Perbandingan Bitcoin vs emas telah cukup banyak diperbincangkan sejak lama ketika Bitcoin mulai banyak menyita perhatian publik. Berbeda dengan mata uang yang biasa kita kenal, dalam komunitas bitcoin, penggunanya bisa memberikan pemaknaan berbeda.
Di dalam ekosistem komunitas bitcoin dan dunia crypto secara umum tidak ada seorang pun yang bisa berbicara dengan merepresentasikan atas nama Bitcoin. Hal tersebut memang karena di dalam bitcoin tidak ada sentralitas terpusat.
Dalam memaknai Bitcoin, para pengguna yang beragam dan berbeda latar belakang sosial tersebut bisa memberikan pendapat berbeda. Hal ini seolah terjadi metafora dalam komunitas Bitcoin. Pengguna dari kalangan apapun bisa memberikan deskripsi berbeda dalam memandang dan memahami Bitcoin.
Termasuk juga ketika melihat perbandingan Bitcoin vs Emas. Perbandingan antara dua entitas ini muncul karena ada sifat-sifat Bitcoin yang memang menyerupai seperti halnya sifat-sifat emas.
Meski demikian, tentu saja pada dasarnya Bitcoin jelas tidak bisa disamakan dengan emas. Karena dari bentuknya fisiknya saja sudah tentu berbeda. Jika emas berbentuk wujud logam mulia nyata, sedangkan Bitcoin hanyalah digital saja.
Sifat-sifat emas inilah yang mungkin menjadi landasan utama bagaimana konsep pembayaran mata uang elektronik ideal bisa diwujudkan. Bisa dikatakan, mungkin Satoshi Nakamoto sendiri begitu mengetahui teori mata uang, dan juga emas. Bitcoin pun, begitu mengagungkan sifat-sifat emas tersebut di dalam desain dan infrastrukturnya.
Ambil satu contoh saja dalam sejarah sistem pembayaran elektronik, mungkin hanya awal munculnya Bitcoin saja yang menggunakan keagungan dari sifat-sifat emas. Seperti bagaimana penggunaan istilah “mining” yang umum dalam dunia pertambangan hasil bumi, dan juga Emas.
Tidak ada yang tahu persis bagaimana istilah “mining” itu digunakan di dalam Bitcoin. Hanya saja, jika melihat secara keseluruhan, unit-unit mata uang secara umum akan menggunakan istilah “minting”, bukan “mining”.
Sementara karena unit-unit baru bitcoin dapat dihasilkan dalam jumlah terbatas, maka jelaslah bahwa latar belakang yang paling mendekati adalah untuk mengimplementasikan sifat emas itu.
Perbedaan mendasar antara pertambangan Bitcoin dengan emas jelas sudah berbeda. Emas ditambang secara nyata dari dalam bumi. Hasil emas itu kemudian ditempa dalam nyala api nan panas. Sedangkan unit-unit bitcoin baru dihasilkan dari sekian banyak perangkat komputer khusus.
Meskipun ada kesamaan antara sifat-sifat antara Bitcoin dengan emas, namun keduanya cukup berbeda jika digunakan sebagai instrumen investasi. Hal inilah yang kemudian membuat banyak pengamat cukup banyak membuat penelitian secara khusus.
Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Tony Klein, Hien Pham Thu, dan juga Thomas Walther pada bulan Maret 2018 berjudul “Bitcoin is not the New Gold – A Comparison of Volatility, Correlation, and Portfolio Performance” menjelaskan dengan cukup detail bahwa bitcoin tidak bisa disamakan dan disebut emas baru jaman modern.
Pada hasil penelitian tersebut, penulis tidak hanya mengamati perbandingan Bitcoin vs emas saja. Melainkan juga memperbandingkan dengan minyak, dan mata uang fiat. Yang cukup menarik, bahwa pada dari hasil penelitian itu perbandingan Bitcoin vs emas, tidak cukup jauh berbeda.
Emas jelas sampai saat ini dianggap memiliki peran penting dalam pasar keuangan. Pada penelitian itu, juga menunjukkan bahwa bitcoin juga mampu menunjukkan korelasi positif ketika kondisi pasar keuangan secara umum sedang turun.
Di sisi lain, jika dikorelasikan sebagai instrumen investasi, yakni sebagai media penyimpan nilai, Bitcoin bukanlah memiliki kapabilitas pelindung nilai yang stabil. Alasan utamanya jelas karena Bitcoin mempunyai volatilitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan emas.
Pada dunia Bitcoin, berkembang kemudian ketika varian Altcoin banyak bermunculan. Iklim cryptocurrencies ini kian berubah menjadi semakin kompleks. Nampaknya, di dalam entitas logam mulia pun berlaku juga hal yang sama. Emas dan beberapa entitas logam mulia lainnya juga berlaku dalam sektor finansial.
Logam mulia pun memiliki segmentasi pasarnya sendiri. Hal itu tidak ubahnya dengan bagaimana varian altcoin yang juga memiliki segmentasi pasarnya secara lebih spesifik. Di masa saat ini, dengan segmentasi Bitcoin dalam sektor mata uang digital berbasis kripto, memang telah memiliki pasarnya sendiri.
Pandangan Bitcoin sebagai salah satu instrumen investasi memang mau tidak mau harus diakui telah dilakukan oleh berjuta orang di dunia. Dalam hal ini, maka perlu untuk lebih detail melihat perbandingan Bitcoin vs emas secara lebih komprehensif.
Perbandingan Bitcoin vs Emas – Berdasarkan Sifatnya
Emas
- Terbatas (akan habis jika telah ditambang semuanya)
- Dapat dibagi dan didistribusikan
- Lebih resisten untuk bisa dipalsukan
- Tidak bisa dihancurkan secara alamiah
Keempat sifat emas diatas adalah sifat-sifat mendasar. Emas di bumi ini mungkin merupakan hasil alamiah selama ribuan tahun. Oleh sebab itu emas memiliki properti yang cukup unik.
Salah satu sifat utama emas adalah karena emas memiliki jumlah yang terbatas. Tidak ada manusia manapun di dunia yang bisa memperbanyak jumlah emas di dunia. Tidak juga politisi, presiden, pemerintah manapun yang bisa melakukan itu.
Nilai emas secara intrinsik terkait dengan terbatasnya jumlah emas yang ada di dunia. Hal inilah yang kemudian menjadikan entitas emas ini cukup baik dan tahan inflasi. Sebaliknya emas justru berpotensi bisa menyebabkan deflasi. Karena alasan inilah emas justru akan baik digunakan untuk menabung.
Selama ribuan tahun, emas juga telah banyak dirubah dalam bentuk koin-koin emas. Koin-koin emas tersebut juga sudah berfungsi sebagai mata uang selama ribuan tahun.
Emas memang dapat ditempa menjadi beragam bentuk. Baik dirubah menjadi koin-koin dengan potongan-potongan yang sama bentuk dan ukuran, perhiasan, ataupun hal lain.
Sebagai fungsinya sebagai mata uang, emas jauh lebih baik jika dibandingkan dengan mata uang kertas. Lantaran emas tidak pernah terjadi korosi. Meskipun emas telah dibentuk batangan ataupun bentuk lain, dalam sekian rentang waktu lama pun tetap akan memiliki kondisi yang baik.
Selama ribuan tahun lalu, bahkan sebelum zaman Mesir kuna maupun Romawi, koin-koin emas sudah digunakan. Koin-koin emas itu mudah diterima sebagai penyimpan aset kekayaan.
Namun sejarah pula yang akhirnya menghapus emas sebagai mata uang. Menggantikannya menjadi trilyunan dolar yang telah beredar di dunia.
Meski demikian, namun orang-orang yang cerdas dengan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang emas, akan tetap menggunakannya sebagai penyimpat harta kekayaan. Karena emas akan jauh lebih aman dari kekacuan politik dan pasar keuangan. Umumnya, alasan menyimpan harta kekayaan dengan emas ini akan dianggap mampu sebagai penyelamat, ketika pasar mata uang kertas didunia mulai runtuh. Emaslah yang dianggap sebagai pelindung nilai paling utama.
Bitcoin
- Terbatas (tidak ada unit-unit baru jika seluruh total supply telah ditambang semuanya)
- Bisa dibagi dan didistribusikan (unit-unit bitcoin terdiri dari 8 digit dibelakang koma)
- Resisten untuk dipalsukan (bitcoin lebih tahan untuk dimanipulasi, tidak bisa dipalsukan)
- Desain infrastruktur yang demokratis (bisa ditambang oleh siapa saja, konsensus yang terbuka publik)
Sesuai yang telah disinggung di atas, bahwa Bitcoin memang terkesan mengagungkan sifat dan karakter emas di dalam desainnya. Oleh sebab itu properti dan infrastruktur Bitcoin juga berupaya untuk mengimplementasikan sifat dan karakter emas tersebut.
Sifat Bitcoin berlaku juga memiliki jumlah yang terbatas seperti emas. Jumlah unit-unit Bitcoin ini sudah ditentukan sejak awal, yakni berjumlah 21 juta unit BTC (unit-unit bitcoin). Keseluruhan unit-unit bitcoin ini jika telah ditambang semuanya, juga tidak akan bisa ditambah kembali.
Unit-unit bitcoin tersebut juga bisa dibagi-bagi dan didistribusikan. Unit satuan bitcoin terdiri dari 8 digit di belakang koma. Satuan terkecil unit bitcoin itu kemudian disebut dengan “satoshi”. Semua orang pun secara terbuka bisa ikut berpartisipasi dalam menambang Bitcoin. Ini membuktikan bahwa desain infrastrukturnya lebih bersifat demokratis, sejak saat proses penerbitan unit-unitnya.
Pada waktu pertama kali diperkenalkan melalui whitepaper Bitcoin pada tahun 2008. Pada makalah semi formal itu, Satoshi Nakamoto memang lebih eksplisit menyebut Bitcoin sebagai sebuah Sistem Pembayaran Tunai Elektronik berbasis “peer to peer”.
Versi murni sistem pembayaran tunai elektronik di dalam Bitcoin ini memungkinkan pengguna melakukan pembayaran online secara langsung. Tanpa harus melewati perantara dari pihak manapun, termasuk melalui lembaga keuangan resmi.
Secara teknis, infrastruktur sistem Bitcoin dibangun menggunakan cabang ilmu kriptografi. Seperti halnya menggunakan tanda tangan digital (digital signature), juga sepasang public key dan private key . Penanda digital tersebut digunakan sebagai elemen untuk pengganti pihak ketiga dalam sebuah proses transaksi.
Dalam tinjauan teknisnya, Bitcoin sudah mampu mengeliminir peran pihak ketiga yang dibutuhkan untuk bisa mencegah double spending. Ditambah dengan pola jaringan yang digunakan, peer-to-peer, proses transaksi pun mampu berjalan secara langsung.
Penanda waktu (TimeStamp) juga digunakan di dalam Bitcoin. Penanda waktu ini dimasukkan sekaligus di hashing ke dalam chain Bitcoin menggunakan konsensus proof-of-work. Dengan infrastruktur inilah yang membuat integritas dan validasi transaksi Bitcoin dapat lebih diandalkan.
Semua transakti yang terekam dan tersimpan dalam rantai block Bitcoin menjadi tidak bisa dirubah. Jelas, penyerang harus merubah dan memanipulasi seluruh rantai block itu jika berniat untuk mengubahnya. Dan upaya ini akan menjadi sia-sia, mustahil untuk bisa dilakukan. Meskipun memiliki daya komputasi yang tinggi sekalipun.
Sepasang key (private dan public key) dipergunakan sebagai hak akses atas sejumlah unit-unit bitcoin. Dalam hal ini, Bitcoin sebenarnya bukan bersifat “account based” pada rekening perbankan. Hak akses itu (dengan private key) dibutuhkan agar pengguna bisa menggunakan sejumlah bitcoin dalam bertransaksi. Sedangkan public key, berfungsi sebagai pengganti identitas asli pengguna.
Dalam hal ini, Bitcoin pada dasarnya tidak benar-benar dimiliki oleh pengguna, melainkan sebuah akses sementara atas sejumlah unit-unit bitcoin tersebut. Jika sejumlah unit bitcoin itu telah ditransaksikan, maka unit bitcoin itupun telah berpindak hak aksesnya.
Fakta akan hak akses unit bitcoin ini sama juga berlaku pada emas maupun uang tunai kertas. Siapapun yang terakhir memiliki koin emas ataupun mata uang kertas itu, maka dialah pemiliknya. Hal ini pun akan berlaku dalam kondisi apapun, dengan cara apapun juga.
Perbandingan Bitcoin vs Emas Sebagai Mata Uang
Dalam sejarahnya, emas telah banyak membuktikan dirinya berfungsi sebagai uang maupun mata uang. Sedangkan asumsi bitcoin sebagai mata uang lebih banyak dalam konteks sebagai alat tukar nilai saja.
Sedangkan dalam sisi lainnya, Bitcoin juga dapat dipandang sebagai sebuah aset ataupun komoditas. Sama seperti halnya komoditas lain, baik emas, perak, ataupun komoditas lain.
Perbedaan cara pandang dalam memaknai Bitcoin tidak ubahnya bagaimana metafora bitcoin dalam komunitasnya diawal tulisan ini. Sementara teoritis tentang uang dan mata uang (currency) ibaratnya akan menyelami teoritis yang telah ada jauh sebelum-sebelumnya.
Secara lebih sederhana, perbedaan uang dan mata uang bisa dipahami sebagai berikut:
Mata uang (currency) adalah alat tukar, unit akun saja. Lebih ringkas dan bisa dibawa kemana-mana, bersifat tahan lama, bisa dibagi-bagikan, serta lebih fungible.
Sedangkan uang (money) adalah seluruh hal tentang mata uang (currency), ditambah dengan kapabilitas sebagai penyimpan nilai dalam jangka waktu yang lama.
Perbandingan antara bitcoin dan emas, hanya emaslah yang sudah dan telah digunakan sebagai uang maupun mata uang selama ribuan tahun.
Namun jika keduanya dibandingkan dengan uang kertas, justru selama ini uang kertaslah yang saat ini makin kehilangan nilainya. Standar emas yang awalnya digunakan sebagai backup mata uang fiat (kertas) kemudian berubah total.
Salah satu kerentanan mata uang fiat adalah karena dari tahun ke tahun semakin tergerus inflasi. Jumlah yang tidak terbatas dari uang fiat inilah yang menyebabkan nilainya makin merosot.
Emas dan Bitcoin, justru mampu menunjukkan kapabilitasnya sejak dalam proses penciptaan unit-unit barunya. Baik Emas dan Bitcoin sama-sama memiliki sifat yang terbatas.
Desain jumlah supply yang terbatas ini dilakukan dengan harapan akan bisa menciptakan kelangkaan jumlah unit-unit yang bereda di pasaran. Karena adanya kelangkaan, bisa menekan nilai menjadi lebih tinggi dari waktu ke waktu. Bukan malah merosot.
Lebih spesifik di dalam Bitcoin, memang masih belum bisa dibuktikan secara jelas apakah terbatasnya jumlah supply tersebut akan memberikan dampak yang benar-benar signifikan di pasar dalam jangka panjang.
Sebaliknya, emas secara histroris telah berhasil digunakan dengan baik sebagai mata uang. Terlepas emas dalam kondisi apapun, baik dalam masa perang, depresi, revolusi, inflasi, hingga gejolak moneter, emas tetaplah bisa berfungsi sebagai uang maupun mata uang.
Emas juga telah terbukti mampu sebagai penyimpan nilai dalam jangka panjang. Tidak hanya dalam rentang waktu selama beberapa dekade, namun emas telah bisa berfungsi sebagai penyimpan nilai selama berabad-abad hingga ribuan tahun.
Sampai sejauh ini, emas juga banyak dipandang masih memiliki peran cukup vital dalam finansial modern. Di sisi lain, Bitcoin dan emas juga bisa saja dapat dipandang menjadi saling melengkapi antara keduanya.
Perbandingan Bitcoin vs Emas Berdasarkan Instrument Bearer
Instrument bearer ini sudah muncul jauh bahkan sebelum dunia mengenal komputer. Perusahaan menerbitkan obligasi atau saham menggunakan instrumen pembawa tersebut. Dengan istrumen ini, membuktikan bahwa seseorang pembawa instrumen itu adalah benar, bukan palsu.
Pemeriksaan yang dilakukan umumnya dengan pengecekan terhadap stempel sertifikat, dan lain-lain. Proses ini bisa memakan waktu yang lama. Ketika jaman mulai lebih beralih ke elektronik, perusahaan besar seperti halnya Wall Street mulai menjaga dokumen-dokumen finansial penting secara terpusat.
Misalnya dengan menggunakan Depository Trust & Clearing Corporation (DTCC) di Amerika Serikat, ataupun juga layanan serupa yang ada di negara lain. Dokumen-dokumen pengganti aset digital itu dapat pula dipindahtangankan. Fungsi dan peran clearinghouse itu tidak lain untuk memperbarui catatan perpindahan kepemilikan tersebut. Agar tetap bisa dilakukan tanpa harus membawa aset secara fisik.
Dalam kaitannya dengan Bitcoin, satu-satunya instrument bearer itu hanya bisa dilakukan melalui memiliki hak ases itu. Oleh sebab itu, istilah “not your key, not your Bitcoin”.
Baik dalam emas, koin-koin emas maupun batangan, bahkan juga mata uang kertas dan logam, berlaku juga hal yang sama. Jika anda kehilangan emas atau uang karena hal apapun, maka tidak ada jalan lain apapun untuk mengembalikan itu.
Melindungi aset Bitcoin yang baik tidak perlu harus berlaku seperti bagaimana persepsi menyimpan uang di perbankan, ataupun instansi keuangan lain. Perlindungan untuk aset Bitcoin hanya perlu untuk melindungi private key saja.
Jika perangkat komputer maupun mobile pengguna hilang, semua akses sejumlah yang ada tetap dapat dipulihkan melalui private key tersebut.
Belakangan, munculnya pihak ketiga yang berperan sebagai bursa kripto akhirnya banyak membuat situasi yang kontraproduktif. Lantaran banyak insiden yang telah terjadi selama ini terjadi pada layanan-layanan pihak ketiga itu.
Perbandingan Bitcoin vs Emas Berdasarkan Instrumen Investasi
Setelah peran emas sebagai mata uang kemudian berganti ke mata uang kertas, pada akhirnya emas menjadi kian terdesreditkan menjadi instrumen asuransi saja. Maksudnya, emas hanya digunakan pengganti untuk penyimpan nilai saja, itupun jika orang menggunakannya.
Dalam hal itu, emas akhirnya kian terpojokkan dari keagungan sifat dan karakter yang dimilikinya. Pada akhirnya emas jadi kian membosankan. Padahal kapabilitas emas tetap menjadi entitas penyimpan nilai yang terbaik.
Dibandingkan dengan emas, Bitcoin mungkn akan dianggap sebagai inovasi investasi yang cukup menguntungkan. Satu alasan utamanya tidak lain karena Bitcoin memiliki volatilitas yang lebih tinggi dibandingkan emas.
Di penghujung tahun 2017, harga bitcoin mencapai puncak tertinggi. Dari hal ini Bitcoin banyak dianggap menjadi instrumen yang cukup menguntungkan. Karena volatilitasnya yang tinggi, maka bisa juga terjadi sebaliknya, ketika harga Bitcoin turun drastis.
Volatilitas Bitcoin yang lebih tinggi dibandingkan emas inilah yang justru dianggap menarik bagi para spekulan, bahkan untuk para penjudi. Sementara adopsi penggunaan secara masif dan terbuka masih belum maksimal.
Berdasarkann volatilitasnya, Emas mampu jauh lebih bermanfaat bagi investor dalam jangka panjang. Alasannya pun jelas, karena emas jauh lebih stabil.
Untuk emas, volatilitasnya akan dipandang berguna, jika saat itu membutuhkan. Pada kondisi tertentu, semisal ketika kondisi moneter perekonomian memburuk, emas dapat berfungsi dengan baik sebagai pelindung nilai untuk para investor.
Peristiwa awal buruknya situasi ekonomi terjadi di akhir tahun 1970-an. Di sekitar tahun tersebut, telah terjadi dua periode resesi dibarengi dengan krisis energi, suku bunga tinggi, dan ditambah dengan inflasi yang tidak terkendali. Harga emas di sekitar tahun 1976 di level terendahnya naik hingga 700 persen di tahun 1980.
Peristiwa lainnya juga terjadi di tahun 2008. Tahun ini menjadi cambuk penting bagaimana perekonomian jatuh. Sekian banyak investor di dunia terkena imbas akibat jatuhnya ekonomi yang meluas di seluruh dunia. Harga emas yang awalnya turun kembali meningkat 5,5 persen.
Di dalam pasar saham, emas cenderung memiliki korelasi terbalik. Pergerakan harga emas dipandang memiliki karakter yang berlawanan arah dengan pasar saham.
Perbandingan Bitcoin vs Emas Berdasarkan Pasar
BItcoin | Emas | |
Kapitalisasi Pasar | Kapitalisasi pasar Bitcoin mencapai USD 188 milyar Sumber: Coinmarketcap (per tanggal 15 Juli 2019) | Kapitalisasi pasar Emas sudah mencapai USD 7,5 trilyun Sumber: World Gold Council (per tanggal 1 Februari 2018) |
Jumlah | Terbatas, sudah ditentukan 21 juta unit BTC. Penambangan Bitcoin dilakukan menggunakan perangkat komputer khusus. Saat ini jumlah distribusi Bitcoin sudah mencapai 84,85% dari total 21 juta unit BTC. | Jumlah emas yang tersedia di bumi terbatas. Berdasarkan jumlah emas yang berada di dalam bumi. Jumlah emas pun akan terus turun, dan habis jika telah ditambang seluruhnya dari dalam bumi. Diperkirakan emas yang telah ada berkisar kurang lebih 164.000 ton. Sejauh ini, jumlah emas yang telah ditambang per tahun mencapai 4.500 ton (144 juta ons). |
Penyimpanan | Penyimpanan bitcoin dilakukan melalui wallet. Wallet Bitcoin ini berfungsi sebagai media pengelola akses ke sejumlah BTC yang dimiliki pengguna. | Peyimpanan emas oleh investor utamanya menggunakan layanan-layanan deposit box emas. Namun investor juga bisa menyimpan emasnya secara mandiri. |
Resiko | Kepemilikan sejumlah Bitcoin pengguna bisa hilang hanya ketika pengguna telah kehilangan Private key. Untuk beberapa kondisi khusus seperti: Kerusakan walletKomputer rusak / hilang dll. Hal ini bisa dipulihkan selama backup private key masih tersimpan dengan baik. Jika private key tersebut telah hilang, tidak ada jalan lain apapun untuk mengembalikannya. | Kepemilikan emas bisa hilang atas berbagai kondisi, pencurian, perampokan dan hal-hal lain. Jasa penyimpanan emas dengan sistem terpusat umumnya memiliki asuransi khusus. Namun hal tersebut haruslah melalui proses yang rumit dan panjang dalam hal pembuktian kepemilikannya. Emas tidak bisa dirusak oleh kondisi alam apapun. |
Resiko Berdasar Bearer Instrument | Satu-satunya resiko yang paling rentan bisa terjadi ketika pengguna teledor hingga penyerang / pencuri bisa mengetahui private key pengguna. Layanan-layanan pihak ketiga seperti penyedia wallet online, bursa kripto konvensional, cenderung menjadi instrumen merugikan karena paling tidak aman untuk digunakan. Tidak pernah ada jaminan yang diberikan dari layanan-layanan pihak ketiga. | Pencurian adalah hal yang paling mendapat sorotan dalam dunia emas. Namun layanan perusahaan penyimpan emas biasanya memiliki asuransi. Meskipun demikian, pengguna harus memberikan kepercayaan atas aset emasnya pada penyedia layanan ini. |