Tiga hari berlalu setelah Bitcoin halving, reward miner sebagai insentif dari biaya transaksi bitcoin meningkat 14,6 persen. Padahal rata-rata insentif berupa reward miner dari biaya transaksi bitcoin di bulan April hanya bisa menyumbang rata-rata 1% saja.
Reward miner bitcoin yang diperoleh dari biaya transaksi ini mulai melonjak pesat sehari tepat setelah bitcoin halving yang tercatat pada tanggal 11 Mei pada zona waktu UTC. Jika reward miner bitcoin dari biaya transaksi meningkat, maka total pendapatan penambang secara keseluruhan juga meningkat. Insentif miner bitcoin atau penambang bitcoin adalah berasal dari dua mekanisme berbeda.
Pertama adalah berupa insentif reward block, dan juga insentif biaya transaksi bitcoin (bitcoin transaction fees). Sehingga ketika jumlah supply 21 Bitcoin berhasil ditambang seluruhnya, penambang tetap memperoleh insentif pertambangan dari insentif total biaya transaksi Bitcoin tersebut.
Berdasarkan data statistic reward penambang insentif transaksi bitcoin di btc.com, tercatat kenaikan yang signifikan hingga 14,6 persen. Peningkatan tersebut menjadi yang tertinggi di paruh tahun 2020 sejak bulan Januari.
Reward penambang terendah dari biaya transaksi tahun 2020 tercatat pada awal tahun. Pada tanggal 1 Januari tersebut rata-rata reward transaksi per block hanya senilai 0,457 BTC. Meski di tahun 2020 mulai mencatat kenaikan signifikan, namun capaian tertinggi masih terjadi akhir tahun 2017 silam.
Tertanggal 22 Desember 2017, rata-rata reward miner yang berasal dari biaya transaksi bitcoin mencapai puncak tertinggi dalam sejarah bitcoin. Rata-rata reward miner dari biaya transaksi saat itu mencapai 43,58 BTC. Jumlah tersebut hanya berasal dari insentif biaya transaksi saja, tidak termasuk reward block yang berlaku senilai 12,5 BTC saat itu.
Moneter Bitcoin Berjalan Seperti Yang Diharapkan
Pengurangan reward block secara berkesinambungan dalam rata-rata jarak waktu 4 tahunan, mekanisme insentif yang diperoleh penambang dari biaya transaksi akan menjalankan fungsinya secara penuh ketika seluruh supply Bitcoin habis ditambang.
Dengan peningkatan rata-rata pendapatan penambang dari sisi biaya transaksi itu membuktikan bahwa fungsi insentif atau reward bitcoin ini sebagai fungsi moneter sudah bekerja sempurna. Sesuai yang diharapkan. Bagi orang awam, terlanjur banyak menilai bitcoin tidak akan mampu bertahan ketika seluruh jumlah bitcoin habis ditambang.
Padahal reward block untuk penambang bitcoin yang sudah banyak diketahui itu hanyalah salah satu dari mekanisme pemberian insentif di dalam Bitcoin. Mekanisme insentif penambang lainnya adalah berupa biaya transaksi.
Sehingga penambang akan tetap berkontribusi dalam ekosistem pertambangan Bitcoin meskipun seluruh supply bitcoin telah habis. Sebab melalui biaya transaksi itulah yang nantinya akan mampu mengcover seluruh biaya operasional pertambangan, termasuk nilai lebih yang diperoleh sebagai keuntungan.
Fungsi moneter bitcoin mampu berjalan secara mandiri. Tidak memerlukan intervensi otoritas manapun, seperti bank sentral pada umumnya. Perhatian yang cukup krusial adalah sampai seberapa besar “value” insentif yang diterima oleh penambang tersebut.
Dalam hal itu, mekanisme pasar akan menentukan secara nyata. Ketika pasar menanggapi jumlah supply bitcoin yang beredar di pasaran semakin sedikit, diharapkan mampu memberikan stimulus besar untuk menaikkan harga Bitcoin.
Belum lagi dalam perkembangan bitcoin yang sudah dicapai saat ini telah memiliki lapisan jaringan untuk micropayment, berupa jaringan Lightning Network. Jika transaksi micropayment yang dilakukan melalui lapis kedua jaringan tersebut makin meningkat, sudah bisa dipastikan mendorong naik insentif penambang dari biaya transaksi yang didapatkan.
Berdasarkan data statistic jaringan Lightning Network pada bulan Desember 2018, tercatat kapasitasnya sudah mencapai 500 BTC. Beranjak naik di bulan Februari 2019 mencapai 709 BTC. Sementara saat tulisan ini dibuat, kapasitas jaringan lightning network Bitcoin juga terus meningkat menembus 935,13 BTC. Total jumlah kapasitas tersebut setara USD 8,8 juta atau sekitar Rp. 132 milyar lebih, hanya untuk kapasitas micropayment Bitcoin saja.