Di masa awal Bitcoin muncul sebagai pengawal era mata uang berbasis kripto, memang cukup lekat dengan dominasi pria di dunia kripto. Namun kini, hal itu telah banyak berubah, banyak wanita yang bermunculan menjadi tokoh-tokoh yang juga berpengaruh dalam dunia bitcoin, kripto secara umum, dan juga startup berbasis blockchain.
Kancah wanita pada perkembangan dunia teknologi dan informasi, terbukti juga tidak pernah tertinggal. Baik meliputi perannya pada tingkatan organisasional dalam dunia fintech berbasis blockchain, kelembagaan pemegang kebijakan, hingga pengembang teknologi berbasis blockchain. Muncul banyak tokoh wanita yang membuktikan bahwa dominasi pria di dunia kripto adalah keliru.
Elizabeth Stark
Wanita lulusan Harvard ini adalah salah satu pendiri Harvard Free Culture Group, sekaligus sebagai seorang anggota di Harvard Berkman Center for Internet and Society. Elizabeth Stark juga menjadi salah seorang profesor di Stanford dan juga Yale.
Saat berada di Yale, Elizabeth kerap banyak membantu anak didiknya untuk menghasilkan proyek-proyek dalam pengembangan teknologi internet. Kiprahnya dalam dunia kripto, Elizabeth juga menjadi salah seorang pendiri startup Lightning Labs. Starup tersebut adalah sebuah startup yang lebih spesifik mengembangkan protokol khusus untuk meningkatkan kecepatan transaksi cryptocurrency.
Tidak hanya itu, sosok wanita yang menguasai bahasa Inggirs, Perancis, Jerman, dan Portugis ini juga telah banyak berkecimpung pada komunitas bitcoin dan kripto secara umum. Elizabeth telah banyak berkontribusi di komunitas bitcoin, di berbagai seminar, ruang-ruang diskusi kripto, dan juga di Coin Center.
Meltem Demirors
Lulusan jurusan Ekonomi Matematika di universitas William Marsh Rice ini melanjutkan pendidikannya di MIT (Massachusetts Institute of Technology), dan meraih gelar MBA. Di dunia kripto, Meltem Demirors pernah menjadi Dirut di Digital Currency Group (DCG).
Selain itu, Meltem Demirors juga menjadi salah satu anggota di Global Future Council on Blockchain sejak 2016 hingga sekarang, dan juga salah seorang penasehat di Future Commerce sejak 2015 hingga saat ini.
Sejauh ini, kiprah Meltem D telah banyak aktif menyuarakan untuk melawan kecenderungan dominasi pool mining terutama di jaringan Bitcoin. Atas dasar itu, Meltem D lantas memanfaatkan posisinya di DCG untuk mencoba mengimbangkan dan memeratakan pengembangan investasi dalam dunia Bitcoin, termasuk juga mining pool.
Galia Benartzi
Lulusan universitas John Hopkins di tahun 2005 ini cukup banyak terlibat dalam pengembangan teknologi perangkat lunak, seperti di Mytopia, menjadi salah satu pendiri di Fund dan Particle Code Inc. Hingga pada tahun 2011, Particle Code Inc tersebut dijual pada Appcelerator.
Telah banyak pengalaman dalam dunia teknologi, Galia lantas menjadi salah seorang pendiri di Bancor. Penjualan Bancor berhasil meraup 153 juta USD, dan menjadi salah satu proyek ICO terlaris. Meski platform itu berbasis pada segmen bursa kripto, namun melalui Bancor ini, juga menawarkan kemudahan pengguna untuk dapat membuat token kriptonya sendiri.
Rhian Lewis
Wanita jebolan University College di London ini melanjutkan karir berbagai perusahaan seperti DigitalsBi, AKQA, Beamly, dan juga menjadi direktur di Salvia Media Services, konsultan teknologi dalam SDET dan Blockchain.
Seiring berjalan waktu, Rhian nampak lebih tertarik untuk meningkatkan peran wanita dalam dunia kripto. Berlanjut, Rhian lantas mendirikan sebuah organisasi wanita bitcoin bersama dengan beberapa kolega dan temannya. Organisasi yang didirikannya lantas berhasil tumbuh pesat, telah ada ratusan lebih wanita yang bergabung di dalamnya menjadi CEO di perusahaan-perusahaan berbasis blockchain.
Melengkapi karirnya dengan itikad memberdayakan perempuan dalam dunia kripto, Rhian Lewis juga menjadi seorang advokat untuk menampung aspirasi kaum perempuan di dunia blockchain. Rhian telah banyak menulis artikel tentang bitcoin dan blockchain, terlibat dalam berbagai seminar, lokakarya, maupun konferensi-konferensi bitcoin.
Elizabeth Ploshay McCauley
Di tahun 2011, Elizabeth Ploshay McCauley lulus dari Wheaton Collage dengan gelar ilmu politik. Elizabeth lantas memulai karirnya menjadi staf internal anggota kongres Amerika Serikat. Selama karirnya di sana, Rhian Lewis telah banyak mengenalkan bitcoin, terutama untuk kaum wanita di AS.
Dengan basis keilmuannya dalam bidang ilmu politik, Elizabeth lantas memanfaatkannya dalam membangun grassroot aktivis bitcoin. Elizabet kemudian menjadi seorang salah satu direksi di Bitcoin Foundation, penasihat di yayasan BitGive, dan juga Coin Congress.
Peran Wanita Mulai Banyak Bermunculan
Di sekitar tahun 2015 lalu, Coindesk pernah membuat survei pengguna bitcoin. Hasilnya, ada 90 persen dari 4.000 responden yang didapat itu adalah laki-laki. Hal itu akan berubah. Dari kelima nama tokoh wanita tersebut diatas, hanyalah sebagian saja dari sekian banyak wanita yang telah banyak muncul dan berperan dalam dunia bitcoin, kripto, dan blockchain secara umum. Masih ada sekian banyak nama-nama perempuan lain yang telah muncul.
Sebut saja seperti Kathleen Breitman dari Tezoz, Blythe Master, Maxine Ryan dari Bitspark, Tavonia Evans dari Guap, dan juga Elizabeth Rossiello dari BitPesa. Dalam dunia seni, juga ada sederet nama-nama seperti Imogen Heap dari Mycelia, serta aktivis penyanyi solo lulusan Barklee College of Music London Tatiana Moroz yang mendirikan TatianaCoin.
Dari pantauan TheFortune, terdapat kurang lebih 30 proyek ICO di tahun 2017 lalu, salah satu pendirinya adalah wanita. Tidak hanya itu, salah satu bursa besar di AS, Coinbase, mempunyai kurang lebih 46 persen karyawannya yang juga terdiri dari wanita dari beragam etnis. Sebagain besar lain, kaum wanita telah banyak muncul sebagai salah seorang pendiri di berbagai startup berbasis blockchain.
Sekian banyak peran wanita yang telah muncul ini, adalah bukti nyata bahwa dominasi pria dalam dunia kripto adalah keliru. Kini, wanita-wanita itu telah banyak muncul sebagai seorang nara sumber di berbagai event kripto. Fakta ini juga menjadi sebuah kenyataan, bukti kedinamisan dunia kripto.