Harga bitcoin melonjak tinggi mencapai USD 12.885 per 1 BTC, atau setara dengan Rp. 188 juta. Capaian harga Bitcoin kali ini bahkan tertinggi sejak bulan November tahun 2019 lalu. Padahal di sepanjang tahun 2020, harga bitcoin sempat berada di level terendah USD 5.214 pada bulan Maret.
Di Yahoo Finance, mencatat chart bitcoin sudah naik 78%. Pergerakan harga yang makin agresif ini tentu saja menjadi titik tolak bergairahnya ekosistem dunia kripto di tengah perekonomian global yang justru makin terpuruk.
Mike Novogratz, sehari lalu menyebut ada beberapa hal penting yang bakal mendorong tinggi pergerakan bitcoin. Salah satunya adalah inisiatif PayPal untuk masuk di dalam dunia bitcoin. Paypal memang sudah memiliki sekitar 346 juta pelanggan di seluruh dunia.
Menurut Mike, dengan melalui PayPal, hampir sebagian besar bank akan terdorong pula mengakomodir layanan kripto.
Senada dengan Mike, Katie Stockton dari Fairlead Strategies justru menganalisis potensi bitcoin bisa menembus level USD 14.000. Analisisnya ini disebut lantaran bitcoin sudah melampaui momentum jangka pendek setelah menembus level USD 10.000 di awal September lalu.
Katie Stockton melihat potensi yang besar bahwa bitcoin selanjutnya berupaya untuk menembus resisten di level USD 14.000 berdasarkan retracement Fibonacci di jangka panjang.
Secara teknis, analisis berdasarkan Fibonacci Retracement dipakai untuk mengidentifikasi level support dan resisten pada reli aktifitas jual dan beli di pasar. Fibonacci Retracement sendiri berdasarkan rasio emas yang lebih fokus pada level pergerakan 61,8%, 50%, 382%, dan 23,6%.
Berdasarkan analisisnya itu, Katie sendiri cukup yakin bahwa bitcoin bisa mencapai level USD 14.000 di beberapa bulan mendatang, Business Insider (21/4/2020). Keyakinannya itu juga ditunjang dengan tren naik sebagai momentum jangka panjang yang lebih kondusif. Pasalnya, Katie melihat ada ruang permintaan berlebih berdasarkan variabel stokastik mingguan. Disisi pengembangan Bitcoin sendiri, beberapa hari lalu mulai terlihat potensi penguatan sisi privasi. Hal itu ditandai pula dengan adanya merging BIP Schnorr dan Taproot. Dengan penguatan sisi privasi tersebut tentu saja memberikan tambahan keamanan untuk pengguna. Terlebih jika diasumsikan bahwa bitcoin bakal digunakan sebagai alat tukar secara global.