BitcoinMedia. Salah seorang peneliti cybersecurity, Bob Diachenko, adalah yang pertama kali mengungkap kebocoran data pengguna Facebook. Peristiwa tersebut mulai diketahui sejak 4 Desember lalu.
Pada tanggal itu, sudah muncul database online yang berisikan sekian banyak data pengguna Facebook. Berlanjut kemudian di tanggal 12 Desember data itu sudah dibagikan ke sebuah forum hacker, seperti yang dikutip dari Comparitech.com.
Setidaknya kebocoran data pengguna Facebook yang kembali terulang lagi kali ini berjumlah sekitar 267 juta. Database itu lengkap berisi user ID Facebook, nomor telepon, serta nama lengkap pengguna. Detail jumlah pastinya adalah 267.140.436 data pengguna yang sudah disebarkan di forum hacker.
Dugaan Bob, penyerang yang membocorkan data itu berasal dari Vietnam. Cara penyerang mencuri data pengguna tersebut dengan menembus API Facebook. Awalnya, Bob sudah berusaha untuk melaporkan perihal itu ke layanan penyedia internet agar IP address penyerang bisa segera diblokir.
Sementara pihak Facebook pada waktu itu masih menanggapi enteng, menyatakan bahwa pihaknya masih melihat dan mempelajari hal tersebut. Menurut pihak Facebook, kemungkinan besar peristiwa kebocoran data pengguna yang terjadi kali ini berasal dari 18 bulan lalu. Ketika kasus kebocoran data di bulan April 2018 silam.
Kasus kebocoran data pengguna Facebook setahun lalu itu ke Cambridge Analytica. Setelah itu, pihak Facebook mengaku telah menghapus API yang terkait dengan informasi nomor telepon pengguna. Kemungkinan tersebsarnya, data yang diperoleh kali ini merupakan data yang sebelumnya belum dirubah melalui pembaruan penghapusan API oleh Facebook.
Potensi merugikan atas kebocoran data ini, cukup besar kemungkinannya digunakan untuk aksi kejahatan. Seperti penipuan ataupun spam. Sejauh ini, diketahui bahwa sebagian besar data yang telah bocor tersebut banyak berasal dari pengguna di Amerika Serikat.
Butuh Desentralisasi Sosial media
Buruknya penanganan privasi yang terkait dengan data pengguna, membuat urgensi sosial media yang terdesentralisasi kian penting. Tidak hanya untuk sosial media saja, kasus kebocoran data ini sudah begitu kerap terjadi.
Seperti di Capital One, Binance, British Airlines, bahkan situs-situs hiburan dewasa juga menjadi sasaran, seperti yang terjadi di Barcelona VTS Media. Era crytocurrency sudah membuka peluang memunculkan platform sosial terdesentralisasi tersebut.
Baru-baru ini, pentolan Twitter Jack Dorsey juga telah memulai ide tentang desentralisasi sosial media. Menengok ide Twitter ini, bentuk desentralisasi sosial media yang sebelumnya jelas tersentralisasi tidaklah perkara yang mudah.
Kenyataannya, implementasi aplikasi sosial media yang benar-benar terdesentralisasi mungkin dirasa cukup sulit. Terutama jika terkait dengan campur tangan pemilik terhadap platform tersebut. Tentu saja tidaklah mudah untuk melepaskan platform itu di tangan pengguna seperti yang ada di dalam Bitcoin. Satoshi sendiri pun memutuskan untuk hengkang dari proyek yang dibangunnya saat itu.
Sejauh ini, ada beberapa aplikasi sosial media yang menjadi alternatif. Sosial media alternatif ini memang tidaklah bersifat terdesentralisasi sepenuhnya. Namun pengguna memiliki peran besar untuk menentukan kebijakan sendiri baik soal privasi, sampai dengan pengaturan platform yang bisa ditentukan sendiri.
Sosial media ini sudah memiliki jumlah pengguna sekitar satu juta lebih. Server dijalankan secara independen. Pengguna bertanggung jawab atas data yang dimilikinya sendiri.
Sosial media satu ini dijalankan dari jaringan yang terbuka. Sudah memiliki lebih dari dua juta pengguna. Sejak awal, aplikasi ini meminimalisir sensorship. Pola jaringan iklan juga berjalan secara peer-to-peer. Pengguna punya peluang memonetisasi konten mereka.
Mastodon adalah aplikasi sosial media open source yang paling mirip dengan Twitter. Pengguna bisa menjalankan di server sendiri.
Sola disebut aplikasi sosial media yang menggunakan Artificial Intelligence (AI). Pengguna tidak perlu repot dengan masalah follower dan sebagainya. Dengan AI itu, konten disebarkan kepada seluruh pengguna dengan kesamaan “interest” yang sama. Hampir sama seperti Minds, Sola juga memungkinkan pengguna mendapatkan penghasilan dari kemitraan di jaringan periklanan.
Pada aplikasi sosial media Manyverse, ruang penyimpan data pengguna memungkinkan disimpan secara offline melalui platform bernama Scuttlebutt. Data itu juga bisa disingkronisasi langsung melalui perangkat bluetooth. Selain itu, masih banyak juga sosial media lain seperti Memo, Steemit, atau juga SocialX.