Pemerintah China bakal meluncurkan jaringan blockchain nasional bulan depan. Langkah ini diprakarsai oleh Pemerintah bersama dengan perbankan dan juga perusahaan-perusahaan teknologi di China.
Jaringan blockchain nasional di China ini disebut dengan Blockchain Based Service Network (BSN). Jaringan blockchain nasional tersebut akan menjadi jaringan blockchain pertama yang dikelola secara penuh oleh pemerintah China.
Secara umum, fungsi jaringan blockchain tersebut menjadi induk framework atau seperti sebuah system operasi khusus berbasis blockchain. Artinya, semua pengguna bias mempergunakan untuk membangun, dan membuat pengaplikasian dengan lebih mudah. Jika diibaratkan, jaringan blockchain ini akan mirip seperti halnya fitur framework IBM berbasis blockchain.
Penerapan jaringan Blockchain disebut sebagai upaya untuk memangkas operasional bisnis hingga 80%. Pada tahap peluncuran resminya, diharapkan BSN bisa mencapai 100 node. Namun target di tahun 2020 diharapkan BSN dapat memiliki 200 node dari kota-kota yang ada di China. Membandingkan dengan Bitcoin, pemerintah China menyebut Bitcoin adalah blockchain ‘tanpa ijin’.
Maksudnya, di dalam Bitcoin semua peserta bisa bergabung untuk memverifikasi transaksi Bitcoin. Sementara tipikal BSN adalah bersifat tertutup, private, hanya yang memiliki keanggotaan khusus saja yang dapat memverifikasi transaksi di dalam BSN.
Cukup aneh terasa. Pasalnya Pemerintah China sampai saat ini masih berlawanan cara pandang dalam menilai cryptocurrency.
Sebaliknya pemerintah China berupaya keras untuk dapat mengambil sisi manfaat dari teknologi yang berasal dari Bitcoin tersebut. Di tahun 2019, sikap Pemerintah China berubah 180 derajat. Terutama ketika Presiden China Xi Jinping mengeluarkan komentar untuk pemanfaatan teknologi blockchain.
Pada pertengahan tahun 2019, China mulai menandingi AS pengajuan paten aplikasi berbasis blockchain. Di tahun 2019, IBM menjadi yang terbesar sejak tahun 2018. Paten dari Amerika Serikat di tahun 2018 mendominasi sekitar 44,9%. Sedangkan pengajuan paten dari China sebesar 2,97%.
Namun di pertengahan tahun 2019, perusahaan Alibaba China saja sudah mulai gencar dengan mendaftarkan 262 paten berdasarkan data dari Intellectual Property Center of China Information and Communication Research Institute.
Disusul kemudian paten dari Tancent sebanyak 80, dan Baidu dengan 50 paten. Sejak itu, China kemudian kian gencar untuk mengajukan paten terkait dengan pemanfaatan teknologi blockchain. Alasannya, teknologi blockchain jauh lebih besar dari Bitcoin. Teknologinya dianggap dapat digunakan untuk memverifikasi berbagai jenis transaksi di banyak sektor.
Terkait dengan jaringan blockchain China, makalah resmi BSN juga telah dipublikasikan. Berdasarkan makalah resmi BSN itu, disebutkan perusahaan bisa mengeluarkan biaya sebesar USD 14.000 dengan operasional selama 1 tahun di platform berbasis blockchain secara umum. Sementara besaran biaya itu untuk proses membangun, pengoperasian platform berbasis blockchain melalui BSN diperkirakan hanya sebesar USD 300 saja.
(gambar oleh Free-Photos via Pixabay)