Perusahaan pertambangan HydroMiner ini, telah didirikan oleh Nadine dan Nicole sejak tahun 2015 lalu. Pada penjualan token H2O, berhasil terjual hingga saat tulisan ini dibuat sebesar 953.219 token H2O (simbol Token HydroMiner). Nilai penjualan yang dikumpulkan adalah setara dengan 8.002 ETH, kisarannya senilai 2.447.679 USD atau 33,3 miliar Rupiah.
Manfaatkan Hydro Power untuk Penyuplai Listrik
Di dalam pertambangan bitcoin atau cryptocurrencies secara umum, salah satu factor sebagai kendala utama yang dihadapi oleh penambang karena besarnya energi listrik yang harus dikeluarkan.
Sebastian Deetman, pria lulusan Ekologi Industri di Universitas Leiden tahun 2010 menuliskan hasil penelitiannya tentang daya konsumsi energy listrik pada jaringan Bitcoin. Deetman menghitung total daya konsumsi listrik jaringan bitcoin dengan menghitung berat total perangkat untuk pertambangan berdasarkan data total hashratenya. Alhasil pada perhitungannya saat itu, untuk menghasilkan kecepatan komputasi sebesar 800 petahash per detik membutuhkan 12 ribu ton perangkat keras untuk menambang Bitcoin. Total 12.000 ton tersebut, bahkan melebihi keseluruhan material kontruksi menara Eifel yang beratnya 10.000 ton.
Meski memang seiring berjalannya waktu perkembangan daya efisiensi perangkat pertambangan terus menunjukkan perkembangan terutama soal efisiensi daya konsumsi listriknya, namun hal tersebut kurang sebanding dengan makin meningkatnya tingkat kesulitan, dan makin besar pula energi listrik yang dibutuhkan secara keseluruhan.
Garis besarnya, ekosistem pertambangan Bitcoin dan Cryptocurrencies membutuhkan alternatif energi yang lebih tepat guna, ramah lingkungan, lebih efisien, dan mampu menekan biaya daya konsumsi listriknya.
Proyek HydroMiner, melihat Air sebagai sebuah sumber energi yang jelas melimpah. Hydro Power atau pembangkit listrik tenaga air menjadi salah satu sumber energy yang paling efektif dan lebih murah. Oleh karena itu HydroMiner dalam proyeknya ini menggunakan Hydro Power untuk menyuplai kebutuhan listrik mining farm mereka. Penggunaan Hydro Power ini, harapannya mampu menghemat 85% dibandingkan rata-rata konsumsi listrik per kilowatt di Eropa.
60 Persen Pasokan Listrik Austria dari Hydro Power, Sangat Berpengalaman dalam Teknologi PLTA
Jika anda belum mengetahui, Republik Austria adalah Negara yang sangat berpengalaman dalam teknologi pembangkit listrik tenaga Air. Bahkan, Austria telah membangun PLTA di Indonesia sejak jaman Belanda sebelum Indonesia merdeka di tahun 1945.
Beberapa perusahaan PLTA yang ada sejak lama seperti PLTA Cirata, PLTA Musi, dan banyak yang lainnya. Sedangkan salah satu perusahaan Austria yang telah lama di berinvestasi di Indonesia adalah PT Andritz Hydro.
Negara yang berada di tengah Eropa Tengah, berbatasan dengan Jerman serta Ceko di utara, Slowakia dan Hongaria di timur, Slovania dan Italia di selatan, Swiss dan Liechtenstein di barat ini membuatnya seolah menjadi sebuah wilayah yang terkurung daratan di tengah-tengah Eropa. Begitu berpengalaman pada PLTA, bahkan 60 persen kebutuhan listrik di Austria dari tenaga air.
Tak heran, pada tahun 2014 yang lalu, pemerintah Indonesia menggandeng Austria dalam kerjasama pengembangan energi baru terutama dari tenaga air. Joro Wacik, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai cukup penting kerjasama tersebut, mengingat teknologi PLTA Austria yang mumpuni dan kaya pengalaman.
Potensi Proyek HydroMiner
Jika dilihat dari banyak hal diatas, maka proyek mining farm menggunakan HydroMiner ini memang sangat masuk akal. Letak geografis yang mendukung, cuaca Austria yang dingin cukup cocok untuk mining farm, serta proyeksi utama Hydro Power yang nantinya akan menopang kebutuhan listrik ini bakal menjadi tonggak kesuksesan proyek.
Berbicara di Cryptocoinnews, Pendiri dan CEO HydroMiner, Nadine Damblon mengatakan bahwa pertambangan cryptocurrency dilakukan di Pegunungan Alpen Austria. Listrik yang diambil berasal langsung dari stasiun pembangkit listrik tenaga air. Pegunungan Alpen di Austria terdapat banyak lembah-lembah yang bisa dibuat danau bertingkat dengan modal air yang tak ada habisnya. Kenyataan itu adalah kondisi riil yang membuat Austria mampu mempunyai listrik berlimpah.
Nadine menuturkan, bahwa dari pertambangannya, mampu menghemat 4 sen per kWh. Jangan salah, jumlah tersebut sudah cukup besar untuk menghemat biaya listrik pertambangan yang umumnya cukup besar. Menurut Nadine, karena pencapaian penghematan itu, membuatnya mampu berkompetisi dengan mining farm besar, bahkan ramah lingkungan. Jika anda bertanya potensi pertambangan cryptocurrency apakah mampu menghasilkan profit yang besar? Jawabannya yang paling krusial adalah minimalkan sebesar mungkin biaya listrik, maka jangan tanyakan lagi berapa besar keuntungan yang mampu diperoleh.