Bagaimana Desentralisasi Bitcoin Bisa Dicapai?
Bagian sebelumnya kita telah membahas dasar-dasar kriptografi yang dipergunakan Bitcoin. Sekarang kita akan membahas desentralisasi Bitcoin. Desentralisasi Bitcoin ini memegang peranan penting Bitcoin. Selain itu, desentralisasi juga yang membuat satu kesatuan mengapa Bitcoin menjadi begitu unik. Meskipun secara khusus metode desentralisasi bukanlah pertama kalinya. Dan telah muncul sebelumnya pada teknologi digital lainnya.
Desentralisasi Bitcoin dilakukan dengan mengkombinasikan metode teknis dan rekayasa enginering. Lebih jauh dalam bahasan ini, akan kita ketahui bagaimana Bitcoin bekerja dan mengapa desentralisasi ini aman untuk digunakan dalam Bitcoin.
Sentralisasi vs Desentralisasi
Untuk lebih memahami mengapa Bitcoin memilih “Desentralisasi” sebagai jalan yang tepat dan dipakai didalamnya, maka perlu untuk memahami beberapa konflik yang terjadi pada sistem sentralisasi dan desentralisasi.
Internet, sebuah sistem desentralisasi yang sudah kita ketahui, dalam sejarahnya bisa bersaing dengan AOL dan CompuServe. Kemudian ada email, dengan sistem desentralisasi berdasar pada Simple Mail Transfer Protocol (SMTP). Email ini kemudian juga bersaing dengan Facebook atau Linkedin. Namun email tetap berhasil untuk bisa tetap dipergunakan sebagai jalur komunikasi online antar pengguna.
Pada layanan pengiriman pesan ini ada sebuah model hybrid yang tidak bisa dikategorikan sebagai model sentralisasi ataupun desentralisasi. Dan kemudian ada jejaring sosial, sistem terpusat seperti Facebook dan Linkedin masih dominan disini. Konflik dan persaingan dua sistem desentralisasi dan sentralisasi ini telah lama ada sebelum era digital. Seperti halnya persaingan dalam sejarah telephon, radio, televisi dan juga film.
Desentralisasi tidaklah bisa berjalan sepenuhnya desentralisasi, hampir kebanyakan sebuah sistem tidaklah murni desentralisasi maupun murni sentralisasi. Mari kita ambil contoh pada email. Email adalah sebuah sistem desentalisasi menggunakan protokol standar, yakni SMTP. Orang banyak berharap bisa menjalankan server email mereka sendiri. Namun, yang terjadi beberapa provider webmail secara terpusat menjadi lebih dominan.
Hal itu terjadi juga di Bitcoin. Ketika protokol Bitcoin terdesentralisasi, jasa pihak ketiga seperti Bitcoin exchange, perangkat lunak dompet Bitcoin, atau software lain yang pada akhirnya memungkinkan orang untuk mengelola bitcoin dan berjalan secara terpusat atau terdesentralisasi.
Beberapa pertanyaan yang timbul kemudian misalnya, siapa yang akan tetap mempertahankan ledger transaksi Bitcoin? Siapa yang berwenang atas transaksi yang valid pada Bitcoin? Dan siapa yang akan menciptakan Bitcoin baru? Ketiga pertanyaan tersebut lebih mencerminkan detail teknis protokol Bitcoin.
Ada beberapa aspek yang membuat Bitcoin bisa berjalan secara sentralisasi atau desentralisasi. Jaringan peer-to-peer Bitcoin hampir mendekati desentralisasi murni. Siapapun bisa menjalankan node Bitcoin, dan bisa meminimalisir penghalang sistem. Pengguna bisa dengan mudah menjalankannya secara online. Dengan mendownload perangkat lunak klien Bitcoin dan menjalankannya pada komputer ataupun laptop.
Pertambangan Bitcoin juga terbuka bagi siapa saja yang menginginkannya. Namun dalam prakteknya, pertambangan Bitcoin juga membutuhkan modal yang tinggi. Mahalnya modal yang dibutuhkan itu membuat banyak orang menganggap pertambangan Bitcoin juga sudah menjadi terpusat pada kalangan tertentu saja. Persepsi ini pada akhirnya membuat orang tidak lagi menginginkan untuk bisa melakukan pertambangan Bitcoin.
Aspek lain adalah update baru dari perangkat lunak node Bitcoin. Update perangkat lunak ini juga mempunyai pengaruh pada kapan dan bagaimana ada perubahan sistem. Bisa dibayangkan sendiri, bahwa terdapat cukup banyak implementasi protokol, seperti yang terjadi juga pada email. Pada prakteknya, sebagian node menjalankan referensi dari implementasi tersebut. Sedangkan pengembangnya sudah dipercaya oleh komunitasnya.