Tingginya tarif listrik di Australia membuat para penambang bitcoin harus berfikir ulang apakah pertambangan yang dilakukan menguntungkan atau tidak. Berdasarkan dari hasil laporan di media EliteFixtures.com, bahwa biaya untuk memproduksi 1 bitcoin di Australia bahkan mencapai USD 9.913. Biaya untuk menambang 1 bitcoin itu setara dengan Rp. 137,4 juta.
Karena tingginya tarif listrik itu, salah satu pengusaha dari Australia memutuskan untuk membuat proyek penambangan bitcoin bertenaga surya. Kabarnya proyek pembangunan tersebut direncanakan rampung dalam 3-6 bulan mendatang. Untuk proyeknya tersebut, telah disiapkan lahan seluas 4,5 acre, atau kurang lebih 1,8 hektar.
Penggarap proyek itu dipercayakan kepada Hadouken Pty. Ltd, selaku salah satu pengembang tenaga surya di Australia bersama dengan seorang pengguna kripto bernama Ben Tan. Targetnya pada lokasi yang telah dipersiapkan itu bakal mampu menampung 69.000 panel surya dengan 5 inverter. Kisarannya, diharapkan mampu menghasilkan energi listrik tenaga surya sebesar 20 megawatt.
Baca Juga: Pengusaha Rusia Beli Pembangkit Listrik Untuk Menambang Kripto
Wajar saja proyek tersebut dilakukan, mengingat besaran biaya listrik yang mahal untuk pertambangan bitcoin tidak akan mencukupi dan bahkan merugi. Berdasarkan badan statistik Australia ditahun 2016 saja telah meningkat hingga 20%. Menurut laporan IEA (Badan Energi Internasional) di tahun 2017, tarif listrik rumah tangga di Australia sudah berkisar kurang lebih 20,2 dolar Australia, atau kurang lebih 209 ribu per Kwh.
Berdasarkan EliteFixtures.com yang telah membuat sebuah riset tentang besaran biaya pertambangan bitcoin pada 115 negara berbeda, disebutkan bahwa total energi listrik yang dibutuhkan untuk menambang 1 bitcoin berkisar hingga 21.000 KWh sampai 49.000 KWh. Tentu saja dengan tarif listrik di Australia yang tinggi, kondisi tersebut menjadi tidak memungkinkan bagi penambang bitcoin untuk meraih keuntungan.
Sementara sampai sejauh ini, proyek pembangunan panel tenaga surya tersebut masih menunggu persetujuan dari pihak Southern Development Assessment Panel. Menariknya, lokasi area proyek tersebut terletak 2 kilometer saja dari sebuah perusahaan batubara besar bernama Collie yang berlokasi di wilayah barat Australia.
Padahal, perusahaan batubara tersebut juga mengkonsumsi energi hingga 854 megawatt. Kabarnya, di lokasi tersebut memang membutuhkan lebih banyak supply energi listrik. Atas kondisi tersebut kemungkinan besar yang menjadi alasan membangun sumber energi alternatif tenaga surya.