Konsentrasi perusahaan-perusahaan mining farm bitcoin dari China sebelumnya dikenal berjumlah lebih besar dibandingkan wilayah lain. Penurunan harga Bitcoin yang terjadi sebelumnya, ditambah dengan dampak virus Corona telah membuat cukup berbeda. Memungkinan dominasi perusahaan mining farm bitcoin china sudah banyak beralih.
Berdasarkan laporan Securities Daily China pekan lalu (22/3/2020), sudah ada 40 perusahaan mining farm di China yang terpaksa ditutup. Total 2,3 juta perangkat Antminer S9 pabrikan Bitmain yang banyak digunakan menjadi tidak lagi menguntungkan.
Di beberapa vendor ASIC miner asal China, sudah banyak yang menjual perangkat miningnya lebih rendah sekitar 30%-50% dibandingkan biasanya. Dampak pandemi virus Corona covid 19 memberikan pukulan berat pada industri pertambangan bitcoin di China.
Wu Tong dari Komisi Blockchain di Kementerian Perdagangan China memberikan komentar bahwa perusahaan pertambangan kripto di China banyak yang kesulitan untuk mengelola dan memperbarui produksi mesin-mesin pertambangan baru.
Padahal tarif harga listrik di China tergolong cukup rendah. Oleh sebab itu banyak industri pertambangan atau mining farm dari China. Tarif listrik di China adalah 0,38 yuan per kWh, seperti yang dilansir dari Securities Daily China. Tarif listrik tersebut setara dengan USD 0,05 per kWh, atau sekitar Rp. 891,- di kurs rupiah saat tulisan ini dibuat.
Namun nampaknya laporan di media yang sama menyebutkan ada kenaikan hingga 28,72 yuan per kWh. Hal ini yang pada akhirnya menyebabkan mining farm di China cukup kesulitan dan terpaksa menutup operasionalnya.
Potensi itu membuka peta perubahan konsentrasi distribusi ekosistem pertambangan yang selama ini lebih besar dari China. Dua vendor ASIC miner asal China terbesar adalah Bitmain dan Ebang. Untuk pabrikan Bitmain kurang lebih ada 11 varian ASIC miner, termasuk Antminer S9.
Sementara pabrikan Ebang terdapat 10 varian produk ASIC Miner. Di Ebang ini varian dengan kapasitas kompotasi terbesar adalah di seri EBIT E12 dengan daya komputasi sebesar 44 terahash per detik. Namun konsentrasi terbesar di China selama ini adalah karena tarif listrik yang rendah. Dengan komposisi persaingan distribusi ini, membuka banyak peluang untuk wilayah selain China.
Negara-negara lain dengan tarif listrik murah juga cukup banyak. Venezuela adalah salah satunya Negara dengan tarif listrik yang murah. Ditambah lagi, energi listrik itu mendapat subsidi. Selain Venezuela, ada juga Negara lain dengan tarif listrik yang murah seperti di Ukraina ataupun Serbia.
Balazs Fekete dari perusahaan penyedia energy litrik WepowerCrypto di Moldova menyebutkan bahwa para penambang bitcoin dan cryptocurrency di Hungaria sudah banyak yang keluar ke Ukraina maupun Serbia. Tarif listrik di Ukraina tahun 2019 lalu masih senilai 0,07 sen euro. Di Moldova tariff listriknya sekitar 0,038 sen euro atau sekitar Rp. 478 per kWh di tahun itu. Perbandingan wilayah dengan tarif yang lebih murah selain di China, akan banyak membantu dalam pola distribusi jaringan, hashrate secara lebih merata. Dalam hal ini, adalah kondisi desentralisasi bitcoin menjadi jauh lebih baik.