BitcoinMedia. Segmentasi varian Privacy Coin bisa dikatakan memiliki pasarnya sendiri. Namun juga berujung menciptakan dilema privacy coin itu sendiri. Seputar dilema privacy coin tersebut, terutama bila dihadapkan pada kebutuhan adopsi yang lebih luas, dibandingkan dengan fitur privasi yang lebih tinggi.
Ditambah lagi, ketika mulai bersinggungan dengan regulasi di tiap-tiap wilayah. Aturan terkait Know Your Customer (KYC) dan Anti Money Laundering (AML) jelas memberikan sekat nan menghimpit adopsi bisa meluas lebih jauh.
Menyoal dunia cryptocurrency, privasi saat pertama kali di era Bitcoin dipandang belum memberikan opsi privasi yang sepenuhnya. Sebaliknya, privasi bitcoin masih di tataran rendah. Pertama, public ledger (baca: blockchain) bitcoin bersifat terbuka dan transparan. Bisa diakses semua kalangan.
Kedua, keseluruhan transaksi yang terekam dan tersimpan di dalam blockchain Bitcoin, disajikan dalam kesejarahan transaksi. Secara teknis, hal ini pada dasarnya membuka celah keamanan tersendiri. Pasalnya, upaya pelacakan yang masih memungkinkan ini berpotensi menjadi celah untuk bisa ditembus dan melacak melalui digital signature yang digunakan pengguna.
Ketiga, muncul beberapa layanan pihak ketiga untuk meningkatkan sisi keamanan seperti coin mixing, dan lainnya, masih tetap meninggalkan celah. Terlebih, pengguna masih harus memberikan sisi “trust” tersebut pada penyedia layanan bersangkutan.
Kondisi itulah yang kemudian mendorong munculnya “alternatif coin selain Bitcoin” (baca: Altcoin) di sekitar tahun 2014. Namun varian yang muncul ini, dengan segmentasi khusus memberikan opsi privasi lebih tinggi. Selanjutnya, varian khusus tersebut banyak diklasifikasikan sebagai “Privacy Coin”.
Sudah puluhan varian privacy coin yang sudah muncul. Sebagian besarnya memberikan fitur sisi privasi yang berbeda-beda. Semuanya bergantung dari pendekatan penambahan privasi yang diimplementasikan ke dalam plaltform masing-masing.
Dilema Privacy Coin Terkait Segmentasi Pasar
Meski memiliki pasarnya sendiri, terutama bagi pengguna kripto yang menginginkan tambahan privasi tinggi, namun adopsi varian ini bisa menjadi lebih ekslusif (lebih sempit – red). Penyebabnya tidak lain karena stigma yang kerap kali muncul lebih banyak diasosiasikan sebagai media perdagangan di pasar gelap.
Tidak hanya itu, privacy coin banyak dipersepsikan tidak ramah dengan regulasi. Lantaran segmentasi ini mungkin lebih tidak mendukung KYC dan AML. Kerangka hukum yang dirilis oleh FinCEN dalam pedoman di bulan Mei 2019, mengatur pedoman bisnis cryptocurrency.
Kemudian ada juga aturan dari FATF (Financial Action Task Force) terbaru di bulan Juli 2019. Ditinjau dari aturan-aturan itu, mungkin dapat menghimpit ruang gerak dan segmentasi privacy coin untuk bisa meraih adopsi pasar yang lebih luas.
Namun sebenarnya, pada kedua aturan tersebut, sama-sama menuliskan hal senada. Tertulis di FinCEN dan FATF:
“… if a given transmission protocol is unable to accommodate such information, the obligated person may provide such information in a message different from the transmittal order itself”.
Yang tertulis di FinCEN maupun FATF tersebut, sebenarnya sama-sama membedakan proses transmisi pesan langsung yang tidak perlu untuk harus mencantumkan informasi. Artinya, kedua aturan itu lebih mengarah bagaimana bursa-bursa kripto sebagai penyedia layanan jual/beli kripto sebagai obyek vital yang harus sesuai dengan aturan KYC dan AML.
Namun tidak untuk cryptocurrency –nya langsung. Hal ini telah dibidik dengan apik dalam pengumuman resmi Monero di halaman blognya (5/12/19). Dalam pandangan Monero kedua aturan itu tidak menjadikan cryptocurrency XMR sebagai obyek aturan tersebut, melainkan kepada penyedia bursa-bursa kripto.
Di lain hal, ekosistem dunia cryptocurrency pada industri-industri kripto menafsirkan secara berbeda-beda. Muncul banyak startup sebagai penyedia jasa yang menjembatani kebutuhan kepatuhan KYC dan AML itu. Misalnya seperti BlockchainIntel dan Coinfirm, atau layanan lainnya.
Ada pula bursa-bursa kripto yang menerapkan untuk tidak lagi menerima perdagangan varian privacy coin. Upaya ini sudah diterapkan di beberapa bursa seperti di BitBay dan juga OKEx.
Jika varian privacy coin seperti Monero dan yang lain masih tetap berada di jalurnya, namun untuk Dash sudah berupaya untuk meraup segmentasi pasar yang lebih luas. Upaya itu dilakukan dengan lebih mengakomodir KYC dan AML. Melalui startup vendor compliance service seperti Coinfirm dan BlockchainIntel.
Dilema Privacy Coin Di Tahun 2020
Di tahun 2020 mendatang, yang bakal tidak lama lagi segera berganti tahun, akan menjadi tantangan tersendiri bagi varian privacy coin. Munculnya CBDC (Central Bank Digital Currency) yang sudah banyak diperkenalkan di sepanjang 2019 akan banyak merubah situasi di tahun 2020.
Sekaligus, tahun depan lebih terkesan menjadi pertarungan terbuka, dunia kripto yang lebih kompetitif. Bagi varian privacy koin, masuknya sekian banyak mata uang digital versi bank sentral (CBDC) mungkin saja bisa menjadi kondisi yang menguntungkan. Pasalnya, CBDC itu jelas akan lebih banyak dengan standar KYC dan AML.
Bagi komunitas kripto terutama, privasi tetaplah menjadi hal yang krusial untuk meningkatkan keamanan. Sedangkan pendekatan Dash untuk mengakomodir KYC dan AML mungkin juga dipandang hal yang krusial bagi pengembang Dash. Dua proyeksi berbeda dalam melihat segmentasi pasar privacy coin itu akan memberikan banyak warna di tahun 2020 mendatang.