskan bagaimana orang menggunakan modus memalsukan kematian itu sengaja untuk terbebas dari tanggungan membayar hutang. Bahkan, pelaku itu bisa dengan mudah untuk membayar doktor, saksi, dan banyak pihak lainnya dengan total biaya sebesar USD 100 saja. Alhasil, surat kematian palsu juga bisa didapatkan dengan mudahnya.
Hampir mirip dengan kisah di novel itu, Gerald Cotten membuat strategi untuk berupaya berkunjung ke kota Jaipur, India. Di kota tersebutlah yang nantinya dijadikan alibi saat dia meninggal. Jaipur ini adalah salah satu kota di India.
Gerald Cotten lantas berupaya untuk mendapatkan sertifikat kematian palsu hanya dengan mengirim formulir aplikasi, dan juga tandatangan. Padahal, semestinya dokumen yang diperlukan adalah paspor milik Cotten. Tidak lain, agar nantinya Cotten bisa mendapatkan surat kematiannya tersebut dengan mudah.
Latar belakang dibalik itu, tersiar kabar bahwa Gerald Cotten sedang mengalami masalah keuangan yang serius di perusahaan bursa kripto QuadrigaCX. Bursa kripto QuadrigaCX ini kabarnya sudah hampir mendekati bangkrut. Bursa kripto yang berbasis di Kanada ini sebelumnya sempat mengkonfirmasi bahwa pihaknya berupaya menyelesaikan masalah likuiditas terhadap meningkatnya permintaan pengguna yang melakukan penarikan dana.
Bahkan, salah satu sumber di forum Reddit menilai bahwa Cotten juga sempat membuat surat wasiat setelah meninggal. Di dalam surat wasiatnya itu, Cotten meninggalkan USD 100.000 untuk kedua anjingnya.
Sementara itu, Jesse Powell, CEO Kraken didalam ciutannya 2 Februari lalu mengatakan bahwa pihak Kraken sendiri sempat membuat investigasi terkait dengan sekian banyak address wallet milik CEO QuadrigaCX.
We have thousands of wallet addresses known to belong to @QuadrigaCoinEx and are investigating the bizarre and, frankly, unbelievable story of the founder’s death and lost keys. I’m not normally calling for subpoenas but if @rcmpgrcpolice are looking in to this, contact @krakenfx
— Jesse Powell (@jespow) February 3, 2019
Menurut Jesse Powell, kabar hilangnya private key milik Cotten begitu aneh. Terutama jika masih ada aktifitas transaksi di address-address tersebut.
Rumah Sakit Di Jaipur Ikut Terlibat Pemalsuan Surat Kematian
Dilansir dari Coindesk, disebutkan bahwa salah satu rumah sakit swasta di Jaipur India, Fortis Escorts, dalam kasus ini terlibat dalam penerbitan surat kematian untuk Gerald Cotten. Rumah sakit tersebut kabarnya merilis surat kematian itu tertanggal 8 Desember pukul 9:45 waktu setempat.
Sedangkan, sempat ada dua surat kematian berbeda yang sempat dirilis. Satu surat kematian yang dirilis oleh J.A Snow Funeral Hom, dan satu surat lagi yang dirilis dari Badan Statistik di India. Hanya saja, untuk surat yang dirilis di badan statistik tersebut menyebut Gerald Cotten meninggal tertanggal 9 Desember 2018 di Jaipur. Di sebut dalam surat kematian itu, bahwa Gerald Cotten meninggal karena serangan jantung.
Ada indikasi bahwa pihak-pihak penyedia jasa medis di India akan banyak menghadapi tuntutan, terutama jika kepalsuan surat kematian itu berhasil dibongkar. Di tuliskan di NewsBTC, menyebut pernah ada salah satu dokter laboratorium forensik di Goa, India yang bahkan juga bisa merilis dokumen kelahiran maupun kematian palsu.
Nampaknya, insiden pemalsuan surat kematian atau sertifikat palsu lain itu juga banyak terjadi di India. Sejauh ini, kabarnya sindikat pemalsu sertifikat itu banyak diketahui berasal dari sindikat di Mumbai. Mulai dari surat kematian, suat nikah, kelahiran, dan dokumen apapun juga.
Sementara itu, pihak berwenang di India sendiri menyatakan sudah mengambil inisiatif dengan mengalihkan pembuatan sertifikat online di salah satu perusahaan IT besar di India. Namun, upaya tersebut memang diyakini belum sampai menjangkau kota-kota lain di India.