Pada 27 Agustus lalu, film dokumenter CNBC dirilis dengan judul “Bitcoin: Boom or Bust”. Film dokumenter tersebut bercerita tentang seorang pemuda kripto yang memilih hidup di sebuah rumah pohon.
Meet Crypto Kid, a crypto millionaire who lives in a treehouse and built his fortune on bitcoin. “Bitcoin: Boom or Bust” premiers TONIGHT at 6 p.m. EST on CNBC. #BitcoinBoomOrBust #CNBCCrypto https://t.co/jWWYXO42wH pic.twitter.com/ooBGDvCGVv
— CNBC (@CNBC) August 27, 2018
Di dalam film dokumenter itu, Mellissa Lee, reporter CNBC berupaya menggali kehidupan seseorang pengguna bitcion bernama Justin (Crypto Kid). Justin digambarkan hidup pada sebuah rumah pohon di musim dingin. Perawakan Justin pada film tersebut berambut pirang, dengan celana pendek dan topi yang menutup rambut pirangnya.
Sosok Justin tersebut, adalah mahasiswa drop out dari sebuah universitas. Meski demikian, Justin adalah seorang jutawan, yang diperolehnya dari bitcoin. Pada film itu, CNBC nampak berupaya menyuguhkan dunia bitcoin dari sisi perilaku penggunanya. Film tersebut seolah mengeksplorasi dunia bitcoin secara mendalam.
CNBC nampakk berupaya menyuguhkan gaya hidup pengguna bitcoin yang tidak lazim, diluar kebiasaan banyak orang. Alih-alih dengan upayanya tersebut untuk membuat pemirsa tertarik, film dokumenter CNBC itu justru menuai banyak kritikan.
Film Dokumenter CNBC Menuai Banyak Kritik
Media CNBC, selama ini sudah mendapat predikat sebagai sebuah media yang punya kepentingan tersediri di dunia kripto. Hal tersebut lantaran CNBC kerap membuat sebuah informasi bersifat “FUD” (Fear, uncertanty and doubt), namun dibalik itu, CNBC punya relasi dengan para pendiri dibelakang BCash (aka Bitcoin Cash), seperti Roger Ver.
Atas keterkaitan antara produser CNBC dengan Roger Ver, keduanya dinilai telah banyak memanipulasi informasi yang berkaitan dengan Bitcoin, demi mendorong kepentingan untuk BCash. Meski telah banyak mendapat kritikan tajam, CNBC tetap saja tidak memperdulikan hal tersebut.
Sedangkan kritik pada film dokumenternya itu, adalah menyoal istilah “HODL” yang digunakan oleh Melissa Lee, reporter dalam dokumenter tersebut. Ricardo Spagni, salah satu developer Monero, mengkritik hal tersebut.
It’s not an acronym, you incompetent buffoons. Please do the tiniest bit of research FIRST!
— Riccardo Spagni (@fluffypony) August 26, 2018
Melissa Lee, menganggap istilah “HODL” adalah akronim dari “hold on for dear life”. Padahal, HODL bukanlah sebuah akronim. Ricardo Spagni (aka @fluffypony) menyebut CNBC tidak kompeten, dan minta lakukan penelitian terlebih dahulu di dalam ciutannya.
Disamping istilah HODL yang disalah artikan tersebut, film dokumenter itu juga menyuguhkan sosok Justin dengan karakternya yang berlebihan. Justin digambarkan sebagai seorang jutawan. Dimasa awalnya, Justin menjual sebagian harta miliknya untuk kripto, lantas memutuskan tinggal di rumah pohon.
Secara ekplisit, film dokumenter CNBC itu memang menyiratkan gaya hidup hedonis dari pengguna kripto. Pada film itu, alih-alih berupaya membuat pemirsa tertarik dengan dunia kripto, CNBC justru terkesan untuk mengejek para pengguna bitcoin dengan gambaran-gambaran yang hedon.
Padahal jika berbicara soal pilihan untuk fokus di dunia kripto ataupun tidak, itu sepenuhnya memang berada di tangan penggunanya sendiri. Meski demikan, pengguna tetaplah punya keputusan yang lebih baik untuk dirinya sendiri.
Please consider interviewing @aantonop @brucefenton @NickSzabo4 @dieguito somehow I get the feeling you are trying to ridiculise the crypto movement.
Here is a whole list of candidates https://t.co/AduO8jAYPP— Hector Hernandez (@hjhernandeza) August 26, 2018
Atas hal tersebut, salah seorang enterpreneur muda bernama Hector Hernandez, lebih menyarankan untuk mewancarai tokoh kripto terkemuka seperti Andreas Antonopoulos ataupun Nick Szabo. Hernandez menganggap CNBC mencoba untuk mengejek gerakan kripto.