Hungaria adalah sebuah negara yang berada di Eropa tengah. Di sebelah barat Hungaria berbatasan dengan Austria, di utara berbatasan dengan Slowakia, di timur berbatasan dengan Ukraina, Rumania di tenggara, serta Kroasia dan Serbia di sebelah selatan.
Di dalam perihal perekonomian, Hungaria pernah mendera krisis ekonomi hebat. Banyak yang menyatakan bahwa krisis ekonomi yang pernah terjadi di Hungaria jauh lebih drastis jika dibandingkan dengan Venezuela ataupun Zimbabwe.
Krisis ekonomi paling berat yang pernah dialami oleh Hungaria adalah pasca Perang Dunia Kedua. Soal mata uang, Hungaria memang cukup sering gonta-ganti mata uangnya. Mata uang awal Hungaria pertama kali adalah bernama “Kronoa”. Mata uang Kronoa ini pertama kali diperkenalkan setelah Kekaisaran Austria-Hungaria runtuh.
Karena kemudian tingkat ekonomi masih tidak bisa berjalan stabil, kemudian diganti dengan “Pengo”. Awalnya, Pengo tersebut dipatok dengan standar emas. Kala itu Pengo disebut sempat cukup kuat dan menjadi salah satu mata uang paling stabil di dunia. Bahkan, 1 dolar AS pun masih setara dengan 5,26 Pengo.
Masalah muncul ketika Hungaria mengalami depresi ekonomi disekitar tahun 1930-an saat terjadi Perang Dunia Kedua. Setelah itu, perekonomian pun hancur karena perang. Mata uang Pengo jatuh tersungkur hingga mencapai 33 Pengo per 1 dolar AS.
Berbagai upaya kemudian dilakukan. Salah satunya adalah mencoba mengganti Pengo dengan Mpengo. Nilai Mpengo ini artinya terdiri dari 1 juta pengo. Masih bukan memberikan solusi krisis, akhirnya dari Mpengo pun diganti kembali dengan Bpengo. Nilai 1 Bpengo ini setara dengan 1 milyar pengo. Bahkan, upaya tersebut tidak juga menjadi solusi yang terbaik. Berujung kemudian, Bpengo diganti kembali dengan 100 juta Bpengo. Nilai 100 juta Bpengo ini setara dengan 100 kuadrilium pengo. Padahal 100 juta Bpengo tersebut hanya setara dengan dua puluh sen dolar AS.
Sampai pada bulan Agustus 1946, Pengo akhirnya dihapus. Hungaria kembali memperkenalkan mata uang baru yang diberinama “Forint”. Nilai mata uang Forint ini adalah setara dengan 400 octillion (atau 4×1029 pengo).
Singkat kata, perjalanan perekonomian di Hungaria memang cukup pelik dan panjang. Di sebuah majalah online disebut bahwa masyarakat yang tinggal di Budapes, Hungaria, hidup seperti bertahan di jaman zombie. Istilah zombie tersebut adalah sebuah kiasan untuk menyebut kondisi sulitnya hidup di dalam krisis perekonomian hebat, dampak dari Hyperinflasi.
Masyarakat Hungaria sudah cukup lama bertahan hidup ditengah perekonomian yang berada dalam cengkraman kapitalis. Berbagai macam cara dan daya upaya untuk mencoba memperbaiki perekonomian pun selalu berujung pada hal yang sama. Zombie-zombie tersebut kembali memakan seluruh pertanian yang ada dengan gaya kapitalisnya. Berangkat dari sinilah, dari sekian banyak penduduk di Hungaria mulai mendengar tentang Bitcoin, yang digagas oleh Satoshi Nakamoto.
Adopsi Bitcoin di Hungaria
Adopsi Bitcoin di Hungaria juga tidak dapat dikatakan cukup kecil. Namun jika dibandingkan dengan Indonesia, mungkin Indonesia masih dikategorikan punya potensi lebih besar. Potensi besar tersebut dilihat dari besarnya jumlah penduduk di Indonesia. Dalam sisi lainnya, regulasi yang ada di Hungaria juga masih cukup sulit.
EdukasiBitcoin sempat berbincang dengan Balazs Fekete, pendiri media kripto BitcoinBazis, sekaligus salah satu pendiri WepowerCrypto, perusahaan penyedia energi listrik di Moldova dengan lisensi resmi dari pemerintah setempat.
Balazs menjelaskan, bahwa di Hungaria sejauh ini ada 3 bursa lokal yang telah berdiri. Ketiga bursa kripto tersebut adalah MrCoin, salah satu bursa kripto paling tua di Hungaria karena sudah berdiri sejak tahun 2013 silam. Selain itu ada CoinCash dan juga Coinmixed.eu.
Menurut Balazs, bursa yang cukup dinamis perkembangannya dalah bursa kripto CoinCash. Sedangkan bursa kripto CoinMixed adalah sebuah bursa kripto baru, kabarnya bursa ini disupport penuh oleh banyak whales di Hungaria. Sementara jika dilihat statistik di Localbitcoins.com, sudah ada 916 kota yang telah bisa memperjual-belikan Bitcoin di Hungaria. Yang paling banyak terdapat di Budapest, Ibu kota Hungaria.
Sedangkan untuk ATM Bitcoin yang ada di Hungaria juga kurang lebih ada 8 ATM. Keseluruhan ATM Bitcoin tersebut masih terpusat di Budapest.
Di Budapest, terdapat salah satu provider mesin ATM Bitcoin pertama yang berdiri sejak tahun 2014. Perusahaan penggagas mesin ATM tersebut adalah Octarine Labs yang digawangi oleh Barnabas Debreczeni di tahun 2012. Saat pertama kali mesin tersebut dirilis di Budapest, masyarakat dapat membeli Bitcoin dengan minimum pembelian sekitar 2000 HUF. Nilai 2000 HUF tersebut jika dirupiahkan sekitar Rp. 100 ribuan di kurs saat ini.
Sosok Barnabas Debreczeni sendiri adalah salah satu anggota dewan Asosiasi Bitcoin di Hungaria. Barnabas sendiri sempat mengepalai penyelenggaraan Bitcoin Meetup di Budapest. Di Hungaria, di sekitar tahun 2018 juga masih belum menjadi alat pembayaran yang populer untuk banyak merchant.
Meski di Hungaria terdapat salah satu vendor mesin ATM, namun dari jumlah mesin ATM Bitcoin yang ada, masih jauh jika dibandingkan dengan yang ada di Austria. Balazs mengatakan, “Negara Hungaria tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara regional lain, seperti 2 juta penduduk di Slovenia. Di negara Slovenia, sudah berdiri banyak perusahaan yang bergerak di bidang kripto yang sukses (seperti Bitstamp), atau juga Austria yang miliki lebih dari 200 ATM Bitcoin”, terangnya.
Menurut Balazs, penyebab lambatnya adopsi Bitcoin karena pengetahuan masyarakat masih dibawah standar Eropa Barat. Balazs menerangkan bahwa cukup banyak juga masyarakat yang terjerumus menjadi korban investasi bodong berkedok kripto. Balazs mengatakan, “Oleh sebab itulah BitcoinBazis ini menjaga obor Bitcoin tetap menyala di Hungaria, sebagai arus informasi, menggagas pertemuan komunitas”.
Meski demikian, Balazs juga tetap optimis bahwa Hungaria juga mempunyai potensi besar. Potensi besar tersebut tidak lain karena Hungaria adalah negara yang cukup terbuka. Adopsi tersebut dianggap pasti dapat berubah cepat di Hungaria.
Regulasi Bitcoin dan Cryptocurrency di Hungaria
Regulasi Bitcoin dan juga cryptocurrency di Hungaria memang tidak berjalan mulus. Balazs Fekete menyebut perkembangan Bitcoin di Hungaria seperti halnya masih “bayi”. Menurut Balazs, Hungaria sejauh ini memiliki ikatan erat dengan komunitas kripto underground yang tumbuh secara perlahan.
Namun sayangnya pertumbuhan yang terjadi perlahan tersebut dianggap masih belum mampu untuk bisa diadopsi secara umum dan menjadi lebih populer.
Bank Sentral Hungaria, sempat memberikan himbauan terkait dengan penggunaan mata uang virtual termasuk Bitcoin secara bertahap, mulai dari tahun 2014, 2015, dan juga di tahun 2016. Mirip dengan himbauan Bank Indonesia, himbauan Bank Sentral Hungaria tersebut memberikan peringatan kepada konsumen bahwa penggunaan mata uang virtual beresiko karena tidak diatur secara hukum, jaminan, maupun kompensasi yang dapat melindungi konsumen.
Di sekitar bulan Agustus tahun 2018, salah satu media di Hungaria mengutip pernyataan Kementrian Ekonomi yang menerangkan bahwa Bitcoin dan Cryptocurrency tidak sah sebagai legal tender. Namun ditahun yang sama, cukup kontras juga bahwa mulai ada wacana untuk membuat framework yang secara khusus untuk bisa mengatur dan membuat instrumen regulasi yang jelas, mulai dari pihak Dinas Perpajakan di Hungaria, hingga kementrian Keuangan dan otoritas terkait.
Upaya tersebut dianggap perlu sebagai langkah pencegahan terhadap potensi-potensi negatif yang tidak diinginkan.
Salah seorang pakar pajak di Hugaria, pada awal bulan Januari 2018 pernah menggagas perpajakan untuk dunia cryptocurrency di hungaria. Perpajakan untuk Bitcoin dan Cryptocurrency tersebut menyasar pada dua sumber umum, yakni dalam hal perdagangan jual beli Bitcoin, dan juga terkait dengan ekosistem pertambangan cryptocurrency.
Ekosistem Miner Di Hungaria
Balazs Fekete menerangkan bahwa para penambang cryptocurrency lebih banyak keluar Hungaria untuk bisa mendapatkan harga listrik yang lebih murah. Menurut Balazs, tarif listrik di Hungaria adalah sekitar 0,1 Eruro /KWh. Tarif tersebut berkisar kurang lebih Rp. 1.593,- per KWh dalam kurs saat ini.
“Kami kebanyakan menambang di sekitar garasi saja jika di Hungaria, namun kami juga banyak menambang di Ukraina dan Serbia karena biaya listrik yang lebih murah,” ungkap Balazs. Penambang kripto dari Hungaria yang bertempat di Ukraina dan Serbia adalah pertambangan dalam skala besar.
Ketika ditanya berapa tarif listrik di Ukraina dan Serbia, Balazs menyebut tarif di Ukraina sekitar 0,07 sen Euro per KWh, sedangkan Ukraina bisa lebih murah. Menurut Balazs, Di Moldova juga lebih murah, dengan tarif listrik sekitar 0,038 sen euro per KWh, atau sekitar Rp. 478,- per KWh. Karena tarif listrik yang lebih murah itulah sebabnya perusahaan supply listrik yang didirikannya mengambil lokasi di Moldova.