Blockchain Dalam Industri Perikanan – Mampu Minimalisir Masalah Illegal Fishing
Industri Perikanan. Di U.K, sebuah supermarket besar bernama Tesco, kabarnya kini telah menggunakan jasa perusahaan berbasis blockchain. Perusahaan blockchain itu adalah Provenance. Perusahaan yang berlokasi di U.K ini dapat membantu produsen dalam hal mendistribusikan hasil perikanan mereka. Sekaligus bagi para pengecer maupun pihak pembeli seperti restoran dan lain sebagainya, dapat melacak asal-usul darimana ikan tersebut berasal.
Diberitakan di The Guardian, Tesco telah menghentikan penggunaan jasa distributor ikan laut tertentu, digantikan dengan menggunakan Provenance. Hal itu dilakukan untuk dapat lebih memastikan tentang pasokan ikan tuna yang lebih terjamin, jauh dari persoalan illegal fishing, dan tidak menyalahi hak asasi manusia dalam industry perikanan.
Satu-satunya yang memungkinkan hal itu dapat dilakukan dengan Blockchain, adalah karena buku besar (Blockchain) dapat digunakan untuk melacak asal-usul ikan yang beredar. Dengan demikian, sifat terbuka blockchain yang dapat diakses oleh siapapun itu berguna untuk melihat sendiri. Mulai dari dimana ikan itu ditangkap, diproses, hingga dimana ikan tersebut dijual.
Dalam industri perikanan, pelanggaran hak asasi manusia dan illegal fishing sering kali menjadi permasalahan utama. Alasan itulah yang menjadi motivasi terbesar perusahaan Provenance. Dalam hal industri perikanan, umumnya proses jual beli ikan laut dicatat dan dilacak melalui catatan kertas saja. Namun jika menggunakan Blockchain, mekanismenya lebih transparan dan lebih detail.
Nelayan dapat mengirimkan pesan SMS terkait hasil tangkapan mereka untuk dapat dimasukkan kedalam Blockchain. Lalu dikirimkan kepada pemasok sekaligus dengan hasil tangkapan mereka. Jika ikan tersebut kemudian diolah, maka aka nada catatan tambahan terkait proses pengolahan itu. Setiap ada tambahan proses ini akan dicatat lebih lanjut di dalam Blockchain. Hal tersebutlah yang membuat hasil iklan laut oleh nelayan itu tetap dapat ditelusuri. Siapapun juga dapat mengakses informasi itu di Provenance.
Segala informasi tentang perjalanan penjualan ikan tersebut dapat diakses oleh konsumen. Baik pihak restoran maupun took-toko hanya dengan menggunakan smartphone saja. Bahkan, Provenance juga tidak hanya menggunakannya untuk ikan laut saja, namun juga untuk produk makanan lainnya.
Dalam industri perikanan global, Blockchain dapat membuat pasokan ikan secara global yang lebih transparan. Sistem yang lebih terlacak lebih mendetail, dan menghindari pelanggaran ataupun illegal fishing.
Salah satu eksportir tuna terbesar di dunia, Thai Union, bahkan juga telah menyambut Provenance ini. Tentu saja, Thai Union sendiri juga telah menyadari berbagai masalah yang kerap menghantui industri perikanan. Terlebih, setelah Tesco berusaha menghentikan pasokan tuna dengan merk John West. Tesco menganggap, Thai Union perlu untuk lebih memastikan tentang pasokan tuna mereka.
Steve Trent, Direktur Eksekutif EJF (Environmental Justice Foundation) mengatakan bahwa perlu untuk menciptakan mekanisme yang lebih transparan dan lebih bersih. Hal itu dianggap sebagai kunci utama untuk menghilangkan illegal fishing. Dan juga menjauhkan diri dari pelanggaran hak asasi manusia dalam industry makanan laut.
Meski Blockchain tidak mampu untuk menghentikan illegal fishing, namun teknologi Blockchain ini dapat meminimalisirnya. Terutama jika, para pembeli, dan pelaku di industry perikanan menerapkan hal ini. Apalagi jika hal ini diterapkan di Indonesia. Apa yang telah dilakukan oleh perusahaan Provenance ini mungkin menjadi contoh yang bagus. Bagaimana menerapkan hasil perikanan agar bisa dilacak secara detail, dan meminimalisir illegal fishing.