Tahun 2020 memang sudah diprediksi menjadi tahun yang penuh tantangan untuk varian privacy coin. Baru-baru ini, di bursa kripto Huobi yang berbasis di China berupaya untuk delisting Monero (XMR) lantaran dikaitkan dengan aktifitas pornografi melalui Nth Room.
Per tanggal 9 April 2020 lalu, pihak Huobi menyatakan sudah tidak lagi mengakomodir jual beli Monero di bursa mereka karena dianggap volume perdagangan XMR rendah. Tidak hanya itu salah satu alasan mendasarnya karena Monero adalah varian kripto privacy coin dengan fitur anonimitas transaksi.
Fakta yang ada ternyata beberapa bursa kripto seperti Upbit, Bithumb, Coinone, dan juga Korbit sudah berupaya membantu penegak hukum untuk mengungkap tersangka yang disinyalir menggunakan transaksi pornografi dengan Monero di Nth Room.
Sementara di Korea Selatan sendiri, ada dua bursa kripto yang sebelumnya mengakomodir jual beli Monero. Dua bursa itu adalah Bithumb dan Huobi yang berbasis di China. Bedanya Bithumb sampai sejauh ini masih tetap memperjualbelikan Monero, sedangkan Huobi tidak.
Tuduhan Monero Digunakan Transaksi Pornofrafi di Nth Room
Di bulan Maret lalu, forum Nth Room mulai banyak disorot lantaran kerap digunakan menjadi transaksi pornografi di Korea Selatan.
Nth Room ini adalah grup uang menyebarluaskan konten video berisikan pelecehan seksual terutama anak dibawah umur. Kabar yang sudah banyak beredar, pengguna disebut banyak menggunakan mata uang digital kripto. Lalu dari konten tersebut disebut banyak disebarkan melalui Telegram.
Di Korea Selatan, Nth Room ini bahkan sudah melibatkan sejumlah artis baik laki-laki hingga kalangan atlet. Sebagian besar artis dan atlet Korsel itu sejak Maret sudah disebut menjadi para pelanggan forum Nth Room, CNN Indonesia (26/3/2020).
Kasus itu setidaknya sudah ada 74 wanita yang telah menjadi korban. Dari total 74 wanita yang dimaksud, sebagian masih di bawah umur. Berdasarkan hasil penelurusan pihak penegak hukum Korea Selatan, Cho Joo-bin pria berusia 25 tahun adalah salah satu tersangka yang disebut sudah berhasil diungkap.
Kabarnya Cho Joo-bin itu adalah salah satu pengelola di grup bernama “Gat Gat”. Cho Joo-bin juga disebutkan menggunakan mata uang Monero dalam transaksinya. Dugaan yang sempat muncul, menurut Gothambang, yang berperan sebagai mediator menerima sekitar 50.000 dalam mata uang Monero. Dari sinilah yang disebutkan sebagai dugaan kuat anggapan penggunaan varian privacy coin untuk aktifitas kriminal dalam kasus itu.
Namun tuduhan penggunaan Monero dengan mata uang kripto XMR itu dinilai cukup berlebihan. Berdasarkan hasil penelusuran yang dituliskan Sisajournal (10/4/2020), menyebutkan bahwa tidak ada bukti yang cukup kongkrit bisa membuktikan bahwa transaksi pornografi melalui Nth Room tersebut menggunakan Monero.
Berbeda dengan Huobi, Bithumb masih menjualbelikan Monero di platformnya. Namun dari sumber yang sama menyebutkan bahwa Bithumb ini banyak mendapat tekanan agar tetap memperjualkan Monero.
Tahun 2020 Menjadi Tahun Sulit Untuk Privacy Coin
Posisi varian Privacy Coin sudah cukup dilematis. Hal ini sudah dimulai sejak di tahun 2018 silam. Saat itu Pemerintah AS mulai bertindak serius untuk menanggapi potensi penggunaan kripto untuk transaksi yang melanggar hukum.
Upaya itu dimulai ketika muncul laporan dari DEA di bulan Agustus. Pada laporan itu menyebut ada 90% transaksi kripto yang digunakan untuk tindak pelanggaran hukum. Berlanjut kemudian dengan munculya pedoman bisnis cryptocurrency dari FinCEN pada bulan Mei 2019.
Lalu ditanggapi kemudian dengan aturan dari FATF di bulan Juli ditahun yang sama, 2019. Pada aturan itu sudah mulai spesifik menghambat ruang gerak segmentasi Privacy Coin. Pasalnya adopsi luas segmentasi koin kripto dengan fitur privasi tinggi itu menjadi kian sempit.
Namun hanya Monero yang berani untuk memberikan pernyataan logis atas aturan itu. Dituliskan dalam halaman blog resminya tertanggal 15 Desember 2019, bahwa aturan FinCEN maupun FATF tidak menyangkut privacy coin seperti Monero dan yang lainnya. Menurut pihak Monero, aturan itu hanya berimbas pada bursa-bursa kripto sebagai obyek vital yang disebutkan dalam aturan.
Pasalnya bursa kripto sebagai sebuah perusahaan layanan pihak ketiga harus tunduk dengan aturan KYC dan AML. Sedangkan pihak bursa kripto sendiri, selama ini sudah cukup banyak yang menanggapi aturan tersebut dengan cukup buta. Beberapa bursa yang lebih dulu menerapkan untuk tidak lagi menerima perdagangan privacy coin adalah OKex, BitBay, Bit Oasis di Dubai, dan yang terbaru adalah Huobi.
(gambar: oleh Ulrike Mai via Pixabay)