BitcoinMedia. Dash mulai terkesan mulai merubah label privacy coin menjadi lebih mengakomodir KYC dan AML. Upaya itu dilakukan untuk merambah segementasi pasar yang lebih luas. Padahal Dash sudah lama dikenal sebagai salah satu varian Privacy Coin.
Cara pihak Dash dalam mengakomodir KYC dan AML memang tidaklah langsung menuliskan langsung di baris code mereka. Melainkan dengan menjalin kemitraan dengan beberapa startup provider compliance sevices.
Kedua startup penyedia jasa compliance services tersebut adalah Coinfirm dan juga Blockchainintel. Dari dua kemitraan dua startup tersebut, yang berlaku memberikan standar kepatuhan KYC dan AML untuk Dash agar bisa lebih ramah di sektor jasa keuangan.
Kemitraan antara Dash dengan Coinfirm sudah dimulai sejak bulan September 2016 silam. Startup Coinfirm ini merupakan startup yang berbasis di London sebagai penyedia jasa untuk mempermudah adopsi di sektor institusi dan jasa keuangan.
Dash kemudian memperlebar segmentasinya dengan akomodir KYC dan AML melalui kemitraan dengan Blockchainintel. Kemitraan ini kemudian diumumkan pada bulan Juli 2019 yang lalu.
Jika kemitraan dengan Coinfirm lebih menyusur ke merchant agar mudah menyesuaikan kepatuhan KYC dan AML, maka di BlockchainIntel ini lebih spesifik pada bursa-bursa kripto. Tujuannya jelas agar bursa-bursa kripto yang sudah memperdagangkan Dash, tidak akan kesulitan menyesuaikan diri dengan KYC dan AML. Terlebih untuk Dash yang berkarakter Privacy Coin.
Privacy Coin Berubah Arah?
Kebutuhan akan privasi dan adopsi massal disisi lainnya memang seakan bertolak belakang. Segmentasi privacy coin memang memiliki pasarnya sendiri. Namun, walau bagaimanapun segmentasi ini juga berpotensi untuk menutup potensi pasar yang lebih luas.
Aturan terkait dengan KYC dan AML, umumnya berseberangan dengan kebutuhan untuk privasi yang saat ini kian dipahami urgensinya. Dalam hal ini, pihak regulator acapkali “gagap” dalam memahami privasi itu saat diterjemahkan ke dalam produk hukum.
Ekosistem Dash memang terkesan mulai merubah arah dengan inisiatif untuk mulai mengakomodir KYC dan AML. Meskipun, pendekatan yang diambil oleh Dash dalam hal ini tidaklah langsung mengakomodir di code secara langsung. Melainkan melalui layanan pihak ketiga dari Coinfirm dan BlockchainIntel.
Walaupun demikian, inisiatif tersebut memberikan statement tidak langsung bahwa Dash mulai tidak cukup yakin dengan segmentasi pasar untuk Privacy Coin. Dash jelas cenderung berkeinginan untuk melebarkan adopsi yang lebih luas agar lebih ramah juga di semua lapisan, hingga di sektor jasa keuangan.
Sementara lain hal, apa yang diupayakan oleh Altcoin Monero (XMR) masih terkesan lebih rasional. Buntut dari regulasi terkait dengan privacy coin berawal dari pedoman yang pernah dirilis oleh Financial Crimes and Enforcement Network (FinCEN) di sekitar bulan Mei 2019.
Dari pedoman FinCEN tersebut, kemudian cukup dikenal dengan sebutan “Funds Travel Rule”, yang menyangkut juga bisnis yang berelasi sebagai “money transmitter”. Sementara dari aturan itu, menyebutkan kepatuhan hukum KYC dan AML bagi institusi atau jasa keuangan melayani pengiriman atau menerima jumlah uang lebih besar / sama dengan USD 3.000 (sekitar Rp 41,8 juta).
Terkait dengan Funds Travel Rule itu, Monero bukanlah menjadi subyek atas regulasi tersebut, seperti yang diumumkan resmi di halaman blog mereka (5/12/19). Alasan Monero jauh lebih masuk akal, pasalnya regulasi itu lebih mengarah kepada penyedia jasa bursa kripto, bukan cryptocurrency secara langsung.
Sementara jika melihat rilis dari FATF (Financial Action Task Force) terbaru di bulan Juli 2019, juga senada seperti yang terdapat di rilis FinCEN. Tertulis di FinCEN dan FATF:
“… if a given transmission protocol is unable to accommodate such information, the obligated person may provide such information in a message different from the transmittal order itself”.
Recomendasi yang termuat di FATF maupun FinCEN jelas-jelas menyebutkan bahwa kebutuhan untuk mencantumkan informasi secara langsung pada transmisi pesan itu tidak perlu dilakukan. Hal ini juga berlaku sama dengan bagaimana cara kerja cryptocurrency.
Artinya, jika cryptocurrency menjadi obyek KYC dan AML, jelas jaringan akan lebih banyak terforsir untuk mengakomodir informasi pengguna. Dan semua hal itu akan menjadi berantakan, terlebih jika kapasitas jaringan pasti akan membengkak, berujung pada membuka banyak celah keamanan.
Pandangan pihak Monero, membagi informasi tersebut tidak diperlukan baik secara on-chain. Menurutnya, Funds Travel Rule jelas tetap memisahkan proses tersebut dengan aset apapun yang sedang ditransaksikan.
Dash mungkin bisa saja mulai membuka peluang untuk bergeser dan membuka pintu segmentasi lebih luas. Namun jika melihat Monero dan beberapa varian Privacy Coin lainnya, segmentasi ini mungkin masih tetap berjalan pada rel yang ada.
Meski demikian, ada pula justru dari pihak ketiga penyedia layanan bursa kripto yang justru masih gagap. Misalnya saja dari langkah yang ditempuh oleh bursa BitBay pada Februari 2019 lalu. Saat itu, bursa yang berbasis di Polandia itu delisting varian kripto seperti Monero dan Privacy Coin lain dari platformnya.
Lebih jauh, bursa OKEx juga melakukan hal yang serupa di bulan September. Bursa kripto yang dikenal volume perdagangan manipulatif ini delisting Monero, Dash, Zcash, Horizen (Zen) dan Super Bitcoin (SBTC) yang berkarakter Privacy Coin.
Inisiatif bak seorang “pahlawan kesiangan” oleh bursa-bursa kripto ini cukup gagap dalam memahami peraturan. Terlebih dalam memahami varian Privacy Coin.
Awal Mula Altcoin Dash
Dash sendiri merupakan proyek cryptocurrency yang sudah muncul lama. Proyek kripto satu ini sudah muncul pertama kali dengan nama “Xcoin”. Pengembanga yang mendirikan proyek ini adalah Evan Duffield.
Di tahun yang sama, 2014, Xcoin lantas menambahkan fitur “PrivateSend”. Dari fitur baru itu, nama simbol Xcoin dirubah menjadi “DarkCoin”. Secara khusus fitur transaksi baru tersebut memang memberikan tingkat pengacakan transaksi untuk menambah sisi privasi.
Oleh sebab itu, proyek ini kemudian sudah mendapat predikat Privacy Coin. Bebberapa fitur baru juga kemudian ditambahkan, seperti transaksi instan dengan mengutamakan privasi. Stigma yang muncul kemudian cukup tidak menguntungkan bagi proyek. Pasalnya, mulai banyak anggapan koin-koin privasi yang dianggap banyak berkaitan dengan “pasar gelap (black market)”.
Meski nama koin yang digunakan tetap DarkCoin, namun pihak pengembang lantas berupaya untuk meminimalisir stigma negatif yang ada dengan mengganti nama jaringan utama mereka menjadi “DASH” di awal tahun 2015. Meski demikian, secara umum varian altcoin yang satu ini tetap tidak bisa lepas dari predikat “privacy centric”.