Donald Trump menarik diri dari kesepakatan tahun 2015 tentang program nuklir di Teheran hari Kamis lalu. Penarikan diri atas perjanjian itu juga ditindaklanjuti dengan sangsi ekonomi untuk Iran. Menyiasati sangsi itu, kabarnya Iran banyak menggunakan cryptocurrency seperti bitcoin.
Hal itu terkesan sudah tidak heran lagi, mengingat Iran sendiri sempat mengumumkan rencana untuk menerbitkan mata uang kripto sendiri sejak bulan Pebruari 2018 lalu. Langkah yang coba disusun oleh Iran, banyak melihat seperti yang dilakukan oleh negara Venezuela yang telah menerbitkan Petro.
Upaya dan langkah yang mungkin terkesan cukup spekulatif ini kabarnya berangkat sejak bulan Oktober 2017. Ketika itu, Wakil Menteri Teknologi dan Informasi Iran, Amir Hossein Davee mengatakan, “Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi telah melakukan sejumlah penelitian sebagai bagian dari upaya untuk mempersiapkan infrastruktur dalam menggunakan Bitcoin di dalam negeri. Kami sebagai pusat yang berkaitan dengan urusan perkembangan teknologi negara Iran, telah sangat serius dalam mempersiapkan infrastruktur untuk membuat mata uang baru,” tegasnya.
Terkait dengan sangsi itu, tepat sehari setelah Presiden Amerika, Donald Trump mengumumkan menarik diri dari perjanjian nuklir yang telah ditandatangani, kabarnya Iran telah membeli cryptocurrency sebesar USD 2,5 milyar, seperti yang dituliskan di financemagnates.com.
Apa yang dituliskan di financemagnates.com itu, mendapat sumber dari salah satu surat kabar harian bernama Financial Tribune. Di harian itu dituliskan bahwa Mohammad Reza Pourebrahimi selaku ketua Komisi Ekonomi di Parlemen Iran memberikan komentarnya. Ketua komisi ekonomi Iran itu mengatakan, “Terlepas dari kenyataan bahwa sebagian kecil penduduk negara kita adalah pengguna mata uang kripto, namun setidaknya telah lebih dari USD 2,5 milyar yang sudah keluar dari negara ini untuk membeli kripto, dengan harapan bisa berspekulasi dan mendapat keuntungan secara makro.”
Sementara itu, dari yang telah dituliskan Bloomberg beberapa jam lalu, juga menuliskan hal yang sama. Azari Jahromi, salah menteri muda Iran pada bulan Pebruari lalu sempat membuat pernyataan di akun twitternya. Ia menyatakan bahwa pada bulan April akan ada dikembangkan sendiri mata uang kripto Iran.
در جلسهای که با هیئت مدیره پست بانک در خصوص ارزهای دیجیتال مبتنی بر زنجیره بلوکی داشتم، مقرر شد این بانک اقدامات لازم برای پیاده سازی آزمایشی اولین ارز دیجیتالی کشور را با استفاده از ظرفیت نخبگان کشور به عمل آورد. مدل آزمایشی برای بررسی و تایید به نظام بانکی کشور ارائه خواهد شد.
— MJ Azari Jahromi (@azarijahromi) February 21, 2018
Apa yang dialami oleh Iran, cukup sama persis seperti yang dialami Venezuela maupun Korea Utara, ketika menggunakan cryptocurrency sebagai alternatif menangkis sangsi ekonomi dari Amerika. Padahal, pihak bank sentral Iran di bulan April sebelumnya, telah berupaya untuk melarang perbankan memberikan pinjaman yang berkaitan dengan cryptocurrency. Meski demikian, mereka mengetahui, bahwa hal seperti itu tidak akan mudah bisa dilakukan.