Belum lama setelah menambah simpanan aset di neraca perusahaan sebesar USD 15 juta, MicroStrategy kembali membeli bitcoin senilai USD 10 juta hari Selasa kemarin (18/5/21). Penambahan aset ke dua kalinya ini bahkan hanya dalam sepekan.
MicroStrategi mengumumkan pembelian aset digital bitcoin sebesar USD 10,9 juta. Total itu untuk membeli 229 bitcoin dengan harga per BTC sekitar USD 43.663. Seluruhnya terhitung tremasuk dengan ongkos transaksi secara keseluruhan.
Harga Bitcoin mengalami kembali mengalami koreksi tajam dalam beberapa hari terakhir. Hal ini membuat potensi bisa membeli harga lebih murah terbuka lebar. Pihak MicroStrategy sendiri mempublikasikan laporan pembelian aset digital Bitcoin yang kedua kalinya itu di situs resminya.
Berdasarkan publikasi laporannya, MicroStrategi menyatakan ada kenaikan saham sekitar 1,3% di premarket trading. Total keseluruhan simpanan aset digital bitcoin di MicroStrategy kini berjumlah sekitar 92.079 BTC.
Kisaran aset digital tersebut setara dengan USD 2,25 milyar. Padahal, selama tiga bulan terakhir posisi saham MicroStrategy sendiri tidak dalam kondisi yang bagus. Rentang tiga bulan sebelumnya, saham MicroStragy turun hingga 47,3%. Sementara harga Bitcoin juga masih melemah 12,8%.
Meski demikian, kondisi pasar saham dunia memang mengalami kontraksi besar. Sebut saja seperti SPDR S&P Software & Service sempat minus 11,4%, S&P 500 per hari ini juga kembali melemah 0,85%.
Di Twitter, tidak sedikit pula CEO Microstrategy Michael Saylor mendapat kritik atas pembelian Bitcoin. Menanggapi kritik itu Saylor menjawab, “Tidak ada gunanya memperdebatkan orang sinis yang tidak berarti apa-apa, tidak percaya apapun, dantidak memberikan solusi selain ketakutan, ketidakpastian, keraguan, dan fitnah. Dunia membutuhkan uang yang lebih kuat, dan karena dengan pernyataan itu, dirinya sendiri juga tidak percaya dengan emas, ekuitas, obligasi, ataupun fiat. Ini menyatakan bitcoin sudah menang,” tulisnya,
Michael Saylor meyakini bahwa saat ini ada kesadaran masif bahwa aturan akuntabilitas terkait kripto cukup mengganggu pemegang saham. Selain itu, keputusan untuk menambah simpanan aset Bitcoin secara teratur di neraca dianggap sebagai nilai lindung inflasi dolar AS.