BitcoinMedia – Hacker Binance. Kurang lebih sekitar 7.074 BTC yang berhasil dicuri dari Bursa Binance pada awal bulan Mei lalu kini telah berpindah kembali. Dari insiden saat itu, hacker binance ini berhasil mencuri aset kripto senilai USD 83 juta. Atau kurang lebih sekitar Rp. 1,1 trilyun lebih.
Berdasarkan data yang diungkap dari Coinfirm, salah satu perusahaan analitik kripto, menyebut bahwa dana hasil curian yang awalnya masih diam tersimpan kini telah mulai bergerak lagi.
Hacker Binance pada insiden yang terjadi pada tanggal 7 Mei 2019 lalu, berhasil memperoleh sebagian besar API key, termasuk juga kode 2FA pengguna, dan beberapa data penting lainnya. Sehari setelah peristiwa peretasan itu, total 7.974 BTC berhasil diamankan hacker binance.
Setelah serangan berhasil dilakukan, sebagian dari keseluruhan dana itu dipisah ke dalam 21 address Segwit. Dan kemudian sebagian besar lainnya dibagi ke 23 address lainnya.
Hasil pantauan pemindahan aset yang pernah dilakukan sebelumnya ada sekitar 1060,6 BTC dipindah ke 7 address BTC baru. Sedangkan 1 address baru lain dengan nilai sebesar 707,1 BTC. Nilai sisa terakhir ini sudah dipindahkan terlebih dahulu pada awal bulan Juli.
Namun, dari hasil transaksi yang sempat terpantau, ada satu transaksi kecil sebesar 1 BTC yang ke beberapa bursa seperti Coinbase, Poloniex, Kraken, dan Huobi. Mengetahui hal itu, bursa bersangkutan lantas berupaya untuk membekukan transaksi itu.
Sementara pada pergerakan baru dana hasil curian hacker Binance ini, kurang lebih ada 6,5 BTC atau sekitar USD 76.000 saja yang nampaknya coba dicairkan. Dari total dana itu, ada sekitar USD 70.000 yang dicairkan ke Kraken, sedangkan sisanya dipecah dalam bagian kecil-kecil ke bursa Huobi, BitX.co, BTC-Alpha, CoinGate, dan juga BitPay.
Usut punya usut, upaya pencucian uang hasil peretasan itu dilakukan hacker binance menggunakan layanan tumbler dari ChipMixer. Layanan tersebut adalah untuk mengaburkan transaksi dengan menggabungkan beberapa transaksi menjadi satu. Tujuannya, agar transaksi yang dilakukan menjadi lebih sulit untuk dilacak dan di identifikasi.