Peneliti dan pakar keamanan komputer kondang, Dan Kaminsky meninggal dunia di usia 42 tahun tiga hari lalu, Jumat (23/4/21). Dan Kaminsky cukup dikenal pada tahun 2008 ketika menemukan celah keamanan DNS cache.
Pada saat itu, peneliti keamanan asal Amerika kelahiran tahun 1979 ini berhasil mendeteksi celah keamanan pada DNS cache. Setidaknya celah keamanan itu sudah menginfeksi sekitar 586.000 komputer.
Dan Kaminsky juga kerap hadir sebagai pembicara dalam konferensi bernama Black Hat Briefing. Konferensi ini adalah konferensi keamanan computer, memberikan banyak pelatihan, konsultasi kepada hacker maupun perusahaan sampai agensi pemerintah di seluruh dunia.
Sepak terjangnya di dunia keamanan komputer memang tidak diragukan. Pada bulan Juni 2010 dirinya merilis Interpolique, framework versi beta yang bisa meminimalisir serangan tipe injeksi SQL lintas situs bagi para pengembang. Kaminsky kemudian ditunjuk menjadi salah satu perwakilan komunitas terpercaya di DNSSEC root.
Tidak itu saja, Dan Kaminsky juga banyak dikenal melalui tulisannya yang cukup fenomenal tentang Bitcoin di tahun 2013 silam. Tulisan Dan Kaminsky itu berjudul ”I Tried Hacking Bitcoin And I Failed“. Kaminsky menulis pengalaman yang luar biasa itu di Businessinsider pada tanggal 12 April 2013.
Pengalaman unik dan luar biasa Dan Kaminsky tersebut menjadi cukup fenomenal bagi komunitas Bitcoin. Bercerita tentang pengalaman pribadinya dua tahun sebelumnya, 2011, saat Kaminsky berupaya untuk mencoba meretas atau hacking Bitcoin. Upaya itu tentu saja berujung gagal.
Meski pengalaman itu pada akhirnya gagal, Kaminsky tidak dapat meretas bitcoin, namun menurutnya, upaya yang pernah dilakukan itu dinilai cukup menyenangkan.
Di dalam tulisannya saat itu, Dan Kaminsky menyebut bahwa semua system pasti dapat diretas. Walau dengan seperti apapun. “Semua orang pun meretas … kadang-kadang”, tulisnya.
“Bitcoin telah mengejutkan saya.”
Daniel Kaminsky
Menjadi perhatian Kaminsky tentang Bitcoin, adalah bagaimana jika faktanya, telah ada yang membangun ekonomi global dengan system yang cukup optimal seolah-olah seperti gambar kucing yang bisa bergerak-gerak sendiri? “Mereka sangat imut”, katanya.
Berdasarkan pengalaman Dan Kaminsky saat meretas bitcoin, diibaratkan seperti cloud data global dengan mesin yang saling mendengarkan satu-sama lain, dan selalu aktif. Jaringan tersebut menjadi protokol jaringan yang cukup kompleks, ditulis dalam bahasa C++.
Padahal menurutnya, C++ pada dasarnya bukanlah sebuah bahasa pemprograman yang dinilai aman. Namun persepsinya itu kemudian berubah, karena ternyata bitcoin memberikan fakta yang cukup berbeda.
Masih terkait dengan penggunaan C++, menurutnya kebanyakan orang saat itu akan banyak memilih bahasa pemprograman modern seperti JavaScript ataupun Ruby. Namun menurutnya itu bagi sebagian orang di permukaan saja, karena anggapan Dan orang mungkin tidak benar-benar mengatahui apa yang sedang dilakukannya.
Sementara tentang Ruby, cukup bagus, dan dianggap terlalu bersahabat. Namun Dan juga menilai, bahasa pemprograman juga kental terkait dengan bisnis. Sementara Bitcoin yang ditulis dengan bahasa C++, menunjukkan bahwa penggagas bitcoin betul-betul tahu apa yang ia lakukan.
Meski pada hal lain pada ekosistem bitcoin, telah terjadi peretasan yang terjadi, meskipun di luar sistem inti bitcoin, namun menurutnya sistem dan teknologi bitcoin benar-benar bekerja. Dan fakta ini tidak terprediksi oleh kebanyakan orang. “Sama sekali tidak ditemukan konsekuensi terjadinya kegagalan”, tulisnya.
Dan Kaminsky Meninggal Bukan Karena Vaksin Covid 19
Keponakan Dan Kaminsky, dalam ciutannya beberapa hari lalu, menerangkan bahwa kematian Kaminsky tidak terkait dengan Covid 19. Kaminsky meninggal di usia 42 tahun di California karena lama menderita diabetes.
Ciutan Sarah Kaminsky hari Minggu (25/4/21) mengatakan, “Dengan cukup sedih, saya mengumumkan meninggalnya paman saya, Daniel Kaminsky. Kematiannya tidak kami duga sebelumnya, sudah bertahun-tahun lalu berjuang melawan diabetes. Baru-baru ini sempat dirawat di rumah sakit karena penyakit yang sama. Tragedi ini tidak berhubungan dengan vaksinasi Covid 19, semuanya karena ketoasidosis diabetic” tulisnya.
Pengumuman penyebab kematian Kaminsky itu dirasa perlu dilakukan oleh pihak keluarga lantara sebelumnya sempat berkembang rumor karena terkait vaksinasi Covid 19. Kaminsky, sebelumnya disebut telah menerima dosis pertama vaksin Pfizer pada tanggal 22 maret lalu.
Dan Kaminsky sendiri juga memposting di Twitter melalui akun pribadinya setelah mendapat dosis kedua pada 22 April. Atas dasar itulah pihak keluarga berupaya untuk menjelaskan bahwa rumor yang beredar tidak benar.
Menurut Sarah, pamannya justru sangat memuji ilmu pengetahuan, termasuk terkait teknologi vaksin. Tentang rumor yang beredar itu, Sarah mengatakan, “Dan pasti akan menertawakan gagasan ahli teori konspirasi melalui kematiannya, tetapi sebagai pihak keluarga, cukup menyakitkan ketika kematian Dan digunakan untuk menyebar kabar keterkaitan vaksin yang justru dia percayai,” tulisnya. Dirinya juga berharap agar komunitas internet memberi privasi bagi pihak keluarga atas kehilangan Dan Kaminsky.