Tim dari Universitas Tsinghua patenkan aplikasi berbasis blockchain untuk melindungi benda-benda cagar budaya. Tim dari Universitas Tsinghua asal Cina ini sebelumnya memang sempat mendapat bantuan dari sebuah perusahaan Artificial Intelligence terkemuka, ObEN, untuk mendirikan pusat penelitian dan eksplorasi teknologi blockchain.
Pada kerjasama tersebut, pihak ObEN memberikan bantuan untuk pengembangan sebesar USD 1 juta pada proyek itu. Tidak hanya ObEN, Tsinghua melalui Wudaokou School of Finance Tsinghua (PBCSF) juga menjalin kemitraan dengan Gao Rong Venture Capital dan beberapa perusahaan besar lain untuk mendukung proyek itu juga.
Berdasarkan berita yang dimuat di EconoTimes pada 3 Juli lalu, Gao Rong siap memberikan bantuan pengembangan proyek sebesar USD 5 juta selama ima tahun ke depan. Pada proyek pembentukan pusat penelitian dan eksplorasi teknologi blockchain itu, lebih spesifik untuk melakukan penelitian mendalam dalam hal upaya-upaya pengintegerasian teknologi blockchain.
Hasilnya, Tim dari Universitas Tshinghua tersebut telah mengajukan paten pada bulan April yang lalu. Berdasarkan informasi dari Coindesk, ada 3 tiga orang penemu aplikasi tersebut. Salah satu diantaranya adalah Tan Jiajia – seorang peneliti untuk riset pascadoctoral.
Tan Jiajia memberikan keterangan, bahwa sistem yang dibuatnya terdiri dari dua bagian penting. Pertama dengan melibatkan 3D computing yang memungkinkan untuk melakukan scanning seluruh obyek cagar budaya dalam bentuk digital.
Bagian penting kedua adalah memberikan akses pihak penjaga benda cagar budaya untuk menjadi simpul node di dalam jaringan yang berbasis blockchain. Pihak penjaga benda purbakala yang dimaksud disana misalnya seperti Museum. Sehingga, tiap-tiap museum menjadi sebuah simpul node di jaringan, dan saling mempertahankan otentikasi dan traking benda-benda purbakala tersebut.
Nantinya, masing-masing museum itu, akan bisa memperoleh data di masing-masing pihak, dan memperbarui database atau kearsipan benda purbakala yang dimiliki. Karena setiap pencatatan benda purbakala tersebut berujung dengan membuatkan nilai hash yang selanjutnya disimpan ke dalam blockchain, maka pencatatan tersebut juga dapat diakses secara publik.
Garis besarnya, output yang diperoleh dengan menggunakan teknologi berbasis blockchain dan AI ini, mampu meningkatkan visibilitas dan juga transparansi.