Selama berabad-abad lalu, ada aturan-aturan yang tertulis di dalam hornbook – menyebut bahwa seniman sejati harus kuat menahan lapar. Hal ini tentu saja bukanlah berarti bahwa seniman cenderung untuk diet ketat berkesinambungan. Melainkan sulitnya mendapat keuntungan dari dunia seni ataupun konten. Seiring berjalannya waktu, tetap saja tidak ada hal yang berubah.
Anda harus bekerja keras selama berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun meski harus memulai dari sedikit audien saja. Lalu sekedar menikmati hidup dari hasil yang mungkin hanya cukup untuk dinikmati sendiri.
Kondisi semacam itu kerap terjadi, terutama di negara-negara berkembang. Karena pembajakan dan juga korupsi merajalela, dan masyarakat juga tidak terbiasa untuk membayar sebuah konten.
Bagaimanapun, pembajakan bukanlah satu-satunya alasan yang membuat kreator konten tidak bisa berbuat apa-apa. Alasan utamanya adalah karena ada platform perusahaan besar yang mengambil bagian keuntungan terbesar saat menggunakannya untuk mendistribusikan sebuah konten.
Perusahaan raksasa tersebut seperti Facebook, Twitter, dan juga Instagram. Perusahaan-perusahaan raksasa itu menghasilkan milyaran dolar dari pemasang iklan yang tertarik dengan konten berkualitas tinggi. Sementara para kreator konten kalau perlu harus jongkok, agar bisa menarik perhatian pemasang iklan tersebut.
Namun blockchain dapat mengubah kondisi itu. Teknologi ledger terdistribusi ini mampu menghubungkan kreator konten dengan para pemasang iklan secara langsung. Seniman pun dapat memperoleh seluruh penghasilan ketimbang sebagian besarnya diambil untuk perantara.
Sementara disisi lain, karena sifatnya yang terdesentralisasi dan juga melalui proses enkripsi, tidak mungkin bisa memalsukan ataupun mencuri sebuah konten setelah terdaftar di dalam jaringan.
Desentralisasi Merubah Dunia
Sudah muncul banyak platform yang memberikan solusi serta manfaat bagi kreator konten. Beberapa diantaranya seperti Steemit, Gifto, ASKfm, dan lainnya. Meski ASKfm sendiri merupakan jaringan sosial Q&A, namun baru-baru ini telah mengumumkan Protokol ASQ. Dengan protokol ini akan menciptakan ekosistem yang siap pakai untuk basis pengguna besar.
Manfaatnya tidak lain agar kreator konten bisa memperluas audiens, sekaligus menghindari peran perantara saat berbagi pengetahuan ataupun bakat mereka.
Misi utama dari protokol ini adalah untuk memotivasi penemuan baru ataupun berbagi konten unik dengan kualitas tinggi. Memberikan ruang untuk komunitas agar dapat membuat konten dengan mekanisme kompensasi yang adil dan transparan. Begitu pula dengan struktur pembayaran. Karena sistem yang terdesentralisasi, maka distribusi konten di lintas platform pun dapat dilakukan dengan mudah. Serta mendukung kreator konten untuk meningkatkan penghasilan dari semua aspek.
Jumlah pengguna ASQ sejauh ini sekitar 215 juta, ditambah dengan 45 juta pengguna dari jalinan kemitraan protocol barunya, NING. Maka basis pengguna yang sudah cukup besar ini mampu menciptakan Revenue Distribution Matrices (DRM), dan juga Value Rewards Mechanism (VRM).
Hal tersebut memungkinkan seluruh partisipan di dalam ekosistemnya agar dapat menyesuaikan aturan transaksi saat monetisasi konten berkualitas tinggi dengan lebih transparan. Reward yang didapat nantinya adalah berupa token ASQ.
Sosial media Steemit juga memungkinkan penggunanya mendapat kompensasi token STEEM. Kompensasi token STEEM tersebut sesuai dengan jumlah “upvote” yang diberikan oleh partisipan di dalam komunitasnya. Namun tentu saja, untuk dapat memperoleh reward token itu anda harus membuat konten di platform Steemit.
Sementara Protokol ASQ ini dapat diintegerasikan ke dalam platform apapun. Artinya anda juga dapat memonetisasi konten anda meskipun anda memposting konten tersebut di Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain.
Mekanisme serupa juga diterapkan di Gifto, protocol pemberian reward secara terdesentralisasi ini menawarkan hadiah virtual untuk konten kreator. Selanjutnya dengan hadiah virtual itu dapat ditukar dengan token GTO.
Platform ini juga dapat diintegerasikan ke dalam platform media sosial, meskipun mekanismenya sedikit lebih rumit. Anda hanya akan mendapat token virtual, dan harus menukarnya dengan token GTO untuk bisa mendapatkan uang yang sebenarnya. Baru kemudian bisa ditukar dengan uang fiat. Mekanisme yang panjang itupun bisa banyak memakan biaya.
Sedangkan Brave membuat pendekatan yang sedikit berbeda. Brave memberikan kesempatan monetisasi, namun juga dapat diintegerasikan di berbagai varian browser apapun.
Peluang ini memungkinkan pemilik situs mendapatkan reward dalam bentuk token BAT, dari konten berkualitas tinggi yang telah diposting. Kreator konten juga tidak membutuhkan platform pihak ketiga untuk bisa terkenal dan mendapat bayaran yang layak.
Secara keseluruhan, jelas bahwa blockchain hadir untuk mengubah industry monetisasi konten, menjadikannya terdesentralisasi, adil, dan transparan. Kreator konten juga punya peluang mendapat keuntungan yang lebih layak.