• News
    • Bitcoin
    • Altcoin
    • Market
    • Teknologi
    • editorial
  • Bitcoin 101
    • Pengertian
    • Sejarah Bitcoin
    • Cara Kerja
  • MINING
    • Pengertian
    • CPU Mining
    • GPU Mining
    • Asic Mining
    • Cloud Mining
    • Cara Mining Altcoin
  • Jurnal
  • Tutorial
  • Komunitas
  • FIGUR
  • Coins
    • Marketcap Kripto
    • 50 Top Gainer
    • 50 Top Loosers
  • Exchanges
Facebook Twitter Instagram
Bitcoin Media Indonesia
  • News
    • Bitcoin
    • Altcoin
    • Market
    • Teknologi
    • editorial
  • Bitcoin 101
    • Pengertian
    • Sejarah Bitcoin
    • Cara Kerja
  • MINING
    • Pengertian
    • CPU Mining
    • GPU Mining
    • Asic Mining
    • Cloud Mining
    • Cara Mining Altcoin
  • Jurnal
  • Tutorial
  • Komunitas
  • FIGUR
  • Coins
    • Marketcap Kripto
    • 50 Top Gainer
    • 50 Top Loosers
  • Exchanges
Bitcoin Media Indonesia
BitcoinMedia » NEWS » Terulang Kebocoran Data Facebook, Butuh Desentralisasi Sosial Media
News

Terulang Kebocoran Data Facebook, Butuh Desentralisasi Sosial Media

adiBy adiDecember 26, 2019Updated:August 10, 20214 Mins Read
Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Tumblr Reddit WhatsApp Email
Terulang Kebocoran Data Pengguna Facebook
Share
Facebook Twitter Telegram WhatsApp

BitcoinMedia. Salah seorang peneliti  cybersecurity, Bob Diachenko, adalah yang pertama kali mengungkap kebocoran data pengguna Facebook. Peristiwa tersebut mulai diketahui sejak 4 Desember lalu.

Pada tanggal itu, sudah muncul database online yang berisikan sekian banyak data pengguna Facebook. Berlanjut kemudian di tanggal 12 Desember data itu sudah dibagikan ke sebuah forum hacker, seperti yang dikutip dari Comparitech.com.

Setidaknya kebocoran data pengguna Facebook yang kembali terulang lagi kali ini berjumlah sekitar 267 juta. Database itu lengkap berisi user ID Facebook, nomor telepon, serta nama lengkap pengguna. Detail jumlah pastinya adalah 267.140.436 data pengguna yang sudah disebarkan di forum hacker.

Dugaan Bob, penyerang yang membocorkan data itu berasal dari Vietnam. Cara penyerang mencuri data pengguna tersebut dengan menembus API Facebook. Awalnya, Bob sudah berusaha untuk melaporkan perihal itu ke layanan penyedia internet agar IP address penyerang bisa segera diblokir.

Sementara pihak Facebook pada waktu itu masih menanggapi enteng, menyatakan bahwa pihaknya masih melihat dan mempelajari hal tersebut. Menurut pihak Facebook, kemungkinan besar peristiwa kebocoran data pengguna yang terjadi kali ini berasal dari 18 bulan lalu. Ketika kasus kebocoran data di bulan April 2018 silam.

Kasus kebocoran data pengguna Facebook setahun lalu itu ke Cambridge Analytica. Setelah itu, pihak Facebook mengaku telah menghapus API yang terkait dengan informasi nomor telepon pengguna. Kemungkinan tersebsarnya, data yang diperoleh kali ini merupakan data yang sebelumnya belum dirubah melalui pembaruan penghapusan API oleh Facebook.

Potensi merugikan atas kebocoran data ini, cukup besar kemungkinannya digunakan untuk aksi kejahatan. Seperti penipuan ataupun spam. Sejauh ini, diketahui bahwa sebagian besar data yang telah bocor tersebut banyak berasal dari pengguna di Amerika Serikat.  

Butuh Desentralisasi Sosial media

Buruknya penanganan privasi yang terkait dengan data pengguna, membuat urgensi sosial media yang terdesentralisasi kian penting. Tidak hanya untuk sosial media saja, kasus kebocoran data ini sudah begitu kerap terjadi.

Seperti di Capital One, Binance, British Airlines, bahkan situs-situs hiburan  dewasa juga menjadi sasaran, seperti yang terjadi di Barcelona VTS Media. Era crytocurrency sudah membuka peluang memunculkan platform sosial terdesentralisasi tersebut.

Baru-baru ini, pentolan Twitter Jack Dorsey juga telah memulai ide tentang desentralisasi sosial media. Menengok ide Twitter ini, bentuk desentralisasi sosial media yang sebelumnya jelas tersentralisasi tidaklah perkara yang mudah.

Kenyataannya, implementasi aplikasi sosial media yang benar-benar terdesentralisasi mungkin dirasa cukup sulit. Terutama jika terkait dengan campur tangan pemilik terhadap platform tersebut. Tentu saja tidaklah mudah untuk melepaskan platform itu di tangan pengguna seperti yang ada di dalam Bitcoin. Satoshi sendiri pun memutuskan untuk hengkang dari proyek yang dibangunnya saat itu.

Sejauh ini, ada beberapa aplikasi sosial media yang menjadi alternatif. Sosial media alternatif ini memang tidaklah bersifat terdesentralisasi sepenuhnya. Namun pengguna memiliki peran besar untuk menentukan kebijakan sendiri baik soal privasi, sampai dengan pengaturan platform yang bisa ditentukan sendiri.

  • Diaspora

Sosial media ini sudah memiliki jumlah pengguna sekitar satu juta lebih. Server dijalankan secara independen. Pengguna bertanggung jawab atas data yang dimilikinya sendiri.

  • Minds

Sosial media satu ini dijalankan dari jaringan yang terbuka. Sudah memiliki lebih dari dua juta pengguna. Sejak awal, aplikasi ini meminimalisir sensorship. Pola jaringan iklan juga berjalan secara peer-to-peer. Pengguna punya peluang memonetisasi konten mereka.  

  • Mastodon

Mastodon adalah aplikasi sosial media open source yang paling mirip dengan Twitter. Pengguna bisa menjalankan di server sendiri.

  • Sola

Sola disebut aplikasi sosial media yang menggunakan Artificial Intelligence (AI). Pengguna tidak perlu repot dengan masalah follower dan sebagainya. Dengan AI itu, konten disebarkan kepada seluruh pengguna dengan kesamaan “interest” yang sama. Hampir sama seperti Minds, Sola juga memungkinkan pengguna mendapatkan penghasilan dari kemitraan di jaringan periklanan.

  • Manyverse

Pada aplikasi sosial media Manyverse, ruang penyimpan data pengguna memungkinkan disimpan secara offline melalui platform bernama Scuttlebutt. Data itu juga bisa disingkronisasi langsung melalui perangkat bluetooth. Selain itu, masih banyak juga sosial media lain seperti Memo, Steemit, atau juga SocialX.

privasi sosial media terdesentralisasi
Previous ArticleMeltem Demirors, Halving Bitcoin 2020 Akan Cukup Berbeda
Next Article Youtube Hapus Banyak Konten Video Cryptocurrency
adi
  • Website
  • Facebook
  • Twitter

Adi S, pemerhati Bitcoin dan cryptocurrency. Telah mengikuti dunia bitcoin sejak lama, dan akhirnya memutuskan untuk membuat dokumentasi yang lebih detail tentang penjelasan dunia cryptocurrency di Indonesia.

Related Posts

BingX Bermitra dengan Cornix Untuk Tingkatkan Perdagangan Otomatis

July 4, 2025By guestpost

BingX AI Berkembang Menjadi Asisten Perdagangan Kripto Dengan Layanan Lengkap

June 24, 2025By guestpost

BingAI, Revolusi AI BingX dalam Perdagangan Kripto

May 28, 2025By guestpost

Membuka Potensi: Cara Dapatkan Profit dari Kripto dengan Trading CFD

February 26, 2025By guestpost

TonDex Capai 1,500 Holders dan 50,000 Followers, Bukti Miliki Komunitas Kuat

February 25, 2025By guestpost

Ethereum Stagnan, Investor Shiba & XRP Beli 1Fuel Demi Cuan Besar

February 15, 2025By guestpost
Add A Comment

Leave A Reply

You must be logged in to post a comment.

Recent Posts
  • BingX Bermitra dengan Cornix Untuk Tingkatkan Perdagangan Otomatis
  • BingX AI Berkembang Menjadi Asisten Perdagangan Kripto Dengan Layanan Lengkap
  • BingAI, Revolusi AI BingX dalam Perdagangan Kripto
  • Membuka Potensi: Cara Dapatkan Profit dari Kripto dengan Trading CFD
  • TonDex Capai 1,500 Holders dan 50,000 Followers, Bukti Miliki Komunitas Kuat
Bitcoin Media Indonesia
Berdiri sejak 2016, Bitcoin Media Indonesia menjadi media komunitas kripto pertama di Indonesia

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

Recent Comments
  • Satria on WXCoins Kripto Abal-abal, Masuk Daftar Hitam Satgas Waspada Investasi
  • DAULAYBRO on WXCoins Kripto Abal-abal, Masuk Daftar Hitam Satgas Waspada Investasi
  • Edukasi Bitcoin on 6 GPU Terbaik Untuk Mining Tahun 2018
© 2025 Bitcoin Media Indonesia.
  • Perihal Situs BitcoinMedia.id
  • Privacy Policy
  • Syarat Layanan
  • Disclaimer
  • Contact

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.